42 Tabel 5 Jeluk hujan pada setiap hari hujan di lokasi penelitian .
Komponen Jeluk mm hari
-1
0-20 20-40 40-60 60 Jumlah
Jumlah HH Curah hujan
26 47
272 13
11 20
340 16
7 13
364 17
11 20
1 155 54
55 100
2 131 100
Sumber: Data hujan harian dari Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado -Sulawesi Utara.
.
4.6 Distribusi Hujan 4.6.1 Curahan tajuk
Curahan tajuk pada masing-masing umur kelapa tidak sama besarnya, tapi umumnya mempunyai pola hubungan yang sama dengan
total curah hujan, yaitu linear positif Artinya semakin besar curah hujan total, nilai curahan tajuk juga makin besar Gambar 10.
Gambar 10 Hubungan antara curah hujan total dengan curahan tajuk Tf pada beberapa umur tanaman k elapa di Kebun Percobaan
Kima Atas, Manado-Sulawesi Utara. .
Persentase curahan tajuk pada kelapa umur 5, 20, dan 50 tahun berturut-turut 72, 60, dan 60 dari rata-rata total curah hujan yang
terjadi di tiap lokasi. Posisi pelepah daun pada t ajuk kelapa umur 5
43 tahun
umumnya tegak
dan berbentuk
sepert “sapu”,sehingga
memudahkan air hujan melewatinya dibanding pada kelapa umur 20 dan 50 tahun. Pada kelapa dewasa bentuk tajuk seperi bundar cone, dan
karena pilotaksis daun yang unik, maka pelepah satu deng an yang lainnnya saling silang menyilang dan membuat daun saling menutup.
4.6.2 Aliran batang
Kendala pengukuran aliran batang karena adanya tonjolon bekas pelepah daun da
n “takikan” yaitu pelukaan yang dibuat pemanjat untuk tempat pijakan kaki saat memanjat kelapa. Aliran air hujan melalaui
batang banyak terdispersi splashed sehingga tidak semuanya dapat terukur. Itulah sebabnya pengukuran aliran batang pada penelitian ini
sangat bias sebagaimana yang digambarkan melalui model linear pada Gambar 11 dengan nilai koefisien determinasi yang rendah.
Gambar 11 Hubungan antara curah hujan total dengan aliran batang S
f
pada beberapa umur tanaman k elapa di Kebun Percobaan Kima Atas, Manado-Sulawesi Utara.
Berdasarkan hasil analisis maka persentase aliran batang umur 50 tahun sebesar 11 dan kelapa umur 20 tahun sebesar 3 dari rata-rata
total curah hujan yang terjadi di tiap lokasi. Hasil yang didapatkan pada
44 beberapa penelitian, khususnya pada kelapa sawit dan tanaman kelapa
juga menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu rata-rata kurang dari 20 Ridwan 2009; Pelawi 2009; Japar 2000.
Model empiris hubungan antara curah hujan total dengan aliran batang menunjukkan hubungan yang yang tidak berarti, karena koefisien
determinasi sangat rendah Gambar 11. Selain faktor morfologi batang kelapa, maka jarak distance tempuh air hujan menuju ke alat pengukur
yang jauh menyebabkan bias pengukuran tersebut . Jadi, model yang memadai untuk menyajikan hubungan antara curah hujan total dengan
aliran batang tidak dapat diandalkan.
4.6.3 Hujan efektif
Hujan efektif atau hujan neto P
n
adalah hujan yang dapat mencapai lahan di bawah suatu pertanaman, dan besarnya P
n
tergantung pada nilai curahan tajuk T
f
dan aliran batang S
f
. Model empiris yang menghubungkan antara besarnya curah hujan P dengan hujan efektif
P
n
menunjukkan bahwa makin besar curah hujan total, maka air yang mencapai lahan di bawah kelapa juga akan makin banyak, dan pola ini
sama untuk semua umur kelapa yang diteliti Gambar 12.
Gambar 12 Hubungan total curah hujan dengan hujan efektif P
n
kelapa umur 5, 20, dan 50 tahun di Kebun Percobaan Kima Atas,
Manado-Sulawesi Utara.
45 Hubungan curah hujan total dengan hujan efektif pada tanaman
kelapa sawit umur 8 tahun bersifat kuadratik dengan model empiris P
n
=11.244 e
0 .00 77 X
Suharto 2007. Pola hubungan antara hujan total dengan hujan efektif pada semua umur tanaman kelapa bersifat linear
positif dengan nilai koefisien determinasi R
2
lebih besar dari 0.80. Artinya, besaran hujan efektif fluktuasinya cukup kuat dipengaruhi oleh
curah hujan total. Persentase hujan efektif yang diterima di pertanaman kelapa umur 5, 20, dan 50 tahun berturut-turut adalah 71, 63, dan 71
dari rata-ratra total curah hujan di masing -masing lokasi. Lahan di pertamanan kelapa umur 5 tahun mendapatkan hujan efektif tertinggi di
banding umur kelapa 20 dan 50 tahun karena dimungkinkan oleh bentuk tajuk. Hujan efektif pada sawit sebesar 47 Suharto 2007.
Bentuk dan struktur tajuk kelapa sebenarnya tidak terlalu baik untuk mencegah proses erosi permukaan. Anak daun kelapa bisa
berfungsi memperbesar butiran air yang jatuh ke tanah, sehingga mempunyai energi kinetik besar saat menerpa permukaan tanah . Energi
tersebut bisa mempunya i daya dispersi atau penguraian yang besar terhadap butiranagregat tanah.
