53 baik. Jadi adanya perbedaan produksi kemungkinan besar lebih
diakibatkan oleh level radiasi yang tidak sesuai, karena kacang tanah umumnya memerlukan cahaya penuh Anonim 2010.
Produksi kacang tanah tertinggi diperoleh di lahan terbuka yaitu 1.9 t.ha
-1
. Produksi kacang tanah yang ditanam di bawah kelapa umumnya lebih rendah dibanding lahan terbuka kontrol. Rata -rata
produksi kacang tanah pada pertanaman kelapa umur 5, 20 dan 50 tahun berturut-turut 1.6, 0.9, dan 1.6 t.ha
-1
. Rataan Potensi produksi kacang tanah varietas Kelinci menurut deskripsi yang dikeluarkan Pusat
Penelitian Tanaman Pangan adalah 1 -2 ton.ha
-1
[Puslibangtan 2012. Persentase produksi yang ditanam di bawah kelapa dibanding potensi
produksi kacang tanah berkisar antara 59.33-88.30, sedangkan pada lahan terbuka presentase produksi 94 dari potensi produksi tertinggi.
Konversi rata-rata produksi kacang tanah dalam penelitian ini tidak mencapai potensi produksi yang lebih dari 2 t.ha
-1
. Apalagi pada tanaman kelapa yang berumur 20 tahun produk kacang tanah sangat
kurang dibanding lokasi lainnya. Tanpa menyebutkan berapa persentasi tingkat naungan Suparman Abdurahman 2003 mendapatkan bahwa
produksi 14 galur kacang tanah di pertanaman kelapa rata 1.4 t.ha
-1
dan di lahan terbuka 2.7 t.ha
-1
. Hal ini menunjukkan bahwa memang kacang tanah lebih sesuai diusahakan di lahan terbuka, namun dengan tingkat
naungan yang rendah kacang tanah masih dapat berproduksi dengan baik, sebagaimana diperlihatkan hasil kacang tanah pada pertanaman kelapa
umur lebih dari 5 dan 50 tahun. Hubungan antara transmisi radiasi
matahari R
t
dengan keragaman produksi kacang tanah Y
k cg
telah digunakan untuk membuat model empiris produksi kacang tanah. Model empiris mempunyai pola
logaritmik dengan persamaan matematik Y
k cg
=0.63lnR
t
-2.01, [R
2
=0.84] Lampiran 10.
4.8. Produktivitas Lahan
Indikator Parameter produktivitas lahan adalah indeks land equiavalent ratio LER. Indeks ini merupakan indikator adanya
54 perubahan tingkat produktivitas lahan setelah diusahakan, baik dengan
sistem tanam monokultur maupun polikultur. LER pada penelitian ini dihitung dengan basis usaha tani kelapa polikultur. Nilai LER polikultur
kelapa+jagung pada umur kelapa 20 dan 50 tahu n berturut-turut sebesar 1.9 dan 1.75, kelapa+padi bernilai 1.8 dan 1.9, dan kelapa+kacang
tanah adalah 1.9 dan 1.8. Semua kombinasi usaha tani kelapa polikultur meningkatkan produktivitas lahan sebesar 75-99. Hasil penelitian
Koesmaryono Sabaruddin 2005 mendapatkan LER pada kombinasi tanaman jagung dan kacang tanah pada musim hujan dan kemarau
sebesar 1.63 dan 1.62. Artinya sistim tanam antar tanaman pangan juga dapat meningkatkan produktivitas lahan 60.
Kesimpulan umumnya, bahwa pemanfaatan lahan di antara kelapa atau sistem tanam polikultur dapat meningkatkan produktivitas lahan.
Artinya, petani akan mendapatkan nilai tambah dengan sistem tanam polikultur. Dengan demikian pendapatan petani akan meningkat
sekaligus efisiensi penggunaan lahan juga makin bertambah Analisis lengkap di Lampiran 11
4.9 Analisis Usaha Tani
Produksi jagung, padi, dan kacang tanah pada penelitian ini umumnya tidak mencapai produksi potensial, apalagi yang diusahakan di
bawah pertanaman kelapa. Penghitungan nilai manfaat model usaha tani polikultur dilakukan dengan memasukkan pendapatan antara produk
kelapa dengan tanaman sela. Produk kelapa dalam analisis usaha tani dibagi menjadi dua macam produk, yaitu kopra dan kelapa segar
butiran. Di beberapa sentra pabrik tepung kelapa atau pabrik minyak , produk kelapa butiran lebih banyak digunakan dibanding kopra.
Hasil analisis BC ratio pada usaha tani kelapa monokultur menunjukkan bahwa pada kelapa umur 20 dan 50 tahun sebaiknya produk
kelapa diarahkan pada kelapa segar BC ratio 4.1 dan 3.1, karena produk kopra merugikan dengan BC ratio 0.4 dan 0.12. K elapa umur 5 tahun
belum dilakukan analisis karena kelapa belum berproduksi. Jika semua produk kelapa butiran dikombinasikan dengan produk tanaman sela,
55 maka nilai BC ratio berkisar antara 1.3-3.6. BC ratio tertinggi ada pada
kombinasi kelapa-50+jagung 3.6 dan terendah pada kombinasi kelapa - 20+padi 1.3. Jika petani mengandalkan produk kopra, maka hanya
kombinasi kelapa umur 20 dan 50 tahun dengan kacang tanah yang nilai BC rationya antara 2.4-3.6, kombinasi kelapa-50+jagung dan kombinasi-
50+padi bernilai 1.9 dan 1.5, dan kombinasi yang sama pada kelapa umur 20 tahun bernilai 0.7 dan 0.1.
Pengusahaan padi dan jagung yang tidak ekonomis pada pertanaman kelapa umur 20 tahun, selain disumbang oleh produktivitas
tanaman sela yang rendah juga diperparah dengan besarnya biaya produksi kopra. Jika tanaman jagung, padi, dan kacang tanah
merupakan usaha tani monokultur seperti di lahan terbuka, maka Nilai BC ratio yang diperoleh adalah 2.5-4.2.
Nilai BC ratio 1 menunjukkan bahwa usaha tani tersebut layak secara ekonomi untuk dilakukan. Berdasarkan kajian yang dilakukan
dapat dikatakan bahwa nilai kelayakan usaha tani dipengaruhi oleh kuantitas dan harga produk yang dihasilkan. Produk kopra dengan
rendemen hasil yang kecil terhadap berat buah dibandingkan dengan produk butiran juga berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani.
Biaya memproduksi kopra dan waktu yang diperlukan untuk proses kopra juga berkontribusi terhadap menurunnya pendapatan atau keuntungan
petani. Jadi, Keuntungan yang diperoleh dari usaha tani kelapa polikultur akibat kontribusi silang dari kedua komoditi yang ada hasil
analisis di Lampiran 12-15.
56
V. SIMPULAN DAN SARAN