Penggunaan daftar cek tidak mempersyaratkan penilaian tingkatan kemampuan mahasiswa tetapi hanya menentukan ada
tidaknya aspek perilaku selama pengamatan. Pemberian skor dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu bobot
keterampilan yang akan dinilai secara keseluruhan dari mata ajaran yang bersangkutan. Setelah itu ditentukan cara
pemberian skor dalam lembar daftar cek. Ada beberapa cara pendekatan: 1 bila dari 7 item yang ada semua dilakukan
dengan betul, maka diberi skor 10, bila 6 yang betul dilakukan diberikan skor 8 dan seterusnya; 2 dapat juga ditentukan dulu
tindakan kunci yang minimal harus dilakukan, misalnya item 1, 4, dan 6 diberi nilai 6 dan selebihnya dapat dinilai 7-10, dan bila
kurang dari itu dinilai 5.
Penggunaan skala nilai memiliki kemiripan dengan daftar cek, baik dalam bentuk, tujuan, maupun penerapannya. Skala nilai
dikembangkan tidak saja menilai ada atau tidak adanya suatu aspek khusus perilaku, akan tetapi juga menilai tingkat penguasaan
atau kemampuan perilaku psikomotor pada mahasiswa yang diobservasi. Pemberian skala nilai dimulai dari penampilan yang
paling optimal sampai dengan penampilan yang minimal. Nilai batas lulus ditetapkan berdasarkan atas kompetensi minimal yang
harus dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran pada setiap tahapan.
c. Ranah AfektifSikap
Perilaku yang termasuk dalam ranah afektif secara konseptual dapat dibedakan menjadi tingkatan-tingkatan yang
terpisah satu dengan yang lain dan tampaknya memiliki hubungan hirarkis. Namun secara praktis tidaklah mudah membedakan
dengan tegas masing-masing tingkat taksonomi tersebut, sehingga membuat hasil belajar afektif ini lebih sulit dievaluasi apakah sudah
tercapai atau belum daripada hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor. Selain itu, kemampuan hasil belajar afektif memerlukan
waktu yang lama untuk mencapainya, khususnya pada tingkat A5 atau pengamalan characterization misalnya menjadi seseorang
ahli hukum yang kompeten. Namun untuk tingkat taksonomi yang
III | 50
Panduan Penyusunan dan Pengembangan
sederhana seperti mengenal atau memberi respon dapat dievaluasi tingkat ketercapaiannya dalam rentang waktu yang lebih singkat.
Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar afektif:
1 Pemilihan teknik pengukuran dan penilaian berdasarkan jenis dan karak-teristik hasil belajar yang akan diukur dan dinilai. Pilih
alat pengukuran nontes yang mampu mengevaluasi kemampuan mental mahasiswa yang didemonstrasikan dalam
penampilan atau perilakunya, antara lain dengan bagan partisipasi participation charts, daftar cek check list, skala
lajuan rating scale: numericaldescriptive, skala sikap attitude scale: skala Likert, semantic differential, wawancara, anecdotal
record.
2 Penyusunan perangkat instrumen Perencanaan terhadap aspek yang akan diamati atau dievaluasi
yaitu perilaku yang paling besar kontribusinya untuk menjelaskan hasil belajar mahasiswa, format instrumen, jumlah
butir pernyataanpertanyaan. Jumlah skala penilaian yang akan digunakan perlu dilakukan dengan cermat.
3 Penyusunan petunjuk administrasi Pengadministrasian evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan
mulai dari proses penyuntingan dan penggandaan instrumen, serta pelaksanaan evaluasi.
4 Penetapan cara atau sistem penilaian Perlu ditetapkan suatu kriteria untuk menafsirkan hasil
pengukuran berupa skor atau angka yang diperoleh selama proses evaluasi dilakukan. Hal ini bergantung pada skala dan
jumlah butir pernyataanpertanyaan.
3.3.4.2 Kriteria Penilaian
Berbagai bentuk tugas task dapat diberikan kepada mahasiswa yang disertai dengan kriteria penilaiannya dalam
bentuk Rubrik holistic rubric dan analitic rubric.
a. Rubrik Penilaian Deskriptif