Pengurangan frekuensi membolos melalui program Token Economy untuk siswa SMA N 1 Kokap Kulon Progo Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.
ABSTRACT
THE REDUCTION OF DITCHING FREQUENCY AND THE IMPROVEMENT OF ENGLISH LANGUAGE LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH TOKEN ECONOMY PROGRAM FOR A STUDENT OF SMA NEGERI 1 KOKAP KULON PROGO
YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR
by
Elisabeth Melina Hawa Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This study aims to (1) determine whether the Token Economy program can reduce the frequency of ditching 20 times during the in a semester to be not at all, (2) determine whether the administration of Token Economy program can improve the achievement of learning English language from grade 60 to 70 of KKM standard value. This research was carried out to a high school student of SMA Negeri 1 Kokap in 2012/2013 academic year.
This study is an action research. The data on the frequency of ditching and the improvement of English language learning achievement were gathered through document of the attendance and report card. The data analysis of action was conducted by developing token economy program in a systematic, organized, structured, and meaningful way in accordance with the research objectives.
The results show that the subject has positive improvement through token economy program. The positive improvement is (1) in the beginning of April 2013 the subject never skipped English class, and in May 2013 the subject became increasingly diligent in English class; (2) In the beginning of April 2013 the subject was not able to pronounce English words clearly and correctly, and in May 2013 the subject was able to pronounce English words clearly and correctly; (3) In the beginning of April 2013 the subject was not able to distinguish the position of the subject, predicate, and object in a sentence, and in May 2013 the subject was able to write a sentence correctly and properly and to distinguish the types of sentences and the position of the subject, predicate and object in English sentence; (4) In May 2013 the subject has experienced improvement in the class activities by answering questions given by the subject’s English teacher and presenting the result of the study in front of the class.
(2)
PENGURANGAN FREKUENSI MEMBOLOS MELALUI PROGRAM
TOKEN ECONOMY UNTUK SISWA SMA NEGERI 1 KOKAP KULON
PROGO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Elisabeth Melina Hawa
NIM: 081114017
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(3)
PENGURANGAN FREKUENSI MEMBOLOS MELALUI PROGRAM
TOKEN ECONOMY UNTUK SISWA SMA NEGERI 1 KOKAP KULON
PROGO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Elisabeth Melina Hawa
NIM: 081114017
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(4)
(5)
(6)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tiada guna orang pandai Tanpa berbudi pekerti luhur
Kupersembahkan Karyaku Untuk
Tuhan yesus dan Bunda Maria atas Kasihnya padaku Bapak ( Caesarius Iswantoro )dan ibu (Yuliana Suharmi)
Masku Agus, Mbak Ita dan adik Dewi, Ponakanku Abin dan R. Sunu Tejomartoyo Familly
Molly dan Majikannya temen-temen BK ‘08
Kedai24jam Crew Kedaidigital 4 kledokan Crew
(7)
(8)
(9)
ABSTRAK
PENGURANGAN FREKUENSI MEMBOLOS MELALUI PROGRAM
TOKEN ECONOMY UNTUK SISWA SMA NEGERI 1 KOKAP KULON
PROGO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh
Elisabeth Melina Hawa
Skripsi S1 BK Universitas Sanata Dharma 2013
Penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk mengetahui apakah program Token
Economy dapat mengurangi frekuensi membolos dari 20 kali selama satu semester
menjadi tidak sama sekali, (2) untuk mengetahui apakah pemberian program Token Economy dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris dari nilai 60 menjadi nilai standar KKM 70. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas XI SMA N 1 Kokap, Kulon Progo.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Data tentang frekuensi membolos dan peningkatan prestasi belajar bahasa Inggris dikumpulkan melalui
document yaitu presensi dan rapor. Data analisis secara tindakan dengan
menyusun program token economy secara sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rio program token economy mengalami perkembangan positif. (1) Pada awalnya dibulan April 2013 Rio rajin mengikuti pelajaran bahasa Inggris, dan pada bulan Mei 2013 Rio menjadi semakin rajin mengikuti pelajaran bahasa Inggris. (2) Pada awalnya dibulan April 2013 Rio belum begitu jelas dan benar mengucapkan kata–kata berbahasa Inggris, dan pada bulan Mei 2013 Rio menjadi jelas dan benar mengucapkan kata-kata jelas dan benar. (3) Pada awalnya dibulan April 2013 Rio belum bisa membedakan posisi subyek, predikat, dan obyek dalam kalimat, dan pada bulan Mei 2013 Rio menjadi menulis kalimat dengan baik dan tepat membedakan jenis-jenis kalimat dan posisi subyek, predikat dan obyek dalam kalimat bahasa Inggris. (4) Pada bulan Mei 2013 Rio mengalami peningkatan dalam keaktifan dikelas yaitu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mata pelajaran bahasa Inggris dan mempresentasikan hasil belajar di depan kelas.
(10)
ABSTRACT
THE REDUCTION OF DITCHING FREQUENCY AND THE
IMPROVEMENT OF ENGLISH LANGUAGE LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH TOKEN ECONOM Y PROGRAM FOR A STUDENT OF SMA
NEGERI 1 KOKAP KULON PROGO YOGYAKARTA IN 2012/2013
ACADEMIC YEAR
by
Elisabeth Melina Hawa Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This study aims to (1) determine whether the Token Economy program can reduce the frequency of ditching 20 times during the in a semester to be not at all, (2) determine whether the administration of Token Economy program can improve the achievement of learning English language from grade 60 to 70 of KKM standard value. This research was carried out to a high school student of
SMA Negeri 1 Kokap in 2012/2013 academic year.
This study is an action research. The data on the frequency of ditching and the improvement of English language learning achievement were gathered through document of the attendance and report card. The data analysis of action was conducted by developing token economy program in a systematic, organized, structured, and meaningful way in accordance with the research objectives. The results show that the subject has positive improvement t hrough token economy program. The positive improvement is (1) in the beginning of April 2013 the subject never skipped English class, and in May 2013 the subject became increasingly diligent in English class; (2) In the beginning of April 2013 the subject was not able to pronounce English words clearly and correctly, and in May 2013 the subject was able to pronounce English words clearly and correctly; (3) In the beginning of April 2013 the subject was not able to distinguish the position of the subject, predicate, and object in a sentence, and in May 2013 the subject was able to write a sentence correctly and properly and to distinguish the types of sentences and the position of the subject, predicate and object in English sentence; (4) In May 2013 the subject has experienced improvement in the class
activities by answering questions given by the subject’s English teacher and
(11)
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Pengurangan Frekuensi Membolos dan Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Program Token Economy Untuk Seorang Siswa
SMA Negeri 1 Kokap Kulon Progo Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi
ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun
semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan
diri penulis.
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak
yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan semangat dan motivasi agar segera menyelesaikan skripsi pada
(12)
2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta memotivasi
penulis dalam proses penulisan skripsi ini sampai selesai.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma.
4. Bapak Anang Sutardja, S.Pd., selaku Kepala sekolah SMA Negeri 1 Kokap
yang telah mengijinkan pelaksanaan penelitian ini.
5. Ibu Ani, S.Pd. selaku guru mata pelajaran bahasa Inggris di SMA Negeri 1
Kokap yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
6. Untuk Caesarius Iswantoro dan Yuliana Suharmi yang telah sepenuh hati
memberikan doa dan kasih sayang untuk penulis.
7. Untuk mas Agus, mbak Ita, Adik Dewi, keponakanku yang telah memberikan
dukungan dan doa kepada penulis.
8. Untuk Molly dan majikannya yang telah memberikan semangat kepada
penulis.
9. Untuk sahabatku : cicik, judith, moshe, dita, dkk yang telah memberikan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Untuk kawan-kawan kedai24jam crew terimakasih telah memberikan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Untuk kawan-kawan kedaidigital 4 kledokan crew ( babe abet,ninik, wulan,
mas adit, mas dika, mas krisna) terimakasih telah memberikan inspirasi bagi
(13)
12. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2008 yang
selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses
penulisan skripsi.
13. Mas Moko, sekretariat prodi BK dengan sabar melayani mahasiswa BK.
14.Terima kasih kepada seluruh keluarga dan saudara-saudaraku yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberikan
dukungan doa.
Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
(14)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GRAFIK………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN………. xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Batasan Istilah ... 11
BAB II. KAJIAN TEORI A. Membolos………..…. ……… 13
(15)
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membolos ... 14
3. Penyebab Siswa Membolos... 15
4. Akibat Siswa Membolos Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17
B. Prestasi Belajar ... 18
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 18
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 18
3. Penyebab Prestasi Belajar Rendah ... 20
4. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Rendah ... 21
C. Program Token Economy ... 23
1. Pengertian Program Token Economy ... 23
2. Tujuan Program Token Economy ... 24
3. Unsur-unsur Program Token Economy………... 25
4. Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Program Token Economy……… 28
5. Faktor-faktor Pendukung Pelaksanaan Program Token Economy……… 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31
(16)
B. Subjek Penelitian ... 32
C. Instrumen Penelitian... 33
D. Target Perilaku……… 33
E. Prosedur Pemberian Token………. 34
1. Dasar Pemberian Token……… 34
2. Pemberian Token Dan Reward………. 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Pribadi Subjek... ………… ……….. . 40
1. Ciri-ciri Kepribadian ... 41
2. Latar Belakang Keluarga... 41
3. Status Sosial dalam Masyarakat ... 41
4. Lingkungan Fisik, Sosial ekonomi, Sosio Kultural……… 42
5. Pertumbuhan Jasmani………. 43
6. Perkembangan Kognitif……….. 43
7. Perkembangan Sosial……….. 43
B. Hasil Pelaksanaan Program Token Economy Pada Bulan April 2013……….. 44
1. Evaluasi Pelaksanaan Program Token Economy Pada Bulan April 2013……….. 46
2. Pembahasan……….. 47
3. Program Target Perilaku Yang dicapai Pada Bulan April 2013………. 49
(17)
4. Ketidakcapaian Target Perilaku……… 49 C. Hasil Pelaksanaan Program Token
Pada Bulan Mei 2013……… 50 1. Evaluasi Pelaksanaan Program Token Economy
Bulan Kedua Mei 2013………... 53
2. Pembahasan……… 53
D. Program Target Perilaku Yang dicapai
Pada Bulan Mei 2013………. 56 E. Rekapitulasi Perubahan Subjek
Pada Bulan April dan Mei 2013……… 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……….. 59
B. Saran……… 59
DAFTAR PUSTAKA……… 61
(18)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Perolehan Token Dari Guru Di sekolah……… 45 Grafik 2. Perolehan Token Dari Orang Tua Subjek………. 46 Grafik 3. Perolehan Token Dari Guru Di sekolah……… 51 Grafik 4. Perolehan Token Dari Orang Tua Subjek………. 52
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Nilai Rapor Sem 1 Kelas XI ……… 62
Lampiran 2. Hasil Nilai Rapor Sem II Kelas XI………. 63
Lampiran 3. Jadwal Pelajaran Sem Gasal………64
Lampiran 4. Jadwal Pelajaran Sem Ganjil………...65
Lampiran 5. Cek List Harian Di Sekolah Bulan April ………..66
Lampiran 6. Cek List Harian Di Rumah Bulan April……….68
Lampiran 7. Cek List Harian Di Sekolah Bulan Mei………..69
Lampiran 8. Cek List Harian Di Rumah Bulan Mei………...72
Lampiran 9. Presensi dan Evaluasi Sem Gasal………...73
Lampiran 10. Presensi dan Evaluasi Sem Genap………75
Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian……….77
Lampiran 12. Surat Kontrak………...78
(20)
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah tugas utama seorang siswa baik di sekolah, di rumah , dan
dimanapun berada. Dengan belajar siswa dapat meraih cita-cita yang diinginkan.
Namun, pada masa sekarang para siswa cenderung meremehkan tugas belajarnya
karena banyak kegiatan lain yang lebih menarik daripada belajar seperti, bermain
dan berkumpul bersama teman-teman. Menurut pengamatan peneliti melalui
berita di surat kabar maupun televisi, para siswa sering ditemui berada di luar
sekolah ketika jam pelajaran. Mereka bermain internet (facebook, twitter) di
warnet, bermain game, dan duduk berbincang-bincang dengan teman-temannya.
Perilaku membolos hampir terjadi di seluruh sekolah. Maka dengan hal itu
menjadi keprihatinan kita bersama karena siswa adalah generasi muda yang akan
membawa negara Indonesia ini untuk menjadi lebih maju.
Membolos sama halnya dengan membohongi diri sendiri maupun
keluarga. Membohongi diri sendiri berarti membohongi statusnya sebagai pelajar.
Siswa tidak melaksanakan tugasnya sebagai pelajar sebagaimana mestinya,
membohongi statusnya sebagai pelajar yang seharusnya belajar di sekolah.
(21)
mengetahui bahwa anaknya tidak belajar di sekolah karena anak berangkat
sekolah di pagi hari namun pada kenyataannya anak tidak sampai di sekolah.
SMA N 1 Kokap adalah SMA satu-satunya di kecamatan Kokap, Kulon
Progo. Sekolah ini terletak di pegunungan Menoreh dekat sungai kecil yang
mengalir deras. Sekolah ini mempunyai siswa berjumlah 110 siswa, padahal daya
tampung setiap kelasnya 32 anak untuk 3 kali paralel. Jadi yang dibutuhkan
sekitar 228 siswa setiap tahun pelajaran. Hal ini karena di daerah Kokap banyak
lulusan SMP yang tidak melanjutkan SMA. Mereka lebih senang menjadi tenaga
kerja di luar negeri kemudian pulang ke kampung halaman dengan membawa
uang untuk modal menikah. Keadaan orang tua atau wali siswa SMA N 1 Kokap
dikategorikan golongan menengah ke bawah. Pada umumnya orang tua mereka
sebagai penderes (pembuat gula jawa), petani, buruh, pekerja bangunan. Banyak
orang tua kurang memberikan motivasi belajar untuk anaknya karena orang tua
tidak memiliki wawasan mengenai pentingnya pendidikan.
Menurut pengamatan peneliti, para siswa di SMA N 1 Kokap mempunyai
kebiasaan membolos khususnya dalam pelajaran bahasa Inggris karena peneliti
sering bertemu para siswa SMA N 1 Kokap bermain play station di salah satu kios
di pasar Kokap, berbincang-bincang bersama teman di pasar, pacaran, bermain ke
rumah teman ketika jam pelajaran bahasa Inggris. Mata pelajaran bahasa Inggris
adalah salah satu mata pelajaran yang penting. Dikatakan penting karena pelajaran
Bahasa Inggris ini termasuk mata Ujian Nasional (UN) yang menjadi salah satu
syarat kelulusan. Namun, pada kenyataannya para siswa sering meremehkan
(22)
Membolos dengan meninggalkan jam belajar di sekolah dalam waktu
sehari penuh dan meninggalkan jam pelajaran tertentu dapat mengakibatkan siswa
ketinggalan materi pelajaran hari itu, catatan kurang lengkap, tidak dapat
mengikuti ulangan hari itu. Akhirnya para siswa tidak mempunyai bahan belajar
yang lengkap sehingga pada ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir
semester pun siswa tidak dapat mengerjakan soal ulangan dan akhirnya mendapat
nilai yang tidak tuntas bahkan tidak lulus.
Peneliti mewawancarai seorang siswa kelas XI SMA N 1 Kokap yang
memiliki frekuensi membolos tinggi (20 kali selama 1 semester) pada mata
pelajaran bahasa Inggris berdasarkan presensi siswa menurut guru bahasa Inggris
pada tanggal 28 Agustus 2012. Peneliti mewawancarai tenta ng alasan siswa
membolos. Siswa membolos dapat dipengaruhi oleh keadaan d iri sendiri dan luar
dirinya sendiri. Alasan membolos dari keadaan diri sendiri adalah malas untuk
belajar, tidak mengerjakan PR, bangun kesiangan, tidak mampu mengikuti
pelajaran tersebut, takut dengan guru mata pelajaran. Sedangkan alasan membolos
dari pengaruh luar dirinya sendiri misalnya diajak teman untuk bermain Play
Station, berkumpul bersama teman-teman di pinggir jalan, pacaran. Hal- hal
seperti tersebut menjadi alasan para siswa untuk membolos.
Peneliti juga mewawancarai guru Bimbingan dan Konseling SMA N 1
Kokap pada 29 Agustus 2012 tentang berapa persentase siswa SMA N 1 Kokap
yang sering membolos pada mata pelajaran bahasa Inggris. Menurut guru
Bimbingan dan Konseling SMA N 1 Kokap bahwa lebih dari 50 % siswa pernah
(23)
selama satu semester khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Padahal
untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, selama satu semester waktu efektif 40 jam
pertemuan. Akibatnya para siswa yang sering membolos mempunyai prestasi
belajar yang rendah yang memiliki nilai rata-rata 60 dalam pelajaran bahasa
Inggris.
Peneliti juga mewawancarai guru mata pelajaran bahasa Inggris SMA N 1
Kokap pada tanggal 5 September 2012 tentang perolehan nilai- nilai prestasi
belajar siswa yang sering membolos. Menurut guru mata pelajaran bahasa Inggris
siswa yang sering membolos mendapatkan nilai rata-rata harian bahkan nilai akhir
semester atau nilai rapor yang tidak tuntas; siswa tidak mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) dari nilai 70. Siswa yang sering membolos hanya mencapai
nilai 60. Hal itu terjadi karena siswa sering membolos tidak mempunyai bahan
untuk belajar dan tidak menguasai materi- materi pelajaran.
Terdorong dari permasalahan di atas, maka peneliti akan melakukan suatu
usaha pemecahan masalah tersebut. Usaha yang dilakukan adalah pemberian
suatu program konseling untuk mengurangi frekuensi membolos dan
meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris. Program ini berupa terapi Token
Economy. Menurut Corey (2009:222), metode Token Economy dapat digunakan
untuk membentuk tingkah laku baru yang diperkuat oleh token (tanda) seperti
kepingan logam, stiker, kartu yang nantinya ditukar dengan benda atau barang
yang diingini. Token Economy efektif untuk pengurangan frekuensi membolos
(24)
(2009:222), penggunaan token sebagai penguat tingkah laku yang baru dalam
program terapi Token Economy memiliki beberapa keuntungan diantaranya yaitu :
token tidak kehilangan nilai insentifnya, token bisa mengurangi penundaan yang
ada diantara tingkah laku yang layak dengan ganjarannya, token bisa digunakan
sebagai pengukur yang konkret bagi motivasi individu untuk mengubah tingkah
laku tertentu, token adalah bentuk perkuatan positif, individu memiliki
kesempatan untuk memutuskan bagaimana menggunaka n token yang
diperolehnya. Peneliti berharap dengan adanya token yang menjadi penghargaan
disetiap perilaku yang dicapai akan menciptakan kebiasaan baru untuk dapat
mengurangi frekuensi membolos dan meningkatkan prestasi belajar bahasa
Inggris.
Prosedur pelaksanaan program terapi Token Economy yaitu siswa
menerima token setelah menunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu
dikumpulkan dan akhirnya dipertukarkan dengan suatu hadiah yang diinginkan.
Maka program ini cocok untuk mengurangi frekuensi membolos dan
meningkatkan prestasi pelajaran bahasa Inggris.