4.6.4 Intersepsi tajuk
Intersepsi tajuk tanaman menyatakan besaran dari kemampuan tanaman menahan air hujan. Sebagaimana hujan efektif, maka intersepsi
tajuk juga besarannya ditentukan oleh arsitek tajuk setiap tanaman. Intersepsi tajuk adalah selisih antara total curah hujan dengan hujan
efektif. Hubungan antara intersepsi hujan dengan curah hujan total tidak mempunyai pola yang jelas tapi pada kelapa sawit, model empiris
hubungan curah hujan dengan intersepsi tajuk bersifat kuadratik, dengan persamaan P
int
=12.122e
0.0083 X
R
2
=0.6792 Suharto 2007. Intersepsi tajuk tertinggi terjadi pada kelapa umur 20 tahun 38 dan terendah
pada kelapa 5 tahun 27 dari rata-rata total curah hujan yang terjadi. Nilai intersepsi tajuk termasuk unik, karena pada curah hujan
10mm persentase intersepsi tajuk bisa mencapai 70. Artinya, setiap tajuk hanya efektif hanya akan mempunyai kapasitas optimum menahan
46 air pada jumlah tertentu inte nsitas rendah, selebihnya fungsi tajuk tidak
lagi efektif. Intersepsi pada sawit umur 8 tahun maksimum bisa mencapai 65 dari hujan yang terjadi. Intersepsi tajuk kelapa Dalam,
Genjah, dan Hibrida berturut-turut sebesar 12, 9, dan 31 Japar 2000. Pelawi 2009 mendapatkan nilai intersepsi untuk kelapa sawit umur 10,
25 dan 35 tahun berturut-turut sebesar 52, 58, dan 71 dari total hujan yang terjadi.
Hasil penelitian, khususnya nilai intersepsi tajuk yang tidak berpola diduga karena karakter tanaman kelapa yang mempunyai pola
batang tunggal. Dicurigai banyak hujan yang jatuh kealat penampung tanpa melalui tajuk dan itu terjadi pada kelapa umur 5 tahun dan 50.
Analisis distribusi hujan lengkapnya disajikan pada Lampiran 8.
4.6.5 Hubungan karakter kelapa dengan distribusi hujan
Karakter fisik tanaman kelapa, baik karakter daun atau tajuk maupun batang sangat mempengaruhi kemampuan tanaman untuk
meneruskan atau menahan air hujan yang masuk pada sistem pertanaman. Hubungan antara karakter tajuk dengan distribusi hujan dapat ditunjukan
dengan nilai kapasitas dan porositas tajuk. Pendekatan ini biasanya digunakan pada sistem tanamanpohon dan telah diaplikasi pada tanaman
kelapa. Nilai karakter tersebut disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Karakter tajuk dan batang kelapa dihubungkan dengan variabel
distributribusi hujan rata-rata hujan.hari
-1
adalah 9 mm. Umur kelapa
tahun Kapasitas
tajukK
c
mm Porositas
tajuk P
c
Kapasitas batang K
s
mm Koefisien
input batang, I
s
mm 5
20 50
5 11
6 0.7
0.4 0.5
0.0 0.2
-0.7 0.00
0.02 0.11
Kapasitas tajuk K
c
adalah nilai yang memberikan petunjuk mengenai kemampuan maksimum tajuk menampung air hujan. Nilai ini
adalah fungsi dari curah hujan total dan curahan tajuk. Nilai K
c
kelapa umur 20 tahun adalah yang tertinggi dibandingk an umur kelapa lainnya.
47 Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa tajuk kelapa
tersebut mampu menyimpan hujan untuk setiap kejadian hujan lebih banyak. Hal ini terjadi ditunjang oleh karakter tajuk antara lain luas
daun, jumlah daun, dan jenis kelapa, yaitu Hibrida. Hibrida persilangan Dalam x Dalam yang terpilih pada penelitian ini memiliki daun lebih
rapat dan lebih panjang dibandingkan kelapa Dalam. Porositas tajuk P
c
adalah sifat dari tajuk untuk bisa ditembus oleh air hujan. Porositas tajuk kelapa umur 5 tahun adalah yang tertinggi,
dikarenakan bentuk shape tajuk seperti “sapu” artinya sebagian besar
pelepah daun hampir tegak, sehingga meloloskan air lebih banyak dibanding tajuk kelapa lainnya pada penelitian ini. Kapasitas tajuk
dengan nilai yang tinggi akan diikuti oleh sifat poro sitas yang rendah, artinya tajuk yang dapat menampung hujan lebih banyak , mempunyai
sifat untuk meneruskan hujan sebagai curahan tajuk lebih sedikit, begitu juga sebaliknya.
Nilai kapasitas batang dan koefisien input batang tidak memberikan gambaran atau pola yang jelas, karena nilai yang diperoleh
terlalu minim. Hal ini terjadi karena data pengukuran aliran batang tidak mempunyai nilai korelasi yang kuat dengan besarnya curah hujan.
Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa bentuk batang kelapa yang lebih panjang dengan permukaan yang kasar menjadi salah satu
penyebabnya. Data analisis distribusi hujan selengk apnya disajikan pada Lampiran 8.
4.7 Parameter Tanaman Sela 4.7.1 Pertumbuhan dan produksi jagung