anak kaum Muhajirin dan Anshar, para pejuang perang Qadisiyyah, Uballa, dan orang-orang yang menghadiri perjanjian
Hudaibiyah. Mereka mendapatkan tunjangan dari pemerintahan Khalifah Umar, masing-masing sebesar 2.000 dirham.
B. Model Negara Kesejahteraan Islam Periode Umar
Konsep negara kesejahteraan tidak hanya mencakup deskripsi mengenai sebuah cara pengorganisasian kesejahteraan atau pelayanan sosial sosial service.
Melainkan juga sebuah konsep normatif atau sistem pendekatan ideal yang menekankan bahwa setiap orang harus memperoleh pelayanan sosial sebagai
haknya.
83
Seperti telah dijelaskan di bab sebelumnya, dalam hal ini negara kesejahteraan lebih sering ditengarai sebagai atribut-atribut kebijakan pelayanan
dan transfer sosial yang disediakan oleh negara untuk warga negaranya. Pelayanan yang harus disediakan oleh negara untuk warganya seperti: pelayanan pendidikan,
transfer pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan lain-lainnya. Oleh karena itu negara kesejahteraan sering diidentikan dengan kebijakan-kebijakan sosial yang
diciptakan oleh negara dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Walaupun kebijakan sosial bisa diterapkan oleh negara tanpa adanya negara
kesejahteraan, akan tetapi negara kesejahteraan selalu membutuhkan kebijakan sosial.
Secara umum, suatu negara bisa digolongkan sebagai negara kesejahteraan jika memiliki empat pilar utamanya, yaitu: kewarganegaraan sosial social
citizenship ; demokrasi penuh full democracy; sistem hubungan industri modern
83
Edi Suharto, “Peta dan Dinamika Welfare State Di Beberapa Negara”, artikel diakses pada
tenggal 12
September 2008
dari situs:http:www.policy.husuhartonaskah20PDFUGMWelfareState .pdf
modern industrial relation systems; dan hak atas pendidikan dan perluasan pendidikan massal dan modern rights to education and the expansion of modern
mass education systems .
84
Kesejahteraan warga negara harus menjadi tanggung jawab negara, dan negara tidak bisa menyerahkan pengelolaan kesejahteraan
warga negaranya kepada pihak manapun swasta. Keempat pilar negara kesejahteraan diatas, bukan lah sesuatu hal yang
baru dalam politik Islam. Karena sistem ketatanegaraan yang diterapkan sejak periode Rasulullah Saw. sebagai pemimpin negara Madinah, telah memenuhi
empat pilar negara kesejahteraan tersebut. Sehingga bukan suatu istilah yang asing ketika mengatakan negara Madinah pada masa Rasulullah sebagai model negara
kesejahteraan sejahtera. Pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab sebagai pemerintahan yang
dianggap demokratis, karena Umar telah meletakan prinsip-prinsip demokrasi dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang
paripurna.
85
Kekuasaan Khalifah Umar menjamin hak yang sama bagi setiap warga negaranya, hal ini terlihat ketika Umar memberikan pelayanan sosial atau
tunjagan dari negara kepada warga negaranya baik yang Muslim atau non- Muslim. Kemudian sistem ekonomi pada masa Khalifah Umar, merupakan sebuah
sistem yang terbaik pada masa itu. Karena Umar mampu menata sistem administrasi ekonomi negara Madinah secara baik, dan program pekerjaan umum
sangat penting di zaman pemerintahan Umar.
84
Darmawan Triwibowo dan Sugeng Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan Jakarta: LP3ES, 2006, h. 9.
85
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 57.
Sedangkan pendidikan dalam Islam adalah sesuatu yang mendasar yang harus ada dalam pemerintahan Islam, karena pendidikan menjadi pilar dasar bagi
terciptanya masyarakat yang cerdas, beriman dan sebagainya. Pentingnya pendidikan sudah sangat jelas. Rasulullah Bersabda; “mencari ilmu menjadi
kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki dan perempuan.” Dalam Islam pendidikan tidak terbatas pada usaha memberantas buta huruf, karena melek huruf
sebenarnya merupakan instrumen untuk “pendidikan sejati” dan bukan akhir tujuan itu sendiri. Tujuan utama pendidikan di sini adalah membangkitkan umat
Muslim agar dapat menyesuaikan diri dengan cita-cita yang tersurat dalam Al- Qur’an dan As-Sunnah.
86
Islam bukan hanya sekadar agama. Ia mencakup pandangan dan cara hidup secara total. Islam adalah agama yang menjungjung tinggi peradaban dan harkat
martabat kemanusiaan yang memadukan antara aspek material dan spiritual keduniawiaan dan keukhrowian. Pada puncaknya, Islam bertujuan menciptakan
sebuah sistem dimana prinsip keadilan berada di atas keuntungan semua masyarakat. Kemudian sistem ekonomi Islam, paling tidak memiliki dua tujuan :
memerangi kemiskinan dan menciptakan distribusi kekayaan yang adil secara ekonomi dan sosial. Tujuan itu memiliki dampak agar Umat Islam dapat
beribadah kepada Allah Swt. secara fokus dan total jika kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan baik. Sehingga negara dalam Islam memiliki tanggung jawab
dalam memenuhi kebutuhan dasar warga negaranya.
87
86
M. Umer Chapra, “Negara Kesejahteraan Islami dan Peranannya Di Bidang Ekonomi,”
dalam Ainur Rofiq, ed., Etika Ekonomi Politik: Elemen-elemen Strategis Pembangunan Masyarakat Islam
Surabaya: Risalah Gusti, 1997, h. 39.
87
Edi Suharto, “Islam dan Negara Kesejahteraan”, artikel diakses pada tanggal 25 September
2008 dari
http:www.policy.husuhartoNaskah20PDFIslamNegaraKesejahteraan.pdf
Islam menganggap pentingnya kesejahteran masyarakat ketimbang sekedar menghadapkan wajah kita ke barat atau timur ketika shalat, sehingga
Islam bisa dikatakan memiliki model negara kesejahteraan tersendiri yang disebut Negara kesejahteraan Islam Islamic Welfare State,
88
sesuai dengan nilai-nilai kesejahteraan yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut
v • f
= f
T j
` K1+ J
:W23 S • =D‘+,f
_i f +,f
c 1 =
f D 2
o 2 K
n ’
Rf i o+
LQ3“w +,f
2k1f o ”~R [GH
82 K
2 +,f
ˆ8 2 •
3 ]
– ˆg —
Ff ˆ8+, 2k
f 2Iy1 N +,f
2If CWR 3
2Iz ˜
8 I ™
Si~ ’
S \ˆ
x? 82
K \ˆ :tG]
€ ,f
EDq+ n
– F j
E+q 2 j
2I‰ = x?
8 I K
+•s2f K
=š„ 2Iy
Gs2f 1
+“w s œ
2I‰ S j
S+EN j
+“w s œ
2T Fžk,f ABBC
Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajah ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu adalah orang-orang yang
beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab- kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan musafir, peminta-minta, dan untuk
memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang
88
Ibid.
yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan
mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” Q.S. Al Baqarah
Ayat 177. Negara kesejahteraan yang diterapkan di negara-negara Barat dan model
negara kesejahteraan Islam, secara nilai-nilai dan tujuan memiliki kesamaan, yaitu menciptakan kesejahteraan bagi semua warga negara terutama mereka yang
terlemahkan karena ke tidak sempurnaan sistem pasar. Namun, ada perbedaan yang mendasar antara kedua model negara kesejahteraan tersebut yang terletak
pada landasan filosofisnya. Islam mengajarkan falsafah kesejahteraan yang unik, komprehensif dan konsisten dengan fitrah manusia. Dalam ajaran Islam semua
manusia memiliki kebebasan, tetapi kebebasan itu tidak boleh sampai menciptakan kerugian terhadap umat manusia yang lain, sehingga manusia dalam
ajaran Islam bertanggung jawab atas semua tindakannya dihadapan Allah Swt. di akhirat nanti.
Seperti telah disinggung di atas, bahwa konsep kesejahteraan dalam Islam dapatlah dikatakan tidak semata-mata “ukhrawi” atau “duniawi”. Ajaran Islam
menyerukan pada umatnya agar mampu menguasai alam serta mengelola sumber daya yang diberikan Allah untuk kemakmuran umat manusia, dan
memperingatkan dengan keras kepada umat Islam untuk tidak terlalu rakus dengan penguasaan materi dan menganggapnya sebagai ukuran keberhasilan
seseorang. Apalagi sampai melupakan sisi spiritual diri Manusia.
C. Sumber-Sumber Pendapatan Negara Pada Periode Umar