Menurut Djiwandono (2006:316), program Token Economy menggunakan
sistem token reinforcement yaitu penguat sekunder seperti mata uang yang dapat
ditukarkan untuk membeli kepuasaan primer, dapat membantu menyelesaikan
masalah ini dengan membiarkan semua siswa mendapatkan token untuk pekerjaan
akademik dan tingkah laku positif di kelas. Token berupa angka, chek, kartu,
(25)
milik siswa. Secara periodik siswa menukar token yang telah mereka dapat untuk
beberapa hadiah yang mereka inginkan.
Menurut O’Leary dan Drabmant dalam Djiwandono (2006:316) dari kutipan salah satu tokoh psikologi di Amerika, program Token Economy telah
sukses untuk memberikan semangat belajar, dan mengarah pada prestasi
akademik yang lebih besar dalam berbagai kelas. Contoh yang baik dari program
token dapat ditemukan dalam penelitian Rollin, Mc Candless, Thomson, dan
Brassel dalam Djiwandono (1989) yaitu enam belas guru dilatih dalam lokakarya
dengan menggunakan teknik memuji, mengabaikan tingkah laku yang tidak
diinginkan dan token reinforcement. Pada tahun berikutnya, mereka
melaksanakan prosedur ini di tingkat SD kelas satu, dua, tiga, enam dan tingkat
SMP kelas delapan. Prestasi siswa dalam semua kelas ini dibandingkan dengan
prestasi dari siswa yang sama dalam 14 kelas yang dibandingkan. Selama setahun
semua guru menggunakan teknik memuji dan mengabaikan tingkah laku yang
tidak diinginkan untuk memperkuat tingkah laku yang tepat. Siswa diberikan
token untuk tingkah laku positif, dalam hal ini adalah kartu hadiah. Selama
minggu ketiga pertama, reinforcement diberikan sebagian besar untuk mengikuti
aturan-aturan yang diadakan. Sesudah minggu ketiga, reinforcement diubah untuk
prestasi akademik. Kartu hadiah pertama diberikan terus menerus secara terbuka
dan diramalkan kemudian mereka membagi-bagikan dan tidak diramalkan.
Selama bulan ketiga dan keempat, hadiah dapat ditukar dengan token yang diubah
dari gula-gula dan mainan ke kegiatan dan perbekalan sekolah. Bulan keempat,
(26)
professional. Mainan, buku komik, permainan, diberikan pada waktu kegiatan
kelas di SD. Permainan, majalah, radio, dan tape, tersedia pada waktu kegiatan
kelas di SMP. Dalam waktu satu tahun jumlah kartu hadiah yang dibutuhkan
untuk mendapatkan hadiah bertambah. Hasilnya dari 16 kelas dan 14 kelas yang
dibandingkan diobservasi selama satu tahun dan sejumlah perbedaan penting
dicatat. Pertama, guru memperkuat siswa kira-kira dua kali lebih sering dan
menghukum siswa kurang daripada kelas yang dibandingkan. Kedua, siswa dalam
kelas secara dramatis menunjukkan tingkah laku yang kurang mengganggu.
Ketiga, siswa dalam menjalankan program juga menghabiskan waktu yang lebih
lama dalam mengerjakan tugas sekolahan mereka. Hal yang paling menyenangkan
dari program ini adalah penemuan keempat, yaitu siswa yang dalam mengjalankan
program token menunjukkan perbaikan yang besar dalam prestasi dan kecerdasan
siswa. Hasil mereka dalam tes The California Test Of Mental Maturity dan The
California Reading Achievement Test, dua kali besarnya dari didapat oleh
siswa-siswa yang dibandingkan.
Menurut www.eko13wordpress.com yang diakses 28 Agustus 2012,
Susanto mengembangkan program token untuk memantau siswa belajar secara
mandiri yaitu membaca materi pelajaran secara mandiri tanpa diawasi oleh guru.
Penelitian ini dilakukan untuk siswa SD. Variasi lain dalam penelitian ini adalah
membiarkan siswa untuk mendapatkan token di kelas berupa stiker bergambar
kartun. Token yang dikumpulkan dapat ditukarkan dengan hadiah yang diberikan
oleh kedua orang tuanya. Rencana ini sangat sukses ketika orang tua bersedia
(27)
hari atau dua kali seminggu. Catatan ini menunjukkan jumlah stiker yang didapat
pada awal periode, kemudian pada jumlah tertentu stiker dapat ditukar dengan
hadiah yang menyenangkan dari kedua orang tua yaitu memperoleh mainan
khusus atau rekreasi ke suatu tempat. Sistem token ini berhasil pada siswa SD
yang semula membaca materi pelajaran ketika ada guru saja menjadi lebih
mandiri, siswa membaca materi pelajaran walaupun tidak ada guru yang
mendampinginya.
Dari berbagai penelitian terbukti bahwa penghargaan yang diberikan
secara berulang akan mengubah perilaku yang diharapkan menjadi kebiasaan yang
baik. Penghargaan juga dapat meningkatkan kepuasan dan kesenangan. Rasa puas
dan rasa senang merupakan bagian penting untuk menunjang suasana belajar yang
lebih efektif khususnya untuk mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Diharapkan
dengan penggunaan program Token Economy, siswa dapat mengurangi frekuensi
membolos dan meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris.
Jadi peneliti disini mengambil seorang siswa yang memiliki frekuensi
membolos tinggi dan mempunyai prestasi bahasa Inggris rendah untuk terlibat
dalam program Token Economy. Program ini mempunyai bukti kemajuan yang
dibuat, dalam jumlah token yang dapat dihitung setiap hari. Program yang
dimaksud adalah program token economy untuk seorang siswa yang memiliki
frekuensi membolos tinggi dan prestasi mata pelajaran Bahasa Inggris yang
rendah agar terjadi perubahan perilaku rajin mengikuti dan mendapatkan prestasi
(28)
siswa tidak membolos dalam pelajaran bahasa Inggris, mengikuti kegiatan belajar
mengajar dikelas seperti membaca materi pelajaran bahasa Inggris, mengerjakan
PR bahasa Inggris, mengerjakan tugas individu pelajaran bahasa Inggris,
mengerjakan tugas kelompok bahasa Inggris, dan berani bertanya kepada guru
mata pelajaran bahasa Inggris apabila mengalami kesulitan dan kebingungan
dalam memahami maupun mengerjakan soal atau materi pelajaran bahasa Inggris.
Siswa akan mendapatkan token yang berupa stiker bola Chelsea. Kemudian token
tersebut dikumpulkan dan di akhir semester ditukarkan dengan hadiah yang
diinginkan. Melalui program ini siswa tersebut diharapkan menjadi rajin
mengikuti pelajaran bahasa Inggris dan mencapai nilai standar KKM 70 dalam
mata pelajaran bahasa Inggris.
Untuk membantu mengatasi masalah membolos di SMA N 1 Kokap tahun ajaran
2012/2013 maka peneliti akan mengadakan penelitian tentang Pengurangan
Frekuensi Membolos Melalui Program Token Economy Untuk Siswa SMA N 1
Kokap Kulon Progo Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dihasilkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pemberian program Token Economy dapat mengurangi
frekuensi membolos dari 20 kali selama satu semester menjadi tidak
(29)
2. Apakah pemberian program Token Economy dapat meningkatkan
prestasi belajar bahasa Inggris dari nilai 60 menjadi nilai standar KKM
70?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pemberian program Token Economy dapat
mengurangi frekuensi membolos dari 20 kali selama satu semester
menjadi tidak sama sekali untuk seorang siswa di SMA N 1 Kokap
tahun ajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui pemberian program Token Economy dapat
meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris dari nilai 60 menjadi
nilai standar KKM 70 untuk seorang siswa SMA N 1 Kokap Kulon
Progo Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan sumbangan wawasan mengenai
pengurangan frekuensi membolos dan peningkatan prestasi belajar
(30)
2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan pengalaman membantu
mengurangi frekuensi membolos dan meningkatkan prestasi belajar
bahasa Inggris melalui program token economy.
b. Bagi guru BK
Melalui penelitian ini diharapakan guru mengembangkan terapi
konseling token economy untuk mengurangi frekuensi membolos dan
meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris .
c. Bagi siswa
Siswa dapat mengurangi frekuensi membolos dan meningkatkan
prestasi belajar bahasa Inggris melalui program token economy.
E. Batasan Istilah
1. Membolos adalah meninggalkan jam pelajaran bahasa Inggris selama 2
jam pertemuan tanpa sepengetahuan guru mata pelajaran bahasa
Inggris.
2. Prestasi bahasa Inggris yang rendah adalah hasil belajar siswa yang
nilainya 60.
3. Seorang siswa kelas XI SMA yang mempunyai frekuensi membolos
paling tinggi dalam mata pelajaran bahasa Inggris artinya membolos
lebih dari 3 kali selama satu semester dan memiliki prestasi belajar
(31)
mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu nilai 70 di
SMA N 1 Kokap Kulon Progo tahun ajaran 2012/2013.
4. Terapi Token Economy adalah program konseling yang mempunyai
bukti kemajuan yang dibuat, dalam jumlah token yang dapat dihitung
setiap hari dengan jadwal kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang
siswa yang memiliki frekuensi membolos tinggi dan prestasi mata
pelajaran Bahasa Inggris yang rendah menuju perubahan perilaku yang
rajin mengikuti dan mendapatkan prestasi yang baik dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris.
