“Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi” Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata perlindungan berarti tempat
berlindung atau merupakan perbuatan hal melindungi, misalnya memberikan perlindungan kepada orang yang lemah
2
. B.
Perlindungan Konsumen a.
Pengertian Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen itu sendiri menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
menyebutkan “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen”. Az. Nasution menyebutkan pengertian hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi
konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk
2
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX, Jakarta: Balai
Pustaka, 1986, h.600.
barangjasa konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
perlindungan konsumen bertujuan : 1.
Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang atau jasa; 3.
Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak
– haknya sebagai konsumen; 4.
Menciptakan perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi; 5.
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha menegnai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha. 6.
Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen
3
. Menurut Johanes Gunawan, perlindungan hukum terhadap konsumen dapat
dilakukan pada saat sebelum terjadinya transaksi no conflictpre purchase danatau
pada saat setelah terjadinya transaksi conflictpost purchase
4
. C.
Sumber-sumber Hukum Konsumen
Disamping Undang-Undang Perlindungan Konsumen, hukum konsumen “ditemukan di dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebelumnya telah diuraikan bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen berlaku setahun sejak disahkannya tanggal 20 April 2000. Dengan demikian dan ditambah
3
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta: PT. Raja Grafindo,2011, h. 1-22.
4
Johanes Gunawan, Hukum Perlindungan Konsumen, Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung, h. 3.
dengan ketentuan Pasal 64 ketentuan peralihan undang-undang ini, berarti untuk “membela” kepentingan konsumen. Sekalipun peraturan perudang-undagan itu tidak
khusus diterbitkan untuk konsumen atau perlindungan konsumen, setidak-tidaknya ia merupakan sumber juga dari hukum konsumen danatau hukum perlindungan
konsumen. Beberapa diantaranya akan diuraikan sebagai berikut.
a. Undang-Undang Dasar dan Ketetapan MPR
Hukum konsumen, terutama Hukum Perlindungan Kosumen mendapatkan landasan hukumnya pada Undang-Undang Dasar 1945, pembukaan alinea keempat
yang berbunyi : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia”. Umumnya, sampai
saat ini orang bertumpu pada kata “segenap bangsa” sehingga ia diambil sebagai asas
tentang persatuan seluruh bangsa Indonesia asas persatuan bangsa. Akan tetapi, di samping itu, dari kata “melindungi” menurut AZ.Nasution di dalamnya terkandung
pula asas perlindungan hukum pada segenap bangsa tersebut. Perlindungan hukum pada segenap bangsa itu tentulah bagi segenap bangsa tanpa kecuali.
Landasan hukum lainya terdapat pada ketentuan termuat dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945. Ketentuan tersebut berbunyi
“Tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
”. Sesungguhnya, apabila kehidupan seseorang tergantung atau digantung oleh pihak
lain, maka alat-alat negara akan turun tangan, baik diminta ataupun tidak, untuk melindungi dan atau mecegah terjadinya gangguan tersebut. Penghidupan yang layak
apalagi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan merupakan hak bagi warga negara dan hak semua orang. Ia merupakan hak dasar bagi rakyat secara menyeluruh.
b. Hukum Konsumen Dalam Hukum Perdata
Dengan hukum perdata dimaksudkan hukum perdata dalam arti luas, termasuk hukum perdata, hukum dagang serta kaidah-kaidah keperdataan yang termuat dalam
berbagai peraturan perundang-udangan lainnya. Kesemuanya itu baik dalam hukum tertulis maupun hukum perdata tidak tertulis hukum adat.
Kaidah-kaidah hukum perdata umumnya termuat dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata KUHPerdata. Di samping itu, tentu saja juga kaidah-kaidah
hukum perdata adat, yang tidak tertulis tetapi ditunjuk oleh pengadilan dalam perkara-perkara tertentu. Patut kiranya diperhatikan kenyataan yang ada dalam
pemberlakuan berbagai kaidah hukum perdata tersebut. Bebarapa putusan pengadilan tentang masalah kepertdataan berkaitan dengan
konsumen masih terlihat. Adapun hubungan-hubungan atau masalah antara dan konsumen dari berbagai negara yang berbeda, atau tidak bersamaan hukum yang
berlaku bagi mereka, dapat diberlakukan Hukum Internasional dan asas-asas hukum Internasional, khususnya Hukum Perdata Internasioal, memuat pula berbagai
ketentuan hukum perdata bagi konsumen. Akan tetapi disamping itu, dalam berbagai peraturan perudang-undangan lain,
tampaknya termuat pula kaidah-kaidah hukum yang mempengaruhi danatau termasuk dalam bidang hukum perdata. Antara lain tentang siapa yang dimaksudkan
sebagai subjek hukum dalam suatu hubungan hukum konsumen, hak-hak dan
kewajiban masing-masing, serta tata cara penyelesaian masalah yang terjadi dalam sengketa antara konsumen dan penyedia barang danatau penyelenggara jasa yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan bersangkutan. Beberapa diantara yang terbaru adalah Undang-Undang tentang Metrologi
Legal Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981, Undang-Undnag tentang Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982, Undang-Undang tentang Ketentuan-
Ketentauan Pokok Pers Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982, Undang-Undang Penindustrian Undang-Undang No 5 Tahun 1984, Undang-Undang tentang Rumah
Susun Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985, Undang-Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, Undang-
Undang tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Undang- Undang tentang Pangan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996, dan terakhir
Undang-Undang Perlindungan Kosumen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999; Lembaran Negara Tahun 1999 No.42.
Jadi kalau dirangrum keseluruhnyan, dan terlihat bahwa kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah hukum antara pelaku usaha penyedia
barang danatau penyelenggara jasa dengan kosumennya masing-masing terlihat termuat dalam :
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terutaman dalma buku kedua,
ketiga, dan keempat; -
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Buku kesatu dan buku kedua; -
Berbagai peraturan perundang-undangan lalu yang memuat kaidah-kaidah hukum bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum