b. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah manusia yang lepas dari lingkunganya, melainkan manusia yang
bertransenden terhadap lingkunganya. Ketidak pedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala prilaku implusif yang menunjukkan bahwa
kemandirian masarakat masih rendah.
c. Sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan mengorbankan prinsip. Gejala mitos bahwa segala sesuatu bisa diatur yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk adanya ketidak jujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah.
26
Gejala-gejala di atas merupakan sebagian kendala utama dalam mempersiapkan individu-individu yang mampu mengarungi kehidupan masa
mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian remaja menuju kearah kesempurnaan menjadi sangat
penting untuk diikhtiarkan secara serius, sistematis, dan terperogram. Sebab, problema kemandirian sesungguhnya bukanlah hanya merupakan masalah
intergeneration dalam generasi, teatapi juga merupakan masalah between generation antar generasi. Perubahan tata kemandirian yang terjadi di dalam
generasi dan antar generasi akan tetap memposisikan kemandirian sebagai isu actual dalam perkembangan manusia.
27
26
Mohammaad Ali. Muhammad Asrori, Psikologi Remaja, Jakarta : Bumi Aksara, 2009, h. 107-109.
C. Kerangka Pemikiran
Uma Sekaran dalam bukunya business research mengemukakan bahwa, kerangka penting.
28
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu di jelaskan hubungan
antar variabel independen dan dependen. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
29
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dan individu akan terus beljar untuk bersikap
mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkunga, sehingga individu pada akhirnya mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandiriannya,
seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang dengan lebih mantap. Upaya dalam meningkatkan kemandirian belajar peserta didik diperlukan
terapi analisis transaksional adalah menekankan pada pola interaksi antara orang- orang, baik yang verbal maupun non verbal corak konseling ini dapat di terapkan
dalam konseling individu tapi di anggap paling bermanfaat dalam konseling kelompok, karena konselor mendapatkan kesempatan untuk dapat langsung
mengamati pola-pola interaksi anatara seluru anggota kelompok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar kemandirian belajar
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan RD, Bandungn: Alfa Beta, 2011, h.60
29
Sugiyono, ibid. h, 60.
Teknik analisis transaksional dengan konseling kelompok
Meningkatkan kemandirian belajar peserta didik peserta didik dengan menggunakan teknik analisis transaksional dengan konseling
kelompok pada peserta didik kelas VII C MTs Negeri 3 Lampung Utara
Gambar .1 Kerangka Pikir Penelitian PengaruhTeknik Analisis Transaksional
dengan Konseling Kelompok
Kemandirian Belajar
Didalam AT terdapat tujuan yaitu :
1 Membantu konseli agar
sanggup memilih
ingin menjadi apa
dirinya
2 Membantu konseli
menguji keputusan-
keputusan kecil dan
mebuat putusan-
putusan baru
Teknik analisis transaksional dapat
digunakan konseling individu ataupun
kelompok tapi lebih cocok menggunakan
konseling kelompok. Konseling kelompok
adalah suatu kegiatan atau aktivitas suatu
kelompok secara serentak dalam
menyelesaikan masalah baik dalam
penyesuain maupun perkembangan
sosiopsikologinya Teknik analisis
transaksional memiliki langkah-langkah sebagai
berikut: 1 Untuk menentukan
kontrak 2 Mengajarkan konseli
tentang ego state dengan diskusi
bersama konseli 3 Melakukan kontrak
yang dilakukan konseli sendiri untuk
melangkah kearah tujuan yang akan
ditetapkan
Penyebab 1.
Sosial 2.
Lingkungan sekolah 3.
Malas belajar 4.
Pesimis 5.
Keluarga
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.
30
Artinya bisa ditentukan kemungkinan benar atau salahnya lewat pengujian atau pembuktian secara empiris. Itulah yang disebut hipotesis.
Jadi, hipotesis adalah pernyataan bisa diuji kebenaranya dan bisa yang menjadi solusi atau jawaban terhadap suatu masalah. Berdasarkan latar belakang masalah,
teori dan kerangka fikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian yang di
ajukan oleh peneliti adalah “teknik analisis transaksional untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik kelas VII C di MTs Negeri 3 Lampung Utara
20162017
”.
Berdasarkan konsep hipotesis penelitian yang di ajukan maka: Ha : Teknik analisis transaksional dapat berpengaruh dalam meningkatkan
kemandirian belajar peserta didik di MTs N 3 Lampung Utara. Ho : Teknik analisis transaksional tidak dapat berpengaruh dalam meningkatkan
kemandirian belajar peserta didik di MTs N 3 Lampung Utara. Sedangkan Hipotesis Statistik sebagai berikut :
Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2
Dimana:
30
Sgiyono, ibid, h. 64.