Pelaksanaan program Token Economy membutuhkan waktu sekitar 6
bulan atau satu semester. Token yang diberikan berupa stiker simbol
chelsia dan gambar pemain tim sepak bola chelsia. Token tersebut
akan dikumpulkan diakhir bulan dan ditukarkan dengan had iah
perlengkapan kostum pemain bola dari kaos kaki, deker, baju bola, dan
(32)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan tentang membolos, prestasi belajar bahasa Inggris, dan
Token Economy. A. Membolos
1. Pengertian Membolos
Pemaknaan membolos sangatlah bervariasi sesuai dengan sudut pandang
masing- masing ahli pendidikan. Namun demikian, dapat peneliti sajikan pendapat
beberapa ahli sebagai berikut :
a. Menurut Kamus Besar Indonesia, membolos adalah melarikan diri
atau meloloskan diri.
b. Menurut Poerwadarminta (1984:149) dalam http.shvoong.com yang
diakses 28 Agustus 2012, membolos adalah tidak masuk sekolah
atau bekerja yang sebenarnya tidak libur.
c. Menurut Gunarsa (1981:31) dalam http.shvoong.com yang di akses
28 Agustus 2012, membolos adalah pergi meninggalkan sekolah
tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
Dalam penelitian ini yang dimaksudkan, membolos adalah meninggalkan jam
pelajaran bahasa Inggris selama 2 jam pertemuan tanpa sepengetahuan guru mata
(33)
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Membolos
Menurut www.membolos.com diakses 15 Agustus 2012, Anita
berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi siswa membolos dapat
dikelompokkan menjadi 3 :
a. Faktor personal misalnya :
1) Menurunnya motivasi atau minat akademik siswa untuk
mengikuti pelajaran.
2) Kondisi ketinggalan pelajaran dengan membolos satu kali
saja siswa akan ketinggalan materi pada hari tersebut.
3) Kenakalan para siswa remaja mengkonsumsi narkoba dan
miras.
b. Faktor keluarga misalnya :
1) Pola asuh orang tua dalam hal ini adalah kedisplinan anak
di rumah.
2) Partisipasi orang tua dalam pendidikan si anak karena orang
tua yang sibuk dengan pekerjaannya maka orang tua kurang
memberikan motivasi untuk si anak dalam belajar.
c. Faktor sekolah misalnya :
1) Kebijakan sekolah mengenai membolos yang tidak
konsisten.
2) Interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan
(34)
3) Guru-guru yang kurang sportif dan kreatif dalam mengajar.
4) Tugas-tugas dari sekolah maupun guru kurang mena ntang
siswa.
3. Penyebab Sis wa Membolos
Menurut Pearce 2000:78 dalam www.membolos.com diakses 15 Agustus
2012, mengemukakan tentang alasan-alasan yang menyebabkan siswa membolos
sekolah, antara lain sebagai berikut:
a. Sekolah membosankan atau sulit bagi anak.
b. Sekolah tidak terorganisir dengan baik dan tidak
memperhatikan masalah membolos.
c. Anak tidak mendapatkan motivasi dari orang tua untuk
sekolah karena orang tua yang terlalu sibuk dengan
pekerjaannya.
d. Anak melakukan hal yang lebih menarik untuk dikerjakan
seperti pekerjaan yang dibayar atau untuk menemui
teman-temannya.
Sedangkan menurut Gunarsa 2002:119 dalam www.membolos.com
diakses 15 Agustus 2012, mengemukakan bahwa sebab siswa absen dan tidak ke
sekolah dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:
a. Sebab dari dalam diri :
(35)
2). Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
3). Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-
temannya.
4). Kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak.
b. Sebab dari luar diri :
1). Keluarga
a). Keadaan keluarga
Keadaan keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam
menggunakan waktu untuk belajar sekehendak hatinya. Banyak
keluarga yang masih memerlukan bantuan anak-anaknya untuk
melaksanakan tugas-tugas di rumah, bahkan tidak jarang pula
terlihat ada anak yang membantu orang tuanya mencari nafkah.
b). Sikap Orang Tua
Sikap orang tua yang masa bodoh terhadap sekolah, yang tentunya
kurang mendorong anak untuk hadir ke sekolah.Orang tua dengan
mudah memberi surat keterangan sakit ke sekolah, padahal anak
membolos untuk menghindari ulangan.
2). Sekolah
a). Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain yang
(36)
(1). Kemungkinan anak memiliki kelainan dengan teman-
temannya yang lain seperti cacat, berkelainan.
(2). Kemungkinan anak tidak disenangi oleh anak sekelasnya
karena termasuk kelompok minoritas atau anak kesayangan
gurunya.
b). Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan gurunya.
(1). Guru mungkin menakutkan bagi siswa.
(2). Sikap guru yang membeda-bedakan siswa atau
menganakemaskan siswanya.
(3). Guru yang tidak mau menjawab pertanyaansiswanya
(4). Ada persoalan atau masalah antara anak didik dan guru.
4. Akibat Siswa Membolos Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut www.emilsmam.blogspot.com, Ronggo mengemukakan bahwa
akibat membolos dalam prestasi belajar yaitu mengakibatkan tidak naik kelas
bahkan tidak lulus untuk siswa yang sering membolos, karena banyaknya
membolos mengakibatkan ketinggalan pelajaran yang mempengaruhi hasil
(37)
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar Tinggi
Prestasi belajar tinggi adalah hasil belajar siswa yang nilainya
mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
b. Pengertian Prestasi Belajar Rendah
Prestasi belajar rendah adalah hasil belajar siswa yang nilainya
tidak mencapai nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Abidin (2010:50), secara psikologis manusia memiliki
berbagai macam potensi aktualitas yang turut mendukung dan mempengaruhi
peristiwa belajar siswa. Potensi yang dimaksud antara lain :
a. Intelegensi
adalah kemampuan dan kecakapan yang mencakup
kecakapanindividu menghadapi dan menyesuaikan diri dengan
situasi yang ada secara cepat, tepat,dan efektif. Kemampuan
individu menggunakan konsep abstrak secara efektif, dan
kemampuan mengetahui relasi (hubungan) dan mengkajinya
secara cepat.
b. Perhatian
adalah perhatian terhadap suatu materi yang sedang dihadapi
(38)
individu. Tingkat keberhasilan individu dalam belajar
tergantung pada sejauh mana konsentrasi individu terhadap
materi pelajaran.
c. Minat
merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
berbagai aktivitas belajar yang diminati individu. Bila minat
individu terbangun maka dapat memunculkan suatu partisipasi
aktif yang disertai rasa senang sehingga akan memperoleh
kepuasaan dalam belajar.
d. Bakat
adalah kemampuan aktual dalam belajar yang disebut the
capacity to learn. Potensi aktualisasi ini tampak setelah
individu belajar dan berlatih.Potensi ini sangat berarti bagi
peningkatan kualitas belajar individu.
e. Motivasi belajar
merupakan motor penggerak utama (terutama motivasi
intrinsik) bagi individu, terutama terkait dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh individu yang belajar.
f. Kematangan
adalah suatu fase pertumbuhan dan perkembangan, dimana
individu telah memiliki readiness (keadaan untuk siap belajar),
(39)
kecakapan-kecakapan belajar, kecakapan-kecakapan ini tergantung pada kematangan
setiap individu.
g. Kesiapan belajar
adalah kecakapan-kecakapan dalam belajar menentukan
kemajuan dalam belajar yang react( kesiapan memberi respon)
terhadap suatu materi yang disajikan.
h. Kelelahan
adalah kelelahan fisik maupun mental sangatlah berdampak
negatif bagi proses belajar individu. Hal ini terlihat ketika
individu sedang kelelahan fisik misalnya sehari penuh bekerja
keras dengan mengeluarkan banyak tenaga maka hal ini akan
mengurangi stamina untuk belajar dan kelelahan mental ketika
individu mempunyai banyak masalah maka hal ini akan
mengganggu konsentrasi belajar.
3. Penyebab Prestasi Belajar Rendah
Menurut Anita dalam www.membolos.com diakses 15 Agustus 2012,
prestasi belajar yang rendah disebabkan oleh :
a. Tidak ada motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
di kelas.
b. Merasa bosan dengan gaya mengajar dari guru.
c. Kurang memahami materi yang disampaikan guru.
d. Takut dengan guru sehingga menghindarinya dengan cara
(40)
e. Masalah pribadi baik dengan orang tua, pacar, keluarga maupun
dengan teman-teman. Biasanya, masalah ini membuatnya tidak
konsentrasi belajar.
f. Mengikuti kegiatan di luar sekolah yang lebih menarik dan
menyenangkan.
g. Tidak mempunyai catatan untuk belajar, tidak mengikuti UTS
atau UAS maka nilai akhir semester pun tidak tuntas.
4. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Rendah
Menurut Masjido (2003:89) untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa, maka perlu upaya- upaya sebagai berikut, yaitu :
a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar, siswa akan terdorong
untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan
atau sasaran yang hendak dicapai.
b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan, dan
minat siswa.
c. Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis
antara guru dengan siswa.
d. Menghindari tekanan-tekanan dan suasanan yang tidak
menentu, seperti suasana menakutkan, mengecewakan,
membingungkan, dan menjengkelkan.
(41)
Sedangkan menurut Abidin (2010: 58) hal- hal untuk meningkatkan
mutu belajar dan prestasi individu antara lain :
1) Dapat dilakukan di kelas
a) Melakukan persiapan-persiapan dengan membawa
semua materi pelajaran sebelum masuk kelas.
b) Aktif membuat catatan-catatan dari keterangan guru
sebagai dokumentasi.
c) Berpartisipasi aktif dalam kelas melalui diskusi kelas,
belajar kelompok, dan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan terhadap materi- materi belajar yang belum
dipahami.
d) Menulis dan mencatat hasil- hasil laporan kerja yang
didiskusikan di kelas.
2) Dapat dite rapkan di luar kelas
a) Mengulang pelajaran dengan menghafal, memasukkan
kesan informasi, ataupun penjelasan-penjelasannya.
b) Mencoba meringkas setiap mata pelajaran yang ada.
c) Belajar dengan menentukan focus materi.
d) Menggunakan tiga cara dalam membaca bahan pelajaran
(membaca cepat dan fokus, mengkritisi materi, membaca
dengan disertai hiburan).
e) Membaca bahan pelajaran secara global kemudian
(42)
f) Mengingat apa yang telah dibaca dengan mengenali dan
mengingat kembali materi yang dipelajari.
g) Tulislah pertanyaan-pertanyaan dan sekaligus
jawabannya untuk meyakini diri sendiri atas penguasaan
bahan. Pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat, apabila
tidak bisa menjawab dapat ditanyakan langsung kepada
guru mata pelajaran pada saat di kelas.
C. Program Token Economy
1. Pengertian Program Token Economy
a. Berdasarkan Etimologi, token berasal dari kata bahasa inggris
yang berarti tanda, mata uang, bukti,penghargaan,kenang-kenangan.
Sedangkan economy berasal dari kata bahasa inggris yang berarti
ekonomi,perekonomian,penghematan. Jadi Token Economy secara
harifiah dapat diartikan hadiah yang bernilai ekonomi.
b. Menurut Corey (2009:222), Program Token Economy adalah
pembentukan tingkah laku yang diperkuat dengan
perkuatan-perkuatan (reinforcement) yang bisa diraba (tanda-tanda seperti
kepengin logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau
hak istimewa yang diingini.
c. Menurut Djimandono (2006:316), Program Token Economy
adalah suatu sistem token reinforcement yaitu penguat sekunder
(43)
primer yang dapat menyelesaikan masalah ini dengan membiarkan
semua siswa mendapatkan token untuk pekerjaan akademik dan
tingkah laku positif di kelas. Token disini berupa angka, chek, kartu,
mainan yang berbentuk uang, atau apa saja yang mudah
diidentifikasi sebagai milik siswa kemudian secara periodik siswa
menukar token tersebut dengan hadiah yang mereka inginkan.
d. Menurut Bradley (2004:147), Program Token Economy adalah
bentuk pemicu positif dimana klien menerima token ketika mereka
menampilkan perilaku yang diinginkan setelah klien berhasil
mengumpulkan sejumlah token, dia bisa menukar token tersebut
untuk salah satu pemicu semangat (hadiah).
Dari berbagai definisi diatas dapat peneliti simpulkan bahwa program
Token Economy adalah program perubahan perilaku yang mempunyai bukti
kemajuan yang dibuat, dalam jumlah token yang dapat dihitung setiap hari dengan
jadwal kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang siswa yang memiliki frekuensi
membolos tinggi dan prestasi mata pelajaran Bahasa Inggris yang rendah menuju
perubahan perilaku yang rajin mengikuti dan mendapatkan prestasi yang baik
dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.
2. Tujuan Program Token Economy
Dengan uraian definisi diatas, maka pelaksanaan program token
(44)
a. Menurut Corey (2009:223), tujuan program Token Economy
adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi
yang intrinsik yang diharapkan bahwa perolehan tingkah laku
yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi
cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.
b. Menurut Eko Susanto www.eko13.wordpress.com yang
diakses 15 Agustus 2012, tujuan program token economy
adalah untuk mengajar perilaku yang sesuai dengan
ketrampilan-ketrampilan sosial yang dapat digunakan dalam
satu lingkungan yang alami (wajar) dengan cara meningkatkan
perilaku yang diinginkan dan perilaku pengurangan yang tidak
diinginkan.
c. Menurut O’Leary dan Drambmant dalam Djiwandono (2006;316), tujuan terapi token economy adalah untuk
mengurangi tingkah laku mengacau, menambah belajar, dan
mengarah pada prestasi akademik yang lebih besar dalam
berbagai kelas.
4. Uns ur-unsur dalam Program Token Economy
Menurut Eko Susanto www.eko13.wordpress.com yang diakses 15
Agustus 2012, beberapa unsur-unsur program token economy yang
(45)
a. Token
Semua hal yang dapat dihitung dan kelihatan dapat
digunakan sebagai suatu token.Token diutamakan yang
disukai, menarik, mudah untuk dibawa/dibagikan, dan juga
sulit untuk dipalsu. Biasanya menggunakan materi termasuk
chip poker, stiker-stiker, objek jumlah, kelereng atau uang
permainan. Ketika perorangan tampilkan perilaku yang
diinginkan, dia dengan segera diberi sejumlah tokens. Token
tidak memiliki nilai yang berarti namun token dikumpulkan
dan kemudian dipertukarkan untuk suatu objek yang penuh
arti, kehormatan-kehormatan atau aktivitas. Individu dapat
juga kehilangan token (kompensasi/denda) karena
menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan.
b. Suatu target perilaku jelas dan nyata
Individu yang mengambil bagian di suatu Token
Economies perlu mengetahui persisnya apa yang mereka harus
lakukan supaya menerima token. Perilaku yang tidak
diinginkan dan yang diinginkan dijelaskan sebelum waktu
yang ditetapkan di dalam terminologi yang sederhana dan
spesifik.Banyaknya token yang diberikan atau yang diambil
untuk masing- masing perilaku tertentu juga ditetapkan dan
(46)
c. Motif- motif Penguat/Back-up Reinforcers
Motivasi penguat adalah objek yang penuh arti,
kehormatan-kehormatan, atau individu menerima aktivitas
sebagai pertukaran dengan token yang mereka peroleh.Token
dapat berupa mainan, waktu tambahan, atau berlibur diluar.
Kesuksesan dari suatu token economy bergantung pada
pesona(tawaran menarik/kenikmatan) dari motif- motif
penguat. Individu akan hanya termotivasi untuk mendapatkan
token jika mereka mengetahui bentuk penghargaan di masa
depan yang diwakili oleh tanda-tanda yang mereka terima.
Suatu token economy yang dirancang akan baik dengan
penggunaan motif- motif penguat yang dipilih oleh individu
sendiri dibanding oleh yang dipilih staf.
d. Suatu sistem yang digunakan untuk menukarkan token
Token yang menghargai tiap motif penguat didasarkan
pada nilai keuangan, permintaan, atau nilai terapik.Sebagai
contoh, jika motif penguat itu adalah mahal atau sangat
menarik, nilai token harus lebih tinggi. Jika nilai token
diatur/tetapkan terlalu rendah, maka individu akan lebih
sedikit termotivasi untuk mendapatkan token. Sebaliknya, jika
nilai itu diatur terlalu tinggi, individu akan merasa takut atau
(47)
e. Suatu sistem untuk mengumpulkan data
Sebelum treatmen mulai, informasi (data umum)
dikumpulkan tentang masing- masing perilaku yang dilakukan
oleh individu.Perubahan perilaku kemudian direkam di lembar
data keseharian.Informasi ini digunakan untuk mengukur
kemajuan individu dan efektivitas dari token economy.Informasi mengenai pertukaran dari token juga perlu
untuk direkam/catat.
f. Implementasi konsistensi token economy oleh staf
Dalam suatu proses token economy untuk berhasil, semua
fasilitator yang dilibatkan harus memberi penghargaan
perilaku-perilaku yang sama, menggunakan jumlah yang
sesuai dari token, menghindari motif penguat dibagikan
dengan bebas, dan mencegah token dari pemalsu, mencuri,
atau diperoleh secara tidak adil. Tanggung-jawab staf dan
ketentuan-ketentuan token economy harus dijelaskan di suatu
manual tertulis.staf juga perlu dievaluasi pada waktu tertentu
dan diberi peluang itu untuk bertanya atau berpendapat.
5. Faktor Penghambat Pelaksanaan Prog ram Token Economy
Menurut Bradley (2004:157), Penggunaan program Token Economy
memiliki keterbatasan-keterbatasan, antara lain :
a. Penggunaan token akan menurunkan kepuasan intrinsik dari
(48)
dalam diri individu untuk menyelesaikan serangkaian tugas.
Karena di dalam pelaksanaan program token peserta dihargai
secara ekstrinsik melalui penggunaan token, motivasi untuk
bertindak atau berperilaku dengan cara tertentuakan hilang
setelah token berhenti diberikan.
b. Penggunaann Token Economy dalam pengaturan pendidikan
memiliki keterbatasan yaitu program ini hanya mendidik
siswauntuk lebih menekankan penampilan daripada hasil
pembelajaran. Dalam studi terkontrol, menemukan siswa dalam
kelompok token economy lebih mengembangkan tujuan yang
berhubungan dengan kinerja dan perilaku di kelas daripada
tujuan yang harus dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman akademis.
c. Program pelaksanaan token economy sering mengalami
kegagalan untuk menyesuaikan pada situasi dunia nyata setelah
klien dilepaskan dari situasi lingkungan kelembagaan.
d. Beberapa profesional berpendapat bahwa program token
economy bersifat tidak praktis dan memakan waktu yang lama. 6. Faktor Pendukung Pelaksanaan Program Token Economy
Menurut Bradley (2004:158), faktor pendukung pelaksanaan program
token economy diantaranya yaitu :
a. Token economy dapat meningkatkan partisipasi kelas
(49)
b. Token economy dapat diterapkan dalam lingkungan
pendidikan, yaitu token digunakan untuk meningkatkan
pengelolaan dan pengaturan kelas.
c. Token economy cocok untuk meningkatkan perilaku positif
yang bertentangan dengan fobia sekolah,tantrum,mengisap
ibu jari, dan berkelahi.
d. Token economy sering digunakan para ahli kesehatan
mental untuk menghadapi masalah perilaku yang
berhubungan dengan gangguan psikolo gis termasuk
Autisme,Skinzofremia, dan kecanduan.
e. Token economy sering digunakan oleh para ahli spesialis
manajemen perilaku untuk membantu para tahanan
mempelajari ketrampilan dan perilaku yang diperlukan
untuk beradaptasi dengan masyarakat ketika kembali ke
(50)
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrument
penelitian, desain program Token Economy.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan perilaku
membolos dan prestasi belajar bahasa Inggris melalui program token economy
untuk siswa SMA N 1 Kokap Kulon Progo melalui penelitian tindakan. Menurut
Hidayat (2012), penelitian tindakan merupakan salah satu strategi yang
memanfaatkan tindakan nyata dan pengembangan kemampuan dalam mendeteksi
dan memecahkan masalah. Pada hakekatnya penelitian tindakan menurut Kammis
& Mc Thggast (Hidayat, 2012) terdiri dari 4 tahapan yaitu :
a. Perencanaan yaitu peneliti melakukan pengumpulan data primer tentang
subjek yaitu data nilai rapor, daftar presensi,data pribadi, latar belakang
keluarga, dll dan mengidentifikasi masalah.
b. Tindakan yaitu peneliti memberikan program token economy kepada
subjek.
c. Pengamatan yaitu peneliti melakukan evaluasi program token economy
bulan April dan Mei 2013 kepada subjek.
d. Refleksi yaitu menarik kesimpulan program token economy yang
(51)
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk :
1. Perbaikan dan praktek pembelajaran.
2. Peningkatan pelayanan professional guru bimbingan konseling dalam
menangani proses pembelajaran.
Selain itu penelitian tindakan mempunyai manfaat yaitu :
a. Bagi Guru BK
Penelitian tindakan memperbaiki praktek pengajaran atau pelayanan di
kelas karena secara tidak langsung meningkatkan professional bimbingan
dan konseling.
b. Bagi Sekolah
Penelitian tindakan dapat memunculkan inovasi dalam proses
pembelajaran yang kemudian berujung pada peningkatan kualitas sekolah
yang bersangkutan.
c. Bagi Siswa
Penelitian tindakan merupakan sarana dalam rangka menentukan minat
belajar sehingga pada akhirnya siswa mengalami kepuasaan dalam proses
pembelajaran.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas XI IS SMA
(52)
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tindakan, segala tindakan yang dilakukan bertujuan
untuk perubahan perilaku. Hal itu sesuatu yang akan dicari dalam objek
penelitian dibutuhkan suatu instrumen penelitian yang menjadi instrumen atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Menurut Hidayat (2012), Prinsip dari
penelitian tindakan yaitu
1. Pekerjaan utama seorang guru maupun pengajar (guru Bk tugasnya
memberikan layanan BK).
2. Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang lama sehingga
tidak mengganggu proses pembelajaran.
3. Metode harus reliable (runtut).
4. Masalah penelitian yang dirumuskan diusahakan berada dalam lingkup
tanggungjawab profesionalnya agar guru BK berkominten
menyelesaikan penuntasan masalah.
D. Target Perilaku
1. Berkurangnya frekuensi membolos dari 20 kali selama 1 semester menjadi tidak sama sekali selama 1 semester.
2. Peningkatan prestasi belajar bahasa Inggris dari nilai 60 menjadi 70.
(53)
Tabel 3.
Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Selama Menjalankan Program Token Economy.
No Perilaku sebelum menjalankan program token (Baseline)
Perilaku sesudah menjalankan program token (Target)
1. Tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah
Mengerjakan pekerjaan rumah yang dilakukan 1 minggu 3 kali.
2 Tidak pernah mengerjakan tugas kelompok
Mengerjakan tugas kelompok yang dilakukan 2 minggu sekali.
4. Tidak pernah mengikuti tugas indvidu
Mengerjakan tugas individu yang dilakukan 2 minggu sekali.
6. Tidak aktif di kelas :
a. Tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. b. Tidak berani maju ke depan
kelas untuk mempresentasikan hasil belajarnya.
Aktif di kelas :
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru setiap jam pertemuan mata pelajaran bahasa Inggris. b. Mempresentasikan hasil
belajarnya di depan kelas yang dilakukan setiap jam pertemuan mata pelajaran bahasa Inggris.
7. Nilai akhir : 60 Nilai akhir : 70
E. Prosedur Pemberian Token 1. Dasar pemberian Token
a. Hal yang tidak disukai subjek :
1) Subjek paling tidak suka mengkonsumsi sayur karena
menurutnya sayur adalah makanan yang tidak enak dan
pahit. Ia tidak mengkonsumsi sayur semenjak sekolah dasar
kelas 5. Waktu kelas 5, ketika ia mau makan sayur yang ada
di atas meja makan ternyata itu adalah sayur daun pepaya
(54)
mau mengkonsumsi sayuran karena ia berpikir semua
sayuran adalah pahit.
2) Subjek tidak suka mengikuti aktivitas yang cenderung
formal atau resmi yaitu mengikuti acara yang lama dan
terkesan membosankan. misal mengikuti ceramah, seminar.
Karena kegiatan tersebut membuat ia cepat lelah,
mengantuk, dan membosankan. Waktu kelas 1 SMP, ketika
iamengikuti Persami (perkemahan sabtu minggu) dalam sesi
renungan malam ia ketiduran sampai sesi selesai dan ia
dibangunkan oleh guru pembimbing pramuka. Hal itu
adalah hal yang paling memalukan dan hal yang paling
dibenci dalam hidupnya.
3) Subjek tidak suka memakai pakaian kemeja kecuali seragam
sekolah karena menurutnya memakai kemeja terkesan seperti
orang tua padahal dia masih muda.
4) Subjek tidak suka ketika malam hari ia tidak bisa tidur.
Karena paginya ia akan bangun kesiangan sehingga ia malas
untuk sekolah.
5) Subjek tidak suka ketika Blackbery Messager tidak terkirim
karena pacarnya akan marah kepada subjek tidak membalas
Blackbery Messager.
6) Subjek tidak suka ketika kemauannya tidak dituruti terutama
(55)
terasa hampa mau makan susah mau bermain bersama
teman-teman juga susah. Jadi kalau subjek minta uang
kepada orang tuanya dan tidak dikasih maka ia akan marah
dan mengurung diri di kamar.
b. Hal yang disukai subjek :
1) Subjek paling suka makan nasi goreng buatan ibunya. Setiap
hari subjek sarapan nasi goreng dengan telur dan tempe.
Menurutnya nasi goreng buatan ibunya sangat enak dan tidak
ada tandingannya.
2) Subjek mempunyai hobi bermain dan menonton sepak bola.
Setiap sore ia selalu bermain sepak bola di lapangan yang
tidak jauh dari rumahnya bersama dengan teman-temannya.
Ia adalah supporter sepak bola tim Chelsia. Bahkan ia pun
rela tidak tidur hanya untuk menonton tim sepak bola
kesayangannya Chelsia di televisi.
3) Subjek merasa senang ketika ia mempunyai banyak uang.
Karena kalau ia punya uang ia bisa pergi kencan dengan
pacar dan teman tanpa beban. Karena ketika makan bersama
ia membayarinya.
4) Subjek juga senang ketika rumahnya menjadi base camp
berkumpul bersama dengan teman-temannya.
Berdasarkan hal yang disukai dan hal yang tidak disukai subjek. Maka peneliti
memberikan token berupa stiker Chelsia karena subjek sangat senang dengan tim
(56)
tersebut peneliti beranggapan dengan memberikan token yang berupa stiker tim
Chelsia membuat subjek menjadi lebih bersemangat dalam belajar bahasa Inggris
2. Pemberian token dan reward
Pelaksanaan program Token Economy ini adalah dua bulan April
2013 dan Mei 2013. Yang terlibat dalam pelaksanaan program ini adalah
Rio(subjek),guru bahasa Inggris,guru BK,kedua orang tua subjek. Token akan
diberikan setiap kali jam pertemuan pelajaran bahasa Inggris selama 1 minggu 2
kali jam pertemuan di sekolah dan ketika subjek belajar bahasa Inggris 2 kali
belajar bahasa Inggris selama 1 minggu.
Alasan peneliti memberikan 5 stiker dalam setiap kegiatan yaitu untuk
mendapatkan reward, subjek harus mengumpulkan 170 sticker selama 1 bulan di
sekolah dan 40 stiker selama 1 bulan di rumah hal itu bisa dicapai dengan
pemberian 5 stiker setiap mengikuti kegiatan mata pelajaran bahasa Inggris dan 5
stiker setiap belajar di rumah.
Peneliti bekerjasama dengan guru bahasa Inggris ketika mengikuti
pelajaran bahasa Inggris untuk membantu memantau subjek dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan yang sudah disepakati bersama. Kegiatan-kegiatan itu :
a. Hadir mengikuti 2 kali pertemuan mata pelajaran bahasa Inggris
dalam seminggu, subjek akan mendapatkan 5 stiker Chelsia.
b. Membaca atau menulis materi mata pelajaran bahasa Inggris 2 kali
pertemuan dalam seminggu, subjek akan mendapatkan 5 stiker
(57)
c. Mengerjakan pekerjaan rumah mata pelajaran bahasa Inggris 3 kali
dalam seminggu, subjek akan mendapatkan 5 stiker Chelsia.
d. Mengerjakan tugas kelompok pelajaran bahasa Inggris setiap 2
minggu sekali, subjek akan mendapatkan 5 stiker Chelsia.
e. Selalu aktif dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris diantara nya
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan selalu
mempresentasikan hasil belajar di depan kelas ketika diberi
kesempatan oleh guru bahasa Inggris setiap jam pertemuan mata
pelajaran bahasa Inggris 2 kali pertemuan dalam seminggu, subjek
akan mendapatkan 5 stiker Chelsia.
