membantu siswa-siswa yang cepat the accelarated students, dan yang lambat the slow learners misalnya dengan menggunakan sistem pengajaran modul. Penjurusan
atau pemilihan dan penentuan program studi seyogianya memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang
menyangkut kemampuan dasar intelektual IQ, bakat khusus aptitudes, disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa bersangkutan.
5.2. Pengaruh Peer Group terhadap Konsep Diri Remaja tentang Perilaku
Seksual
Pada analisis bivariat diperoleh bahwa peer group berhubungan secara signifikan terhadap konsep diri remaja dengan nilai p sebesar 0.000 p0.05. Pada
analisis multivariat peer group yang memiliki koefisien regresi sebesar 8,627 yang bertanda positif terhadap konsep diri remaja dan nilai t
hitung
Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Putri 2012 ditemukan bahwa pengaruh peer group kuat maupun pengaruh peer group lemah tidak sepenuhnya
memengaruhi perilaku seksual remaja. Dimana dari 54 responden yang peer groupnya lemah, seluruh responden 100 berperilaku seksual yang aman.
sebesar -0,727 dengan tingkat signifikansi 0,000 dimana p=0,05. Hal ini berarti peer group berpengaruh
positif terhadap konsep diri remaja tentang perilaku seksual.
Nilai Adjusted R Square diperoleh sebesar 0,440. Hal ini berarti bahwa 44,0 konsep diri remaja tentang perilaku seksual dapat dijelaskan oleh variabel pola asuh
Universitas Sumatera Utara
orang tua dan peer group. Sedangkan 54.0 dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Didalam peer group remaja berusaha menemukan konsep dirinya. Peer group memberikan lingkungan, dimana remaja dapat melakukan sosialisasi dengan teman
seusianya. Akan tetapi sangat berbahaya apabila kelompok sebaya ini cendrung tertutup, dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompoknya dan harus
mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya. Peer group
sebagai interaksi individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar diantara kelompoknya. Pola asuh
merupakan interaksi anak dan orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang
ada dalam masyarakat Edward, 2006. Pengaruh peer group pada pembentukan konsep diri remaja tentang perilaku
seksual memang sangat besar, hal ini dikarenakan pada usia remaja, kebutuhan emosional individu beralih dari orangtua kepada teman sebaya. Pada masa ini, teman
sebaya juga merupakan sumber informasi. Tidak terkecuali dalam pembentukan konsep diri mengenai perilaku seksual, sayangnya informasi yang diberikan oleh
teman sebaya cenderung salah. Remaja berusaha menemukan konsep dirinya di dalam kelompok sebayanya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa
memperdulikan sanksi-sanksi orang dewasa. Kelompok sebaya memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi di mana nilai yang
Universitas Sumatera Utara
berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya. Inilah letak berbahayanya bagi teman sebaya memainkan peran yang
signifikan dalam kehidupan remaja, tidak terkecuali dalam hal seksualitas Sarwono, 2011.
Newcomb, Huba, and Hubler 1986 dalam Hurlock 2003, mengatakan bahwa perilaku seksual juga dipengaruhi secara positif oleh teman sebaya yang juga
aktif secara seksual. Jika seorang remaja memiliki teman yang aktif secara seksual maka akan semakin besar pula kemungkinan remaja tersebut untuk juga aktif secara
seksual mengingat bahwa pada usia tersebut remaja ingin diterima oleh lingkungannya. Pada masa remaja, kecenderungan menjadi anggota teman sebaya
peer group sangat kuat. Remaja menginginkan teman dan menjadi bagian dari ikatan di antara sesama mereka. Pola sikap tindakan yang diakui dan dihargai dalam
ikatan teman sebaya dianggap sebagai suatu pengakuan terhadap superioritas. Interaksi yang intensif ini dan disertai oleh fenomena disebut konformitas atau
tekanan teman sebaya. Santrock 2003 mengatakan, bahwa tekanan kelompok bisa berarti kondisi di mana seseorang mengadopsi sikap atau perilaku dari orang lain
dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut yang merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
pembentukan konsep diri remaja. Ketika berada dalam tekanan kolompok yang buruk tentang perilaku seksual, maka konsep diri remaja tentang perilaku seksual akan
buruk juga, akibat dari tekanan kelompok tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Santrock 2007 mengatakan, bahwa kuatnya peer group bisa berarti kondisi dimana seseorang mengadopsi sikap atau perilaku dari orang lain dalam
kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut. Sejalan dengan Hurlock 2003 yang mengatakan bahwa
dalam menguasai tugas-tugas perkembangan remaja yaitu pembentukan hubungan- hubungan yang baru dan lebih matang dengan lawan jenis serta memainkan peran
jenis kelamin, remaja mengalami tekanan-tekanan sosial baik dari lingkungan maupun dari peer group tetapi yang terutama adalah konsep diri dan minat remaja
pada seksual serta keingintahuan tentang seksual cenderung meningkat. Sarwono 2011 menjelaskan karena kuatnya peer group pada remaja, maka
biasanya hal ini sering dianggap juga sebagai faktor yang menyebabkan munculnya tingkah laku remaja yang buruk. Apabila lingkungan peer group remaja tersebut
mendukung untuk dilakukan seks bebas, maka remaja tersebut sangat berpeluang untuk melakukan seks bebas. Hal ini bukan saja mempengaruhi remaja tersebut
dalam berhubungan dengan keluarganya, tetapi juga mempengaruhi kehidupan sosial, sekolah dan harapannya.
Menurut Santrock 2007 kualitas hubungan pertemanan dengan peer group akan memberikan umpan balik bagi remaja mengenai bagaimana seharusnya bersikap
dan mengevaluasi diri dan orang lain. Hal ini sulit dilakukan di rumah karena saudara biasanya berusia lebih tua atau lebih muda.Menjadi anak yang populer dapat
membantu anak dalam melakukan tindakan prososial dan menciptakan kebiasaan membantu kelompok teman sebayanya. Tindakan prososial yang dimaksud seperti
Universitas Sumatera Utara
kemampuan untuk memecahkan masalah sosial, perilaku sosial yang positif, dan membantu mereka dalam menjalin hubungan pertemanan.
Remaja selalu berusaha untuk menemukan konsep dirinya di dalam peer group. Peer group memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat
melakukan sosialisasi di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya. Inilah letak berbahayanya bagi
perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam peer group ini cenderung tertutup, di mana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompoknya dan
harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh peer group tersebut misalnya dalam hal perilaku seksual Sarwono, 2011.
Dengan demikian dalam pembentukan konsep diri remaja peran orang tua adalah yang utama karena keluarga adalah lingkup terkecil dalam masyarakat.
Sedangkan dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah peran guru menggantikan peran orang tua dan juga dengan adanya teman sebaya peer group akan semakin
melengkapi referensi remaja dalam membentuk konsep dirinya sendiri. Pastinya yang diharapkan adalah konsep diri yang baik apalagi dalam hal perilaku seksual. Baiknya
dengan didikan dari keluarga yaitu orang tua dan saudara kemudian dari sekolah yaitu guru dan teman sebaya dapat mengasah perilaku remaja menjadi lebih baik dan
menimbulkan dampak mampu bersaing secara positif nantinya baik dalam dunia pendidikan maupun dunia pekerjaan untuk kedepannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN