Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, PT. Alumni,

umumnya berjejal-jejal yang akan mengakibatkan kelambatan dan mempengaruhi kenaikan ongkos. Jaring-jaring angkutan udara untuk menghubungkan ibukota RI dengan ibukota-ibukota propinsi dilakukan dengan angkutan udara Nusantara. 2 Di samping itu, angkutan udara Nusantara juga menghubungkan ibukota RI dengan tempat-tempat tertentu yang secara ekonomis maupun politis mempunyai nilai potensial, di samping tempat-tempat yang secara politis dipandang rawan. Dengan adanya jaring-jaring angkutan udara ini para pejabat, pedagang, industriawan, wisatawan dengan mudah melakukan beberapa pekerjaan yang tiba gilirannya meninggikan hasil produksi nasional. 3 Dari sini telah kita lihat bahwa pengangkutan udara mempermudah dalam melakukan transportasi antar pulau maupun daerah dengan waktu yang lebih singkat dan ekonomis. Pesawat udara memiliki kecepatan yang melebihi alat pengangkutan yang lain, seperti pengangkutan darat dan laut. Bepergian ke pulau lain atau dalam sebuah pulau yang berjarak jauh, apabila dilakukan dengan menggunakan pesawat udara akan menempuh waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan transportasi atau angkutan darat maupun laut. 2

K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, PT. Alumni,

Bandung, 1987, hal. 95 dan 103. 3 Ibid. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, pengangkutan udara mempunyai peran yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena harus mampu menjadi jembatan penghubung dan membuka daerah-daerah terisolasi di dalam negeri , sehingga harus dapat menjadi sarana untuk pemerataan di segala bidang. Selain itu, pentingnya pengangkutan udara dapat dilihat dari peningkatan sarana dan prasarana pengangkutan udara yang dari tahun ke tahun terus meningkat. 4 Perkembangan di bidang pengangkutan udara selain dialami oleh perkembangan dan peningkatan sarana dan prasarana, terjadi juga dalam penggunaan jasa pengangkutan udara. Pada mulanya, pesawat udara hanya digunakan untuk mengangkut penumpang sehingga tidak mengherankan apabila pertumbuhan hukum tentang tanggung jawab pengangkut pengangkut udara terhadap penumpang jauh lebih pesat daripada pertumbuhan tanggung jawab pengangkut terhadap kargo. Dalam perkembangannya, pengangkutan kargo mulai menampakkan peranan penting. 5 Pada tahun 19831984 pengguna jasa angkutan udara dalam negeri berjumlah 5.286.000 orang dan luar negeri berjumlah 1.048.943 orang. Pada tahun 19921993, keadaan tersebut meningkat menjadi 8.253.852 untuk pengangkutan dalam negeri, dan 1.889.283 orang untuk pengangkutan luar 4 Toto. T. Suriaatmadja, op.cit., hal. 2. 5 Toto Tohir Suriatmadja, Masalah dan Aspek Hukum dalam Pengangkutan Udara Nasional, CV. Mandar Maju, Bandung, 2006, hal. 1. Universitas Sumatera Utara negeri. Walaupun terjadi krisis, tetapi sampai akhir tahun 1997 jumlah pengguna pengangkutan udara tetap meningkat yaitu pengangkutan dalam negeri berjumlah 13.558.000 orang dan pengangkutan luar negeri mencapai 3.498.000 orang. Dalam pengangkutan kargo, perkembangan pengguna jasa angkutan udara terus meningkat seiring lajunya perkembangan di atas. Untuk pengangkutan kargo dalam negeri , dari kapasitas yang tersedia termanfaatkan 507.894.000 ton km untuk tahun 19881989 menjadi 668.492.000 ton km pada tahun 19921993; dan untuk pengangkutan kargo luar negeri termanfaatkan 1.224.623.000 ton km menjadi 1.555.034.000 ton km pada tahun 19921993, sedangkan sampai dengan tahun 19961997 untuk dalam negeri menjadi 984.874.000 ton km, dan untuk luar negeri menjadi 1.956.203.000 ton km. 6 Perkembangan pengangkutan kargo tidak sepesat pengangkutan penumpang karena memang pada mulanya pesawat udara hanya digunakan untuk mengangkut penumpang. Akan tetapi, keadaan tersebut tidak menghalangi para perekayasa pesawat udara untuk tetap mengembangkan pesawat-pesawat yang mampu mengangkut kargo sesuai dengan kecenderungan yang terjadi yaitu dengan penggunaan kontainer-kontainer standar. 7 Meskipun perkembangan pengangkutan kargo tidak sepesat perkembangan penumpang, bukan berarti perusahaan-perusahaan pengangkutan tidak memberikan pelayanan yang baik bagi pengguna jasa angkutan kargo. 6 Op.cit., hal. 3. 7 Ibid, hal. 4. Universitas Sumatera Utara Memang dalam hal pengangkutan udara, para perekayasa pesawat udara selain menciptakan inovasi dalam melayani pasar kargo, juga dilakukan dengan cara modifikasi pesawat yang sudah ada. Namun begitupun tidak selamanya pengangkutan udara dapat terselenggara dengan baik, sebab tidak mungkin menutup kemungkinan pula terjadinya hal-hal yang menyebabkan kerugian bagi pihak pengguna jasa angkutan kargo melalui pengangkutan udara. Kerugian- kerugian itu muncul karena rusak, hilang, atau musnahnya kargo yang diangkut. Adanya kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan, kehilangan, dan atau kemusnahan kargo tersebut,maka harus ada pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap kejadian tersebut. Tanggung jawab atas pengguna jasa pengangkutan udara didasarkan pada perjanjian antar pengangkut dengan penumpang, sehingga apabila terjadi suatu hal yang menyebabkan kerugian bagi pengguna jasa pengangkutan udara maka pihak pengangkut bisa dimintai pertanggungjawaban. Selama pengangkutan berlangsung, penguasaan pesawat beserta isinya ada di tangan pengangkut. Oleh sebab itu sudah menjadi jelas segala kerugian yang timbul karena kerusakan, kehilangan, dan atau kemusnahan kargo merupakan tanggung jawab pengangkut, kecuali kargo-kargo yang dalam hal: 1. Keadaan, kualitas atau kerusakan dari kargo sendiri; 2. Kesalahan dalam pembungkusan packing yang dilakukan bukan oleh pengangkut, pekerjanya, atau agennya; 3. Peperangan; dan Universitas Sumatera Utara 4. Suatu tindakan penguasaan sehubungan dengan masuk, keluar, dan transit dari kargo; 8 Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya. Tanggung jawab pengangkut udara terhadap pengguna jasa pengangkutan udara akan dipertanggungjawabkan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Dalam prakteknya, para pengguna jasa angkutan kargo sering kali menggunakan jasa Ekspeditur Muatan Pesawat Udara dalam hal pengangkutan kargo. Mereka membuat perjanjian dengan pihak Ekpeditur Muatan Pesawat Udara dalam perjanjian angkutan kargo melalui pengangkutan udara. Para pemakai jasa pengangkutan kargo ini memilih untuk menggunakan jasa Ekspeditur Muatan Pesawat Udara tersebut didasari dengan kepercayaan terhadap pihak ekspeditur bahwa Ekspeditur Muatan Pesawat Udara akan mampu menyelesaikan segala hal yang perlu untuk mengirimkan kargo sampai ke tujuan penerima kargo dalam keadaan yang baik seperti yang diharapkan. Namun ketika kargo yang dikirim melalui pengangkutan udara sampai kepada penerima kargo dalam keadaan yang tidak seperti diharapkan, dalam arti kargo mengalami kerusakan, kehilangan, atau kemusnahan, sering kali terjadi penyimpangan tanggung jawab dari pihak Ekpedisi Muatan Pesawat Udara itu sendiri terhadap pengguna jasa angkutan kargo. Padahal, para pengguna jasa angkutan kargo itu telah menaruh kepercayaan kepada pihak Ekspedisi Muatan Pesawat Udara untuk mengirimkan kargo sampai kepada penerima dalam 8 Ibid, hal 44. Universitas Sumatera Utara keadaan yang baik dengan mengadakan perjanjian angkutan kargo dengan pihak Ekspedisi Muatan Pesawat Udara. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menulisnya dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul “ TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA EMPU DALAM PERJANJIAN ANGKUTAN KARGO MELALUI PENGANGKUTAN UDARA”. Penulis juga sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis secara pribadi dan masyarakat pada umumnya.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Perusahaan Publik Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia

2 102 177

Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pengguna Jasa Bandar Udara dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Pada PT Angkasa Pura II (Persero) Medan)

4 62 92

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Perusahaan Pembiayaan ( Leasing ) Atas Klaim Dari Tertanggung (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

3 81 156

Tangung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Barang Bagasi Penumpang

8 74 126

Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Barang Terhadap Barang Kiriman Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi Pada Perusahaan Angkutan CV. Sempurna)

0 39 85

Tanggung Jawab Perusahaan Dalam Penyampaian Prospektus Di Pasar Modal

9 83 93

Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarder) Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut (Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan)

24 292 106

Pengendalian Pencemaran Udara Melalui Penanganan Emisi Gas

0 44 8

Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Terhadap Kerusakan Barang Dagang Dalam Perjanjian Pengangkutan Laut (Studi CV. Camar Indah Medan)

6 200 102

Tanggung Jawab Perusahaan Pemenang Tender Pekerjaan Menurut Perpres No. 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

1 54 82