Peneliti juga bekerjasama dengan kedua orang tua subjek dirumah untuk
membantu dalam memantau subjek dalam belajar bahasa Inggris di rumah.
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan subjek di rumah yaitu :
a. Mengerjakan PR bahasa Inggris 2 kali dalam seminggu yang
diberikan oleh guru bahasa Inggris, subjek akan mendapatkan 5
stiker Chelsia.
b. Mengerjakan tugas individu bahasa Inggris selama 2 minggu
sekali yang diberikan oleh guru bahasa Inggris, subjek akan
mendapatkan 5 stiker Chelsia.
Peneliti akan memberikan token di sekolah maupun di rumah. Rincian
pemberian token ketika mengikuti pelajaran bahasa Inggris di sekolah dan di
(58)
Pemberian token dengan kegiatan di sekolah dan di rumah, setiap satu
minggu Rio akan mendapatkan token stiker Chelsia 20-25 stiker dikali 2 kali jam
pertemuan mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah, jadi total stiker yang didapat
setiap satu minggu yaitu 40-50 stiker, satu bulan 160-200 stiker, dan jumlah
selama 2 bulan 240-400 stiker yang diberikan oleh guru bahasa Inggris. Dan
pemberian token dirumah, setiap minggunya 5-10 stiker dikali 2 kali jam belajar
bahasa Inggris di rumah, jadi total stiker yang didapat setiap satu minggu yaitu
10-20 stiker, satu bulan 40-80 stiker, dan selama 2 bulan 80-160 stiker yang
diberikan oleh orang tua subjek. Jadi total stiker yang diterima setiap satu minggu
50-70 stiker setiap bulan 200-280 stiker dikali 2 bulan 400-560 stiker. Apabila
sudah terkumpul kemudian ditukar dengan hadiah setiap akhir bulan.
Bulan I : hadiah berupa kostum sepak bola
Bulan II : hadiah berupa uang saku dari orang tua subjek
sejumlahRp100.000,-
Peneliti memberikan reward atau hadiah yang berkaitan dengan dunia
sepak bola terutama tim sepak bola Chelsia karena subjek adalah supporter atau
pendukung tim sepak bola Chelsia. Maka hal ini akan menjadi faktor utama untuk
membantu subjek dalam mengurangi frekuensi membolos dan meningkatkan
(59)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan data pribadi subjek, hasil penelitian, dan pembahasan.
A. Data Pribadi Subjek
Nama : Rio (nama samaran)
Tempat /Tanggal Lahir : Kulon progo, 23 Juni 1995
Usia : 17 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Hobi : bermain sepak bola
Kelas : XI
Sekolah : SMA N 1 Kokap
Agama : Katolik
Alamat Rumah : Sambeng, Hargorejo, Kulon progo
Penampilan Fisik : berat badan 60 kg, tinggi badan 167cm,
kulit sawo matang, rambut lurus, bentuk
wajah bulat, alis agak tebal,bibir agak tipis
Penampilan Psikis : terbuka, ceria, mudah bergaul, menarik
Nama Ayah : Fransiskus Hermawan (nama samaran)
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Satpam
Nama Ibu : Natalia Tri Kusuma (nama samaran)
Pendidikan : SMEA
(60)
Sumber Informasi : 1. subjek
2. guru bahasa Inggris
3. guru BK
4. orang tua subjek
1. Ciri-ciri Kepribadian
Subjek adalah pemalu, sering menyendiri, mudah terpengaruh,
mudah marah, dan mudah putus asa tetapi ia setia kawan.
2. Latar Belakang Keluarga
Subjek adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya laki- laki masih
kelas IV sekolah dasar. Ayahnya bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu
rumah sakit swasta di Kulon Progo dan ibunya penjual sate di pasar. Menurut
subjek, ia jarang bertemu dengan ayahnya karena jadwal kerja ayah tidak
menentu. Sedangkan dengan ib unya ia selalu bertemu setiap hari dan ibunya
sedikit memanjakannya. Walaupun ibunya juga sering memarahi tetapi apa yang
diminta subjek selalu diturutinya. Di rumah subjek sering bertengkar dengan
adiknya seperti berebut makanan, berebut channel televisi ketika menonton
bersama.
3. Status Sosial dalam Masyarakat
Lingkungan masyarakat tempat tinggal subjek di daerah Sambeng,
Hargorejo, Kokap, Kulon Progo termasuk dalam kalangan menengah dengan mata
pencaharian sangat bervariasi. Sebagian besar adalah petani dan penderes
(pembuat gula jawa). Corak hubungan antar warga juga bervariasi. Ada yang
(61)
mempunyai hubungan yang baik dengan warga sekitarnya hal ini terlihat ketika
hari raya Natal maupun Idul Fitri saling tukar menukar makanan dengan warga
sekitarnya. Tetapi subjek jarang bergaul dengan warga lingkungan tempat subjek
tinggal karena subjek lebih senang bergaul dengan komunitas sepak bolanya dan
teman sekolah yang rumahnya jauh dari tempat tinggal subjek karena menurut
subjek di lingkungan rumah subjek pemuda-pemudi yang sebaya dengan subjek
sangat sedikit kebanyakan pemuda-pemudinya sudah bekerja sehingga ia merasa
tidak nyaman. Keluarga subjek sendiri termasuk keluarga yang dihormati karena
ayahnya adalah salah satu tokoh masyarakat di daerahnya. Beliau menjabat
sebagai ketua RW dan ketua lingkungan di wilayah gereja.
4. Lingkungan Fisik , Sosial ekonomi dan Sosio Kultural
Lingkungan tempat tinggal subjek tidak terlalu dekat dengan jalan raya.
Rumahnya agak sedikit masuk ke gang kurang lebih 50 meter dari jalan raya.
Orang tuanya mempunyai 2 rumah yang bersebelahan. Halaman depan dan
halaman belakang rumah cukup luas 18meter X 9meter. Rumahnya berdinding
tembok dan besar. Di sekeliling rumahnya banyak pepohonan jati, mahoni
warisan dari nenek moyangnya. Lingkungan tempat tinggal subjek sangat bersih
dan sejuk karena pepohonan yang ada disekitarnya. Masyarakat di sekitarnya
termasuk orang-orang yang ramah dan mudah untuk bekerjasama. Keadaan
ekonomi keluarga ini menengah ke bawah. Dari penghasilan ayahnya penjaga
sebagai keamanan dan ibunya menjadi penjual sate yaitu sekitar 1 juta sampai 2
juta setiap bulan. Ibunya pun mempunyai pekerjaan sampingan di rumah yaitu
(62)
ribu rupiah. Keadaan sosio kultural di lingkungan tempat tinggal Rio di Sambeng,
Hargorejo, Kokap, Kulon Progo. Budaya lingkungan diatas adalah Jawa. Mereka
sangat mempercayai adat Jawa seperti upacara atau acara yang masih dilakukan
oleh keturunan orang Jawa seperti genduri, sambatan/gotong royong, membuat
sajen ketika upacara pernikahan, sunatan,dll.
5. Pertumbuhan Jas mani
Selama hidupnya subjek tidak pernah mengalami gangguan kesehatan yang
serius. Demikian pula orang tua dan saudara-saudaranya.
6. Perkembangan Kognitif
subjek menghabiskan sebagian besar pendidikannya di kecamatan Kokap.
Dimulai dari SD 2002-2008, jenjang SMP pada tahun 2008-2011. Tamat SMP,
subjek melanjutkan ke SMA pada tahun 2011 sampai sekarang. Selama
mengenyam pendidikan dari SD sampai dengan SMA, subjek tidak pernah
mempunyai prestasi yang menonjol dalam bidang akademik ataupun bidang
lainnya di sekolah. subjek berpendapat kemampuannya hanya dirata-rata dengan
nilai 60-70, akan tetapi subjek tidak pernah tinggal kelas. Subjek mempunyai hobi
olah raga sepak bola itupun dilakukan di luar sekolah.
7. Perkembangan Sosial
Lahir dan besar di kecamatan Kokap subjek mempunyai banyak teman
karena ia aktif menjadi supporter tim sepak bola Brajamusti yaitu tim supporter
yang mendukung tim sepak bola kota Sleman, Yogyakarta. Banyak kegiatan yang
(63)
mendesain kaos supporter kemudian menjual kaos untuk menonton bersama tim
sepak bolanya tersebut. Anggota supporter tersebut para siswa SMP dan SMA.
Karena anggotanya yang begitu luas maka pergaulan subjek pun semakin luas.
Teman-teman supporter sepak bolanya sering bermain ke rumah subjek untuk
bermain play station, sepak bola, dan berbincang-bincang berkumpul bersama.
B. Hasil Pelaksanaan Program Token Economy Pada Bulan April 2013
Berikut dilaporkan perkembangan subjek selama menjalankan program
Token Economy dalam upaya pengurangan frekuensi membolos dan peningkatan
prestasi belajar Bahasa Inggris dengan berbagai program yang sudah disepakati
bersama. Hasil perkembangan subjek selama menjalankan program Token
Economy di bulan pertama April 2013 :
Tabel 4
Perolehan Token Dari Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah TGl Hadir Tdk
hadir
Membaca /menulis
Menge rj PR Menge rj
Tgs Kelompk Aktif di kelas Jumlah Token
1/4/13 5 5 5 5 20
6/4/13 5 5 5 5 20
8/4/13 5 5 5 5 20
13/4/13 5 5 5 5 5 25
15/4/13 LIBUR UN
20/4/13 5 5 5 5 20
22/4/13 5 5 5 5 20
27/4/13 5 5 5 5 5 25
29/4/13 5 5 5 5 20
JML 40 40 40 10 40 170
(64)
Grafik 1.
