Pihak-pihak Dalam Transaksi Electronic Commerce E-Commerce

Apabila transaksi E-Commerce tidak sepenuhnya dilakukan secara on-line dengan kata lain hanya proses transaksinya saja yang on-line, sementara pembayaran tetap dilakukan secra manual cash, maka pihak acquirer, issuer, dan certification authority tidak terlibat di dalamnya. Di samping pihak-pihak tersebut di atas, pihak lain yang keterlibatannya tidak secara langusung dalam transaksi electronic commerce yaitu jasa pengiriman ekspedisi 6 . Proses Jual Beli melalui media elektronik media elektronik yang digunakan dalam E-Commerce Sebagaimana disebutkan pada definisi di atas, ada beberapa peralatan media atau fasilitas elektronik, yang digunakan dalam proses terjadinya suatu transaksi E- Commerce, yaitu EDI electronic data interchange, telex, fax, EFT electronic fund transfer dan internet. Internet ini pada akhirnya dipecah menjadi Intranet, Ekstranet,E-mail dan lain-lain. Untuk menjelaskan alat dan media tersebut, berikut ini disampaikan beberapa definisinya: a Teleks Teleks adalah suatu bentuk komunikasi antara dua terminal telephone di mana setiap terminalnya kelihatan seperti dan berfungsi seperti mesin ketik elektrik. Keduanya digunakan untuk menge-print sebuah data record yang dikomunikasikan 7 . b Fax Teknologi fax, yang juga sering disebut dengan telekopi, adalah salah satu bentuk transmisi elektronik yang sesuai dengan standar faksimili yang dibuat oleh International Telegraph and Telephone Consultative Committee. 6 Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom , Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi Bandung : PT Refika Aditama, 2005, h. 48-59. 7 Benjamin W dan Jane K W, The Law of Electronic Commerce T.tp.,New york Aspen and Business1999, h. 8. c EDI electronic data interchange Sebagaimana namanya, EDI adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk pertukaran sebuah data. EDI, dapat digunakan untuk mentransmisikan dokumendokumen secara elektronik seperti dokumen pemesanan pembelian, invoice, catatan pengangkutan barang, penerimaan advice dan koresponden bisnis standar lainnya di antara para mitra dagang. d Internet Internet, yang merupakan akronim popular dari Interconnected Network jaringan yang saling berhubungan merupakan generasi pelanjut EDI yang memiliki fasilitas, jangkauan jaringan dan manfaat lebih dari system komunikasi yang pernah ada sebelumnya 8 . Dalam hubungannya dengan dunia perdagangan, situs atau website biasanya digunakan sebagai ajang atau tempat dipostingkannnya iklan atau penawaran, atau undangan untuk melakukan transaksi jual beli. Bahkan dalam perkembangannya selanjutnya situs ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk melakukan sebuah transaksi. Persetujuan atau penolakan terhadap sebuah item tertentu yang ditawarkan, atau pemesanan barang-barang tertentu sebagaimana yang diiklankan sangat mungkin untuk dilakukan melalui situs atau website ini. Bahkan, lebih jauh lagi, pembayaran menggunakan kartu kredit juga bisa dilakukan melalui situs yang telah dilengkapi dengan instrumen e-commerce tertentu dan pengamanannya yang memungkinkan hal tersebut dilakukan. Banyak fungsi yang ditawarkan oleh situs seperti tersebut diatas itulah yang telah menjadikan internet sebagai media alternatif dalam dunia perdagangan. 8 Kamlesh K B dan Nebjani Nag, Electronic Commerce the Cutting of Business New Delhi: Tata Mc Graw Hill Publising Company Limited, 2000, h.13-14. 53

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KOMSUMEN SERTA

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE A. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce Perlindungan hukum yang timbul dari hak dan kewajiban para pihak dalam melakukan transaksi, yang di mana dalam hal transaksi tersebut pihak konsumen seharusnya mengetahui bagaimana haknya sebagai konsumen yang tertuang dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang hak-hak daripada konsumen adalah sebagai berikut : Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa hak konsumen adalah : 1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; 2. hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; 4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; 5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya. Di sisi lain, kewajiban bagi pelaku usaha dalam hal ini adalah penjual online, sesuai Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah: 1. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; 2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; 3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 4. menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku; 5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan; 6. memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan; 7. memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

a. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Transaksi

Undang-Undang Perlindungan Konsumen mendefinisikan hukum perlindungan konsumen sebagai keseluruhan asas dan kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan berbagai masalahnya dengan para penyedia barang dan atau jasa konsumen. Hubungan hukum yang terjadi antara pihak penyedia barang dan atau jasa dengan pihak konsumen pada akhirnya melahirkan suatu hak dan kewajiban yang mendasari terciptanya suatu tanggung jawab. Suatu tanggung jawab pada prinsipnya sama, yaitu merupakan bagian dari konsep kewajiban hukum. Norma dasar kemudian merumuskkan kewajiban untuk mengikuti peraturan hukum, dan mempertanggungjawabkan kewajiban untuk mengikuti aturan-aturan hukum tersebut. Pada prinsipnya, pelaku usaha dapat dimintai tanggung jawab apabila timbul kerugian konsumen akibat tidak terlaksanya kewajiban hukum pada jenis transaksi dengan berbagai medium. Perlindungan hukum bagi para pihak pada intinya sama, yaitu adanya peran pemerintah untuk melindungi kepentingan produsen dan konsumen dalam kerangka perdagangan. Peranan pemerintah yang dimaksud di sini mencakup aspek nasional dan internasional. Aritinya, tuntutan adanya kepastian hukum dalam melakukan perikatan harus jelas dari segi aspek hukum nasional melalui pembentukan peraturan dibidang perlindungan konsumen, maupun aspek hukum internasioanl melalui perjanjian internasional. Kepentingan para pihak yang berada pada yuridiksi Negara yang berbeda pun tentunya akan menyulitkan untuk menentukan hukum Negara mana yang berlaku karena suatu kebijakan yang mendasari adanya suatu transaski internet harus konsisten dan dapat diberlakukan secara global, mengingat kedudukan para pihak yang tidak berda dalam suatu yuridiksi negara tertentu saja. Sementara itu dari sisi konsumen, diperlukan suatu bentuk perlidungan konsumen yang dapat mengakomodasi berbagai hak yang dimiliki konsumen. Kerangka mendasari adanya prinsip tanggung jawab pelaku uasah lebih mendapat penekanan dalam penelitian ini karena terkait dengan kedudukan hukum