Khalifah Umar meninggal akibat tikaman pisau yang dilakukan oleh seorang budak berkebangsaan persia yang bernama Feroz atau Abu Lu’lu’ah,
ketika ia hendak melaksanakan shalat subuh. Umar mengalami luka yang sangat parah, dan setelah tiga hari dari peristiwa penikaman tersebut, ia wafat pada
tanggal 1 Muharram 23 H.
B. Negara Madinah Di Bawah Kepemimpinan Umar
Khalifah Umar bin Khattab pada masa pemerintahanya melakukan beberapa langkah politik untuk memperkuat dan memperluas pemerintahan
Madinah. Langkah politik ekspansi futuhat merupakan langkah politik yang paling dominan dilakukan oleh Umar selama ia memimpin. Karena pada masa
Abu Bakar ekspansi telah dilakukan keluar semenanjung Arab, dan Umar pun harus melanjutkan perjuangan yang telah dijalankan oleh Abu Bakar yang belum
tuntas. Selain itu pasukan-pasukan Muslim telah tersebar ke beberapa wilayah yang akan ditaklukkan. Umar yang sangat memahami kondisi psikologis pasukan
Islam yang memiliki semangat dakwah yang sangat besar untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Selain karena bangsa Arab kaum
Badui dikenal memiliki kebisaan berpindah-pindah tempat tinggal atau nomaden dan kebisaan berperang. Penyatuan antara aspek-aspek dakwah, nomad dan suka
berperang dari pasukan Islam, digunakan oleh Umar untuk melanjutkan perjungan Khalifah Abu Bakar dalam memperluas kekuasaan pemerintahan Madinah dan
menyebarkan Islam.
69
69
Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik, h. 68-69.
Pemerintahan Umar merupakan pemerintahan yang paling terkenal dengan kebijakan politik ekspansi, pada masa pemerintahnnya itu imperium Roma Timur
Bizantium telah kehilangan sebagian terbesar dari wilayah kekuasaannya pada pesisir Barat Asia dan Pesisir Utara Afrika. Pasukan Islam juga pada masa itu
telah berhasil menguasai seluruh wilayah imperium Parsi Persia sampai pada Asia Tengah.
70
Kemenangan pasukan Islam dalam peperangan dengan Pasukan Romawi dan pasukan Persia disebabkan oleh 2 dua faktor:
1. Melemahnya kondisi internal kedua kerajaan tersebut secara militer, hal
itu diakibatkan oleh peperangan di antara mereka dan peperangan melawan pasukan Islam sebelumnya.
2. Perilaku kedua kerajaan tersebut kepada rakyatnya, bangsa-bangsa
seperti Coptik di Mesir, Nonophysit di Siria dan Nestorian di Irak yang beragama Kristen memiliki sejarah panjang ketidakserasian hubungan
dengan pejabat-pejabat Bizantium dan Sasania yang menguasasinya. Kondisi ini membuat mereka memilih bergabung dengan pasukan Islam
dan menerima penguasa baru dalam kekuasaan pemerintahan Umar ibn Khattab.
71
Perluasan wilayah pada zaman Khalifah Umar berlangsung dalam waktu sepuluh tahun. Pada waktu yang relatif singkat itu, daerah yang dikuasai oleh
pemerintahan Madinah bertambah secara spektakuler. Pada saat itu daerah yang berada dibawah kekuasaan pemerintahan Khalifah Umar, terbentang dari Tripoli
70
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 141.
71
Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik, h. 70.
Afrika Utara di Barat sampai ke Persia di Timur, dan dari Yaman di selatan hingga Armenia di Utara. Hal ini merupakan hasil dari para panglima dan
tentaranya, serta kebijakan Khalifah dalam mengarahkan dan membina mental pasukan.
Ketika wilayah pemerintahan Madinah semakin luas, Umar menetapkan kebijakan politik bagi wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan oleh pasukan
Islam. kebijakan politik itu adalah memberikan kebebasan kepada warga yang wilayahnya telah menjadi bagian dari kekuasaan pemerintahan Madinah untuk
memeluk atau tidak memeluk agama Islam. Prinsip ini pernah dijalankan oleh Rasulullah yang memberikan izin kepada pemeluk agama Yahudi dan Kristen
tetap berpegang pada agamanya, dengan catatan mereka harus membayar upeti pajak.
Prestasi gemilang Umar bukan hanya dalam hal pembebasan wilayah- wilayah baru ke pangkuan kekuasaan pemerintahan Islam, melainkan dalam
aspek-aspek lain. Ia telah mampu memikirkan dan menciptakan administrasi negara yang sebelumnya tidak ada. Umar membagi kekuasaan Islam yang
berpusat di Madinah ke dalam beberapa propinsi, yaitu; Mekkah, Madinah, Suriah, Jazirah, Bashrah, Kufah, Mesir dan Palestina. Sebuah langkah politik yang
sangat tepat telah dilakukan Umar untuk membagi wilayah kekuasaan Islam yang sangat luas, karena wilayah kekuasaan yang begitu luas tidak mungkin dapat
diatur oleh pemerintahan Madinah secara langsung. Setiap propinsi dipimpin oleh para gubernur, dan kedudukan gubernur disetiap wilayah merupakan wakil
Khalifah di Madinah.
Dasar-dasar sistem pemerintahan yang tangguh telah dibentuk pada masa pemerintahan Umar. Ia telah menciptakan lembaga-lembaga kenegaraan untuk
memudahkan urusan administrasi dan keuangan. Lembaga-lembaga dan dewan- dewan yang dibentuk Umar seperti; Bait al Maal perbendaharaan negara,
pengadilan dan pengangkatan hakim, jawatan pajak, penjara, jawatan kepolisian, juga membuat aturan pemberian gaji kepada tentara dan tentara cadangan,
pemberian gaji kepada guru-guru, imam dan muadzin, pembebanan bea cukai, pungutan pajak atas kuda-kuda yang diperdagangkan, pungutan pajak atas orang-
orang Kristen bani Tighlab sebagai ganti Jizyah. Umar juga membuat mata uang dan kalender tahun hijriah yang dimulai dari hijrah Rasul.
72
Lembaga-lembaga pemerintahan itu merupakan langkah awal bagi adanya prinsip-prinsip negara kesejahteraan dalam kepemimpinan Umar bin Khattab.
Kemudian Umar menetapkan kebijakan politik untuk mendaftar atau mencatat seluruh kekayaan para pejabat yang akan dilantik untuk ditempatkan di wilayah-
wilayah pemerintahan Madinah. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penyalahgunaan wewenang dan korupsi. Sehingga kesejahteraan warga disemua
wilayah pemerintahan Madinah dapat terjamin. Khalifah Umar bukan hanya dikenal sebagai seorang negarawan yang
mampu menciptakan sebuah peraturan baru, ia juga mampu memperbaiki dan mengkaji ulang terhadap segala kebijaksanaan yang telah ada pada masa Nabi dan
Abu Bakar. Semua itu ia lakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kemaslahatan bagi semua umat Islam. Karena bagi Umar sudah
menjadi kewajiban seorang politikus untuk mempertimbangkan semua peristiwa
72
Ibid., h. 72.
disekitarnya dan dapat mengatur segala persoalan dengan pandangan yang lebih tajam.
Negara kesejahteraan welfare state dalam Islam merupakan istilah yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an secara eksplisit. Namun, seperti telah dijelaskan
di bab sebelumnya, bahwa Islam merupakan ajaran yang sangat menjungjung tinggi nilai-nilai kesejahteraan sosial. Islam merupakan ajaran agama yang
memiliki nilai dan tujuan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan umatnya, termasuk aspek sosial, ekonomi, dan politik. Karena semua aspek tersebut saling
terkait, sedangkan pandangan hidup Islami merupakan sebuah kesatuan yang utuh, maka setiap tujuan dan nilai dari satu bidang kehidupan akan menentukan tujuan
dan nilai pada bidang lainnya. aspek-aspek kehidupan yang ada dalam ajaran Islam tersebut merupakan inspirasi dan keharusan bagi Umar menciptakan sebuah
negara yang memegang teguh prinsip-prinsip kesejahteraan. Prinsip-prinsip ‘adalah social justice merupakan prinsip yang ada dalam
ajaran Islam, dan merupakan keharusan bagi setiap umat Islam untuk melaksanakannya pada semua aspek kehidupan. Sebagian penafsir menyatakan
bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan ketika Nabi Muhammad Saw. di Makkah sangat sarat dengan ajaran-ajaran tentang keadilan sosial. seperti tentang
memperhatikan orang miskin, anak yatim dan kalangan dhua’fa lainnya. Prinsip dasarnya adalah setiap orang memiliki hak untuk hidup dan berkembang dengan
sejahtera di dalam masyarakatnya. Kemudian Islam sangat melarang adanya ketimpangan dalam sebuah masyarakat negara, dimana orang lapar dan lemah,
orang miskin atau yatim, orang cacat dan buta huruf dibiarkan dalam kesulitan
sementara sebagaian masyarakat lainnya hidup dalam kondisi sejahtera dan berkecukupan.
73
Prinsip-prinsip di atas merupakan landasan awal bagi sistem politik kenegaraan pada masa Rasulullah untuk menjadikan negara Madinah sebagai
sebuah institusi yang dibiayai oleh rakyat lewat pembayaran pajak-pajak, kemudian negara mencurahkan semua sumber daya negara untuk menciptakan
skema-skema kesejahteraan bagi warga negaranya. Kewajiban membayar zakat termasuk di dalamnya dianjurkan membayar sedekah, infaq, qurban dan wakaf
adalah sebuah sistem yang ada dalam Al-Qur’an yang tujuannya untuk menciptakan stabilitas dalam masyarakat negara agar tidak adanya ketimpangan-
ketimpangan antara si miskin dan si kaya, dan zakat juga berfungsi sebagai penopang kesejahteraan sosial.
Periode kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab merupakan masa keemasan golden age bagi Umat Islam. Walaupun sebenarnya pada masa
kepemimpinan politik Rasulullah dan Abu Bakar negara Madinah sudah menjadi sebuah model negara sejahtera, tetapi pada masa Umar lah negara Madinah
mengalami penyempurnaan. Kesempurnaan pemerintah pada masa Umar tidak hanya dilihat dari lahirnya institusi-institusi yang menopang pemerintahannya,
akan tetapi kesempurnaan itu bisa lebih di lihat dari bagaimana cara Umar mencurahkan kekuasaan negara untuk kesejahteraan rakyatnya.
73
Sirojudin Abbas, “Sintesa Islam dan Kesejahteraan Sosial: Eksperimentasi Pendidikan Kesejahteraan Sosial di UIN Jakarta,”
dalam Kusmana, ed., Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial
Jakarta: IAIN Indonesia Social Equity Project, 2006, h. 39.
BAB IV NEGARA KESEJAHTERAAN DALAM KEPEMIMPINAN UMAR BIN