Perolehan Token Dari Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di sekolah
Jadi jumlah token yang diterima subjek adalah 170 stiker yang diberikan oleh
guru mata pelajaran bahasa Inggris. Pada bulan April 2013, pertemuaan mata
pelajaran bahasa Inggris adalah 8 kali. Satu minggu 2 kali pertemuan yaitu hari
senin jam ke 5 sampai 6 dan hari sabtu jam ke 5, 6, 7. Setiap kali pelajaran
Bahasa Inggris Rio mendapatkan 5 stiker, membaca/menulis materi pelajaran
bahasa Inggris mendapatkan 5 stiker, mengerjakan PR mendapatkan 5 stiker, aktif
di kelas yaitu menjawab pertanyaan dari guru dan mempresentasikan hasil belajar
di depan kelas mendapat 5 stiker dan mengerjakan tugas kelompok yaitu 5 stiker.
Tabel 5.
Hasil Pe rolehan Token Dari Orang Tua Subjek di rumah
Tanggal Menge rjakan PR
Menge rjakan tugas individu Jumlah Token
1/4/13 5 5
6/4/13 5 5
8/4/13 5 5 10
15/4/13 LIBUR UN
20/4/13 5 5
22/4/13 5 5
27/4/13 5 5
29/4/13 5 5 10
JML 35 10 45
0 10 20 30 Hadir Tidak hadir Membaca /menulis
(65)
Grafik 2.
Hasil Perolehan Token Dari Orang Tua Subjek di rumah
Jadi jumlah stiker yang diterima subjek yang diberikan oleh orang tua subjek
di rumah selama bulan April 2013 yaitu 45 stiker. Pada bulan April 2013 guru
mata pelajaran bahasa Inggris memberikan 7 kali tugas (PR) belajar mata
pelajaran bahasa Inggris di rumah. Setiap kali mengerjakan tugas PR subjek
mendapatkan 5 stiker dan mengerjakan 2 kali tugas individu subjek
mendapatkan 5 stiker.
1. Evaluasi Pelaksanaan Program Token Economy Bulan Pertama April 2013
Jumlah seluruh stiker yang diterima sub jek selama bulan April 2013
adalah 215 stiker. Berdasarkan jumlah stiker pada bulan April 2013, peneliti
memberikan reward atau hadiah berupa kostum sepak bola Chelsia warna biru
dan subjek sangat senang. Pada bulan April 2013 ini, subjek mengalami
pengurangan frekuensi membolos dari 8 kali pertemuan mata pelajaran bahasa
Inggris, menjadi tidak pernah membolos. Prestasi bahasa Inggris subjek
meningkat dari nilai rata-rata 60 menjadi 65.
0 5 10 15
Mengerjakan PR
Mengerjakan tugas individu
(66)
2. Pembahasan a. Kehadiran
Bulan April ada 8 kali jam pertemuan mata pelajaran bahasa Inggris dan
subjek pun mengikuti 8 kali jam pertemuan itu secara penuh. Hal ini disebabkan
dengan adanya token dari guru mata pelajaran bahasa Inggris kepada subjek dan
hal itu membuat subjek merasa dihargai dan merasa diterima. Ketika mata
pelajaran bahasa Inggris subjek mulai berubah sikapnya yaitu ketika guru
memberikan pertanyaan, subjek pun berani untuk menjawab. Perasaan subjek
yang merasa dihargai dan merasa diterima dalam mata pelajaran bahasa Inggris
itu, membuat subjek lebih rajin dan bersemangat mengikuti pelajaran bahasa
Inggris. Maka, hasilnya subjek mampu belajar dan mengerjakan soal bahasa
Inggris tersebut.
b. Membaca dan Menulis
Pada bulan April 2013 ini ada 8 kali jam pertemuan pelajaran membaca
dan menulis bahasa Inggris dan subjek melaksanakannya setiap kali jam
pertemuan. Pada awalnya subjek malas mengikuti kegiatan membaca dan menulis
materi pelajaran bahasa Inggris. Namun, karena pada setiap pertemuan pelajaran
bahasa Inggris subjek selalu diberi kesempatan oleh guru untuk menulis dan
membaca materi pelajaran Bahasa Inggris, maka subjek menjadi terbiasa dengan
menulis dan membaca materi bahasa Inggris. Hal inilah yang membuat subjek
(67)
c. Mengerjakan tugas (PR)
Setiap kali jam pertemuan pelajaran bahasa Inggris, subjek selalu diberi
PR oleh guru mata pelajaran bahasa Inggris. Dalam mengerjakan PR, subjek
selalu berusaha mengerjakan sendiri. Awalnya hal itu membuat subjek sangat
malas untuk mengerjakan tugas, hal itu dibuktikan dengan banyaknya jam
membolos subjek pada setiap pelajaran bahasa Inggris, tetapi setelah ia
mengetahui caranya dengan slalu mencoba mengerjakan dan tidak takut salah
untuk mengerjakan PR, maka hal itu membuat ia percaya diri dengan hasil
karyanya.
d. Mengerjakan tugas kelompok
Pada bulan April 2013 ini untuk tugas kelompok diberikan 2 kali oleh guru
mata pelajaran bahasa Inggris. Mengerjakan tugas kelompok adalah hal yang
disukai subjek karena tugas kelompok dikerjakan dalam diskusi kelompok.
Didalam kelompok subjek aktif terlibat, awalnya bertanya kepada temannya
tentang bagaimana mengerjakan tugas, lama kelamaan subjek mulai mampu
memberikan solusi jawaban.
e. Keaktifan di kelas
Pada bulan april 2013, subjek tidak pernah membolos dan mulai aktif
dikelas. Subjek berani menjawab pertanyaan dari gurunya, meskipun jawaban
subjek itu salah. Karena seringnya menjawab pertanyaan tersebut, membuat
subjek lebih mudah untuk memahami materi yang diberikan oleh guru mata
(68)
f. Peningkatan Nilai
Pada bulan April 2013 terdapat point peningkatan rata-rata nilai studi dari
nilai PR di bulan Maret 2013 dari 50 menjadi 53 di bulan April 2013, nilai tugas
individu di bulan Maret 2013 dari 60 menjadi 66 di bulan April 2013, nilai tugas
kelompok di bulan Maret 2013 dari nilai 60 menjadi 65 di bulan April 2013.
Maka nilai yang dicapai belum mencapai KKM walaupun demikian subjek terus
belajar pelajaran bahasa Inggris.
3. Program Target Pe rilaku Yang Dicapai Pada Bulan April 2013
Pada Bulan April 2013, subjek mengalami banyak perilaku. Pada awalnya
subjek membolos 20 kali membolos pada pelajaran bahasa Inggris, tidak aktif di
kelas seperti tidak berani menjawab pertanyaan dari guru, tidak mengerjakan
tugas individu maupun kelompok, rata-rata nilai 60. Pada akhir bulan April 2013
subjek tidak pernah membolos, mulai berani menjawab pertanyaan dari guru
walaupun jawabannya masih salah, membaca dan menulis materi pelajaran bahasa
Inggris, berani bertanya kepada guru mata pelajaran bahasa Inggris ketika subjek
tidak paham akan materi yang dipelajari, setiap PR dan tugas kelompok ia
kerjakan, dan nilai rata-rata 65.
4. Ketidakcapaian Target Perilaku
Pada bulan pertama April 2013 ini, subjek belum mampu menulis bahasa
Inggris dengan baik. Hal ini karena ia belum bisa membedakan posisi subjek,
predikat, dan objek dengan benar dalam suatu kalimat. Contoh guru memberikan
(69)
am a boy” tetapi Rio menuliskan kalimat “ I am not a boy” yang merupakan
kalimat negatif. Maka untuk perbaikan di bulan kedua Mei 2013 guru mata
pelajaran bahasa Inggris memperbanyak tugas untuk menulis kalimat bahasa
Inggris dengan benar.
C. Hasil Pelaksanaan Program Token Pada Bulan Mei 2013
Berikut ini dilaporkan perkembangan subjek selama menjalankan program
Token Economy dalam upaya pengurangan frekuensi membolos dan peningkatan
prestasi belajar Bahasa Inggris dengan berbagai program yang suda h disepakati
bersama. Hasil perkembangan subjek selama menjalankan program Token
Economy di bulan kedua mei 2013 :
Tabel 6.
Hasil Pe rolehan Token Dari Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Tgl Hadir Tidak hadir
Membaca /menulis
Menge rjaka n PR
Menge rjakan tugas Kelompok
Aktif di kelas
JML
4-5-13 5 5 5 5 20
6-5-13 5 5 5 5 20
11-5-13 5 5 5 5 5 25
13-5-13 5 5 5 5 20
18-5-13 5 5 5 5 20
20-5-13 5 5 5 5 5 25
25-5-13 LIBUR HARI RAYA WAISAK
27-5-13 5 5 5 5 20
(70)
Grafik 3.
Hasil Cek List yang Diisi Oleh Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di sekolah
Dari kegiatan mata pelajaran Bahasa Inggris yang di laksanakan pada
tanggal 4 Mei 2013 sampai 27 Mei 2013, stiker yang diterima subjek di sekolah
pada bulan Mei 2013 ini adalah 150 stiker. subjek hanya mendapatkan 150 stiker
karena pada hari Sabtu, 25 Mei 2013 libur hari raya waisak, sehingga point yang
dikumpulkan subjek untuk mendapatkan stiker kurang dari 160. Pada bulan Mei
2013 pertemuan mata pelajaran bahasa Inggris adalah 7 hari. Satu minggu 2 kali
pertemuan yaitu hari senin jam ke 5 sampai 6 dan hari sabtu jam ke 5, 6, 7.
0 5 10 15 20 25
30 Hadir
Tidak hadir
Membaca /menulis
Mengerjakan PR
Mengerjakan tugas Kelompok
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)