Penonton atau Bystander Komponen-Komponen School Bullying

38 Dalam bukunya Tisna Rudi 2010: 6 menjelaskan beberapa karakteristik atau ciri-ciri korban school bullying, menurut penelitian yang dilakukan Bernstein dan Watson pada 1997, seorang korban school bullying cenderung memiliki ukuran tubuh lebih kecil atau lebih lemah dari teman sebayanya. Dengan kata lain, dapat diartikan sebagai teman atau adik kelas junior yang jelas lebih kecil. Sedangkan Junger-Tas dan Van Kesteren dari Belanda, dalam penelitiannya tahun 1999 menemukan bahwa korban school bullying adalah siswa yang tidak memiliki teman 51 dan 11 siswa dengan teman lebih dari 5 orang. Selain itu korban school bullying juga memiliki ciri-ciri, siswa merupakan siswa baru, memiliki latar belakang ekonomi atau sosial yang diincar pelaku school bullying, memiliki latar belakang budaya atau agama berbeda, warna kulit atau rambut berbeda dan faktor intelektual.

c. Penonton atau Bystander

Dalam bukunya, Barbara Coloroso 2006: 127-128 yang disebut dengan penonton adalah, peran pendukung. Penonton dapat membantu, mendorong penindas. Namun mereka juga dapat berdiam diri dan melihat apa yang terjadi. Sedangkan Tisna Rudi 2010: 8 mengidentifikasikan bystander sebagai orang yang berada di dekat korban. Menurut penelitian yang dilakukan Delbra 39 Pepler, Les Parsons, 2009: 27 penonton menyaksikan 85 intimidasi yang terjadi di sekolah dan tiga perempatnya menyetujui tindakan tersebut. 1 Penggolongan Penonton Stuart Twemlow Les Parsons, 2009: 28 membagi penonton menjadi empat peran, yaitu: a Penonton pelaku intimidasi Penonton ini membujuk siswa lain untuk bentindak dalam melakukan bullying, karena dia tidak mau dipersalahkan. b Penonton korban intimidasi Penonton dalam hal ini tidak mau ikut campur dalam bullying atau sekedar menonton. c Penonton yang acuh tak acuh Dalam hal ini staf sekolah adalah yang berperan. Mereka cenderung diam dan menyangkal adanya bullying. d Penonton yang ambivalen Penonton pada peran ini mencoba menengahi dan tidak mau terlibat dalam urusan bullying. Barbara Coloroso 2006: 132-133 membagi karakter dalam bullying menjadi 7. Beberapa diantaranya adalah penonton, a Penindas; b Pengikut; c Pendukung; 40 d Para pendukung pasif; e Penonton yang tidak terlibat. Penonton ini menonton peristiwa namun mengacuhkan dan menganggap peristiwa tersebut bukanlah urusannya; f Orang yang berpotensi menjadi pembela. Penonton dalam hal ini tidak menyukai perilaku bullying dan berfikir seharusnya mereka menolong, namun tidak melakukan. g Para pembela target. Mereka adalah siswa yang mencoba membela dan membantu target karena ketidaksukaan mereka terhadap bullying. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa, penonton atau bystander dalam school bullying, dikategorikan menjadi beberapa, yaitu, penonton yang yang menjadi pemicu terjadinya school bullying, penonton yang yang diam saja, penonton yang ikut menyemangati pelaku school bullying dan penonton yang berusaha menengahi atau membantu korban. Peneliti lebih condong pada pendapat Stuart Twemlow Les Parsons, 2009: 28 yang membagi penonton menjadi empat, yaitu penonton pelaku intimidasi, penonton korban intimidasi, penonton yang acuh tak acuh serta penonton yang ambivalen. 2 Alasan penonton school bullying Seorang penonton school bullying memiliki alasan, akan apa yang mereka lakukan saat mereka melihat perilaku tersebut 41 menimpa teman mereka. Barbara Coloroso 2006: 134-135 dalam bukunya menyebutkan: a Penonton takut dirinya tersakiti. Seorang penindas biasanya memiliki fisik besar dan kuat, serta reputasi reputasi yang menakutkan. b Penonton takut dirinya ikut menjadi korban. Pelaku school bullying biasanya akan melakukan tindakan bila ada orang yang ikut campur. c Penonton takut melakukan sesuatu, karena takut akan memperburuk situasi. d Penonton tidak tahu, tindakan yang harus dilakukan. penonton pada umumnya tidak tahu cara menghentikan perilaku bullying yang terjadi di depan mereka. Selain itu, Barbara Coloroso 2006: 136-139 juga membeberkan beberapa penbenar dari tindakan penonton yang hanya diam bila melihat adanya perilaku school bullying. a Penindas adalah teman dari penonton Penonton menjadi enggan melaporkan adanya school bullying bila mereka menganggap pelaku adalah teman mereka. b Menganggap hal tersebut bukanlah masalah mereka Kebanyakan dari anak-anak menganggap perilaku bullying yang terjadi di hadapanya mereka bukanlah urusan mereka, 42 dan menganggap hal tersebut sebagai pembenar akan tindakan mereka yang acuh. c Menganggap korban bukan teman mereka Penindas biasanya memilih target dengan sedikit teman. Dengan demikian, target tidak memiliki pembela, ketika mereka mengalami tindak kekerasan. d Menganggap korban adalah pecundang Penonton takut akan kehilangan reputasi, bila mereka menolong korban. e Menganggap korban layak ditindas Mereka beranggapan seorang korban yang diam saat mengalami bullying adalah sikap yang menyebabkan korban memang layak ditindas f Penindas akan membuat dirinya Pelaku mampu mempermalukan seseorang. Mereka tidak anak menguatkan target. g Aturan untuk diam diantara para penonton Penonton umumnya tidak mau dianggap sebagai seorang pengadu dan dianggap menyulitkan orang lain. h Penonton lebih suka menjadi bagian dari penindas, dari pada bagian kelompok tertindas Saat menyaksikan bullying siswa sebagai penonton biasanya mengidentifikasikan diri sebagai anggota 43 kelompok pelaku, dan menganggap korban bukanlah bagian darinya. i Bullying menimbulkan beban berat di otak penonton Seorang penonton akan mempertimbangkan, siapa yang akan mereka bela. Hal ini menimbulkan ketegangan emosi pada diri penonton. Dari kedua pendapat Barbara Coloroso diatas, dapat disimpulkan bahwa alasan seorang penonton diam ketika menyaksikan school bullying adalah ketakutan akan dijadikan korban berikutnya, ketidaktahuan akan apa yang harus dilakukan, menganggap diri sebagai bagian dari kelompok pelaku school bullying, menganggap masalah tersebut bukan masalah mereka, tidak mau dianggap sebagi pengadu serta menganggap korban memang layak untuk mengalami bullying.

3. Bentuk-Bentuk School Bullying