Bahan Organik Kadar Air

Hotmian Harianja : Infiltrasi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit Elaeis guineensis, 2009 USU Repository © 2008

C. Bahan Organik

Tanah tersusun oleh bahan padatan, air dan udara. Bahan padatan ini meliputi bahan mineral berukuran pasir, debu dan liat, serta bahan organik. Bahan organik tanah biasanya menyususn sekitar 5 bobot total tanah, meskipun hanya sedikit tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis tanah. Sebagai komponen tanah yang berfungsi sebagai media tumbuh, maka bahan organik juga berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman dan mikroba tanah Hanafiah, 2004. Kartasapoetra 1989 mengatakan bahwa bahan organik yang terbentuk di atas permukaan tanah yang bersifat poreus akan menyerap air dan selanjutnya air akan mengalir. Air yang terserap bahan organik selanjutnya dengan kecepatan yang relatif lambat akan meresap terus ke lapisan bagian dalam tanah sampai pada akhirnya akan terbentuk konsentrasi air di dalam tanah. Dari sini air akan dialirkan pula secara lambat menuju ke kakigunung atau tempat yang lebih rendah dari dataran hutan, dalam bentuk mata air. Dengan demikian, manusia atau mahluk hidup lainnya tidak akan kekurangan air.

D. Kadar Air

Air yang tersedia dalam tanah dapat diserap tanaman bagi kelangsungan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya tersedianya air adalah berbeda-beda, tanah yang berlempung misalnya ketersediaan air lebih banyak dibandingkan dengan tanah pasir. Gerakan air di dalam tubuh tanah selain mempengaruhi keberadaan air di suatu tempat, juga serta Hotmian Harianja : Infiltrasi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit Elaeis guineensis, 2009 USU Repository © 2008 kaitannya dengan jumlah air yang ada dan sifat tanah aliran jenuh, aliran tidak jenuh dan aliran uap Kartasapoetra dan Sutedjo, 1988. Lee 1990 mengatakan bahwa sebenarnya semua air adalah presipitasi yang telah berinfiltrasi ke dalam tanah, air tanah tersebut dapat disimpan baik dalam ruang-ruang antar butir pada batuan yang padat, pada ruang-ruang yang lebih besar diantara pasir dan kerikil yang tidak terkonsolidasi, maupun pada ruang-ruang yang besar pada pecahan batuan dan saluran-saluran pelarutan. Curah hujan dan kandungan air tanah mempengaruhi infiltrasi dengan berbagai cara. Pukulan tetesan cenderung merusak struktur permukaan tanah, dan bahan-bahan yang lebih halus dari permukaan dapat tercuci ke dalam rongga tanah, menyumbat pori-pori selama periode curah hujan yang tinggi tingkat- tingkat air tanah adalah lebih tinggi, ruang pori tanah terisi oleh air, dan infiltrasi tidak dapat melebihi laju aliran bawah permukaan pada lapisan yang kurang permeabel. Pada tingkat-tingkat kandungan air tanah yang sangat tinggi infiltrasi juga dapat dihambat karena sulit bagi udara untuk keluar untuk menciptakan ruang bagi air tambahan, bila tanah-tanah sangat kering, tanah-tanah tersebut dapat menjadi hidrofob menolak air yang akan mengurangi kapasitas infiltrasi Lee, 1990. Pengukuran Infiltrasi Menurut Asdak 1995 dalam pengukuran infiltrasi, dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : 1. Menentukan beda volume air hujan buatan dengan volume air larikan pada percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan Hotmian Harianja : Infiltrasi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit Elaeis guineensis, 2009 USU Repository © 2008 2. Menggunakan alat infiltrometer 3. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran hujan Harto 1993, mengelompokkan cara pengukuran laju infiltrasi tersebut kedalam dua kelompok yaitu: dengan pengukuran di lapangan dan dengan analisis hidrograf. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran laju infiltrasi tersebut adalah : 1. Single ring infiltrometer 2. Double ring infiltrometer 3. Rainfall simulator Single ring infiltrometer merupakan silinder baja atau bahan lain yang memiliki diameter 25-30 cm. Tinggi alat kurang lebih 50 cm. Double ring infiltrometer pada dasarnya sama dengan single ring infiltrometer namun diameternya lebih besar dari diameter single ring infiltrometer. Rainfall simulator pada dasarnya terdiri dari seperangkat alat pembuat hujan buatan, yang terdiri dari pompa air dan deretan pipa-pipa dengan nozzle yang dapat menyemprotkan air Harto, 1993. Alat infiltrometer yang biasa digunakan adalah infilrometer ganda double ring infiltrometer, yaitu satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer silinder yang lebih besar diameternya. Pengukuran infiltrasi hanya dilakukan terhadap silinder yang kecil. Silinder yang lebih besar berfungsi sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder Asdak, 1995. Hotmian Harianja : Infiltrasi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit Elaeis guineensis, 2009 USU Repository © 2008 Kurva Infiltrasi Laju infiltrasi adalah kecepatan air masuk ke dalam tanah selama hujan berlangsung. Laju infiltrasi atau kapasitas infiltrasi ditentukan dari petak percobaan. Bila curah hujan alamiah atau buatan pada petak percobaan tersebut lebih besar daripada kapasitas infiltrasi, maka kurva kapasitas infiltrasi akan bervariasi sejalan dengan waktu seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Kurva infiltrasi dan curah hujan untuk menghitung air larian Sumber : Asdak, 1995. Laju infiltrasi diukur dalam satuan panjang per waktu. Satuan yang sama berlaku untuk laju curah hujan. Satu sentimeter curah hujan dalam waktu satu jam pada satuan luas tertentu, menandakan bahwa satu jam setelah permulaan hujan, air yang dapat ditampung dalam ember misalnya, akan mempunyai kedalaman 1 cm tersebar merata pada dasar ember tersebut. Dapat dilihat bahwa untuk ember kecil atau besar, kedalaman air tetap sama, 1 cm. Dengan demikian, kedalaman air 1 cm per jam tidak tergantung pada luasan penampang air tersebut Asdak, 1995. Hotmian Harianja : Infiltrasi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit Elaeis guineensis, 2009 USU Repository © 2008 Hasil-Hasil Penelitian Infiltrasi 1. Pada Tegakan Kelapa Sawit Pengukuran infiltrasi tanah yang ditanami kelapa sawit berumur 6 tahun kelihatan pada daerah dekat pangkal batang paling cepat, ini menunjukkan adanya kegiatan akar tanaman. Pada jarak lebih besar dari 1,5 m infiltrasi semakin menurun yang menunjukkan bahwa aktivitas perakaran masih belum maksimal. Semakin bertambah umur tanaman kelapa sawit, sistem perakarannya akan memenuhi seluruh horizon tanah, dengan demikian permeabilitas lapisan tanah bawah semakin baik dan kemampuan tanah menahan air semakin banyak. Pada lapisan 0-1 m perkembangan perakaran mencapai puncaknya pada umur tanaman 10 tahun kemudian akar yang tumbuh dan yang mati sudah sama sehingga tidak ada lagi pertambahan akar. Dihubungkan dengan produktivitas tanaman tercapai pada saat tanaman mulai berumur 9 tahun, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai produk tertinggi umur 0-8 tahun adalah umur kritis yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelapa sawit Harahap, 2007.

2. Lahan terbuka

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Terhadap Pupuk Cair Super Bionik Pada Berbagai Jenis Media Tanam di Pembibitan Utama

0 30 78

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Intersepsi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis )

0 52 80

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75