BAB III PERIHAL PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA
A. Pengaturan Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat
Dalam dunia perdagangan, adanya perantara merupakan hal yang lazim. Demikian pula dalam usaha pengangkutan. Hal ini karena orang ingin
mendapatkan ongkos yang murah dan pelayanan yang baik. Perantara-perantara tersebut kita jumpai dengan penunjukan ekspeditur dan pengusaha-pengusaha
pengangkutan. Perihal ekspeditur ini diatur di dalam title V bagian ke 2 Buku 1 KUHD.
Mengenai Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara untuk sementara kita memperoleh arti Ekspeditur dalam KUHD yang tercantum dalam Pasal 86
ayat 1 yang berbunyi, “ Ekspeditur adalah orang yang pekerjaannya menyuruh orang lain untuk menyelenggarakan pengangkutan barang-barang dagangan dan
barang-barang lainnya melalui daratan atau perairan.” Di sini jelas bahwa ekspeditur menurut UU hanya seorang perantara yang bersedia mencarikan
pengangkut bagi pengirim dan tidak mengangkut sendiri barang-barang yang telah diserahkan kepadanya itu. Tetapi dalam praktek tidak saja ekspeditur itu
melulu mencarikan pengangkutan terhadap barang-barang yang akan dilaksanakan oleh orang lain pengangkut, melainkan ada juga yang
menjalankan pengangkutan sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian yang dibuat antara ekspeditur dan pengirim disebut perjanjian ekspedisi, sedangkan perjanjian antara ekspeditur, atas nama pengirim, dengan
pengangkut disebut perjanjian pengangkutan. Wiwoho Soedjono menyebutkan perantara yang menyelenggarakan
pengangkutan kargo ini dengan sebutan agen agent. Ia mengatakan bahwa, “agen ini adalah seorang yang bekerja untuk kepentingan pengangkut
berdasarkan suatu perjanjian yang bukan perjanjian kerja misalnya seorang agen penjual tiket”.
44
Ekspeditur ini bekerja bukan bekerja pada pengangkut atau dengan kata lain bukan bekerja untuk kepentingan pengangkut, melainkan ekspeditur ini
bekerja untuk kepentingan pengirim barang yang lazim disebut dengan sebutan Ekspedisi Muatan. Dalam penyelenggaraan angkutan muatan melalui
pengangkutan udara dikenal dengan Ekspedisi Muatan Pesawat udara. “Ekspedisi hanya mengkhususkan diri terutama dalam bidang jasa
kepabeanan Custom Brokeroge-inuitklaring dan pergudangan dan terikat pada satu muatan”.
45
Sejalan dengan perkembangan dunia pengangkutan udara bidang jasa ini tidak mengkhususkan diri dalam bidang kepabeanan dan pergudangan saja akan
tetapi termasuk segala kegiatan dalam rangka terselenggaranya pengiriman
44
Wiwoho Soedjono, SH, Perkembangan Hukum Transportasi Serta Pengaruh dari Konvensi-Konvensi Internasional, Cet. I, Yogyakarta, Liberty, 1988, hal. 110.
45
Sukrisman, Ekspedisi Muatan Freight Forwarding, Bandung, Alumni, 1985.
Universitas Sumatera Utara
barang termasuk pemberian saran yang baik kepada para pemakai jasa angkutan dan pemakaian sarana angkutan yang lebih menguntungkan bagi langganannya.
Untuk terselenggaranya pengiriman barang ini sudah tentu sebagaimana lazimnya yang terjadi dalam pengangkutan pada umumnya harus memenuhi
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Ordonansi Pengangkutan Udara.
Mengenai kedudukan ekspeditur ini diatur diatur dalam bagian II title V buku I Pasal 86 sampai dengan Pasal 90 KUHD. Menurut Pasal 86 KUHD maka
ekspeditur dirumuskan sebagai seorang yang pekerjaannya menyuruh mengangkut Doen vervoeren barang-barang perdagangan baik melalui darat
maupun melalui laut. Ia sendiri bukan pengangkut tetapi pengangkut itu diserahkan atas tanggung jawabnya kepada pihak lain. Pertanggungjawaban itu
meliputi: mengambil dan mengantar barang-barang itu dan jika perlu menyimpan barang itu sebelum dikirim, sehingga seolah-olah ia sendiri yang melakukannya.
Ia juga bertanggungjawab apabila menggunakan ekspeditur perantara tussen ekspediture Pasal 87 sampai dengan 89 KUHD.
Seorang ekspeditur bertindak sebagai penerima perintah isthebber dari pihak pengirim. Untuk ini ia dapat membuat c.q menutup persetujuan
pengangkutan dengan pihak pengangkut atas nama pengirim atau atas nama sendiri yang biasanya dilakukan dalam praktek sehingga secara praktis tidak
terlihat dengan pengusaha transpor.
Universitas Sumatera Utara
Perihal Ekspeditur ini di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 merupakan salah satu dari banyak pihak yang melakukan kegiatan pegusahaan di
bandar udara. Pada Pasal 232 ayat 1 huruf b ia termasuk dalam kelompok pelayanan jasa terkait bandar udara. Lebih tepat di dalam Pasal 232 ayat 3
huruf a ia merupakan jasa terkait untuk menunjang kegiatan pelayanan operasi pesawat udara di bandar udara khusus untuk penanganan kargo.
Namun mengenai defenisi dari jasa terkait yang khusus melaksanakan penanganan kargo ini tidak ada ditemukan di dalam Penjelasan Pasal 232
Undang-Undang Tentang Penerbangan yang dimaksud. Hanya dikatakan “cukup jelas”. Sehingga untuk mendapatkan pengertian tersebut, kita perlu
memperhatikan Ketentuan Penutup dari Undang-Undang ini. Pada Pasal 464 tampak bahwa semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1992 tentang Penerbangan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Maka
berdasarkan Pasal 464 UURI Nomor 1 Tahun 2009, ekspedisi muatan pesawat udara ini diatur di dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun
1990. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan tersebut ekspedisi muatan pesawat udara adalah usaha pengurusan dokumen-dokumen dan pekerjaan-
pekerjaan yang menyangkut penerimaan dan penyerahan muatan yang diangkut melalui udara untuk diserahkan kepada dan atau diterima dari perusahaan
penerbangan untuk keperluan pemilik barang baik dalam maupun luar negeri, sedangkan perusahaan ekspedisi muatan pesawat udara adalah perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
kegiatannya khusus memberikan pelayanan di bidang jasa ekspedisi muatan pesawat udara.
46
B. Fungsi dan Tugas Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara