dan masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan konsumen
5
.
c. Hukum Konsumen Dalam Hukum Publik
Dengan hukum publik dimaksudkan hukum yang mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perorangan.
Termasuk hukum publik dan terutama dalam kerangka hukum kosumen danatau hukum perilndungan konsumen, adalah hukum administrasi negara, hukum pidana,
hukum acara perdata danatau hukum acra pidana dan humum internasional khusunya hukum perdata Indtenasional.
Jadi, segala kaidah hukum maupun asas-asas hukum ke semua cabang-cabang hukum publik itu sepanjamg berkaitan dengan hubungan hukum kosumen danatau
masalahnya dengan penyedia barang dan atau penyelenggara jasa, dapat pula diberlakukan. Dalam kaitan ini anatara lain ketentuan perizinan usaha, ketentuan-
ketentuan pidana tertentu, ketentuan-ketentuan hukum acara dan berbagai konvensi danatau ketentuan hukum perdata Internsioal.
Di antara kesemua hukum publik tersebut, tampaknya hukum administrasi negara, selanjutnya disebut hukum administrasi, hukum pidana, hukum internasional
khususnya hukum perdata internasional dan hukum acara perdata serta hukum acara pidana paling banyak pengaruhnya dalam pembentukan hukum konsumen.
D. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha
5
Celina Tri Siwi Krstiayanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2011,
h. 40-62.
Istilah konsumen berasal dari bahasa Belanda : Konsument. Para ahli hukum pada
umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah : “Pemakai akhir dari benda dan jasa
Uiteindelijke Gebruiker van Goerderen en Diensten yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha
ondernamer
6
. Menurut Az. Nasution, pengertian konsumen adalah “Setiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barang atau
jasa untuk suatu kegunaan tertentu”
7
. Definisi lain tentang pengertian konsumen dikemukakan oleh Mariam Darus
Badrulzaman, yaitu “pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha”.
Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah “pembeli” koper. Istilah ini dapat dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Menurut
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup
lain dan tidak diperdagangkan”. Di dalam penjelasan Pasal 1 angka 2, disebutkan bahwa di dalam
kepustakaan ekonomi dikenal dengan istilah konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan
konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian
6
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut
Perjanjian Baku Standar ,dalam BPHN,Simposium Aspek – Aspek Hukum Perlindungan
Konsumen,Bandung :Binacipta,1986, h. 57.
7
Az.Nasution, Konsumen dan Hukum, Jakarta :Pustaka Sinar Harapan, 1995, h.69.
dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam undang –
undang ini adalah konsumen akhir. Pengertian umum pelaku usaha adalah orang atau badan hukum yang
menghasilkan barang – barang danatau jasa dengan memproduksi barang danatau
jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau konsumen dengan mencari keuntungan dari barang
– barang danatau jasa tersebut. Menurut Pasal 1 angka 3 Undang
– Undang Perlindungan Konsumen, yang dimaksud pelaku usaha adalah “Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
Sedangkan menurut penjelasan Pasal 1 angka 3 Undang – Undang
Perlindungan Konsumen, yang termasuk dalam pelaku usaha adalah “pelaku usaha
yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain
– lain.
E. Prinsip-Prinsip Umum Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Perlindungan Kosumen pada dasarnya banyak mengatur mengenai pelaku usaha dan lebih mengutamakan perlindungan terhadap hak-hak
konsumen sebagai hak-hak dasarnya untuk mencapai keadilan, yang diharapkan untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen yang pada gilirannya akan
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandiriian