21
2 Sukarela ridha, tidak dalam keadaan dipaksa terpaksa dibawah
tekanan. b.
Objek yang diperjual belikan 1
Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang 2
Bermanfaat 3
Penyerahannya dari penjual kepembeli dapat dilakukan 4
Merupakan hak milik penuh yang berakad 5
Sesuai dengan spesifikasi antara yang serahkan penjual dan yang diterima pembeli
c. Akad sighat
1 Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa berakad.
2 Antara ijab qabul serah terima harus selaras baik dalam spesifikasi
barang maupun harga yang disepakati. 3
Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal atau kejadian yang akan datang.
4 Tidak membatasi jangka waktu.
C. Konsep Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian pembiayaan murabahah
Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim
digunakan oleh Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang serharga barang tersebut ditambah
22
keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Beberapa besar keuntungan
tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam persentase dari harga
pembeliannya, misalnya 10 atau 20.
28
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan Margin yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of
profit-nya Keuntungan yang ingin diperoleh.
29
Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli
tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
30
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang
setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya bank dapat
meminta uang muka pembelian pada nasabah.
28
Ibnu Abidin, Rad al-Mukht ar „alal Ardh al-Mukhtar, VI, hlm. 19-50: al-Kurtubi, Bidayatul
Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II, hlm. 211.
29
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keungan Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol. 3. 2004, h. 113.
30
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II¸ hlm. 293.
23
Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada
pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya kepada si pemesanan.
Contoh si Fulan ingin membeli mobil dengan perlengkapan tertentu yang harus dicari, dibeli, dan dipasang pada mobil pesanannya oleh dealer mobil.
Tranksaksi murabahah melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih Islam, antara lain dikatakan oleh Imam Muhammad ibnul-Hasan Al-Syaibani, Imam
Syafi’i dan Imam Ja’far Al-Shiddiq. Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual beoleh meminta
pembayaran Hamish ghadiyah¸ yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul. Hal ini sekadar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli. Bila kemudian
sipenjual telah membeli dan memasang berbagai perlengkapan di mobil pesanannya, sedangkan si pembeli membatalkannya, Hamish ghadiya ini
dapat digunakan untuk menutup kerugian si dealer mobil. Bila jumlah hamish ghadiyah-nya lebih kecil dibandingkan jumlah kerusakan yang harus
ditanggung oleh si penjual, penjual dapat meminta kekurangannya. Sebaliknya, bila berlebih, si pembeli berhak atas kelebihan itu.
31
2. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah
31
A.Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan Jakarta: Raja Grafindo Persada, Vol.3. 2007, h.115.
24
Sesuai dengan sifat bisnis tijarah, transaksi bai’al-murabahah memiliki
beberapa manfaat, demikian juga risko yang harus diantisipasi. Bai’al-
murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’almurabahah juga
sangat sederhana.Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain
sebagai berikut : a.
gagal atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran. b.
pergerakan harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual beli tersebut. c.
Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga
nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungin dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi
barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut
akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
d. Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah
25
bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.
32
Secara umum, aplikasi perbankan dari bai’ al-murabahah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini
Akad jual beli Bayar
Beli barang kirim
D. Manajemen Risiko Pembiayaan dan Analisis Kelayakan Pembiayaan