Legalitas Transaksi E-Commerce Di Tinjau Dari Hukum Perikatan
ternyata yang melakukan transaksi adalah orang yang tidak cakap maka pihak yang dirugikan dapat menuntut agar perjanjian dibatalkan.
3. Sesuatu hal tertentu
Hal tertentu menurut undang-undang adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling
sedikit harus ditentukan jenisnya, undang-undang tidak mengharuskan barang tersebut sudah ada atau belum di tangan debitur pada saat perjanian dibuat dan
jumlahnya juga tidak perlu disebutkan asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan.
Ada barang tertentu yang tidak boleh diperjualbelikan dalam transaksi E-
Commerce , seperti misalnya memperjualbelikan hewan. Kemudain ada kendala juga dalam melakukan jual beli melalui
E-Commerce. Ada barang-brang yang tidak dapat dijual beli melalui kesepakatan
on-line , seperti jual beli tanah yang mensyaratkan jual beli tanah harus dituangkan dalam akta yaitu akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.
4. Sesuatu Sebab yang Halal
Sebab yang halal adalah isi dari perjanjian dan bukan sebab para pihak mengadakan perjanjian. Isi perjanjian tersebut haruslah sesaui dengan undang-undang
dan tidak berlawanan dengan kesusilaan baik dan ketertiban umum. 5.
Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli
Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar. Dalam transaksi E-Commerce, tidak ada
proses tawar menawar seperti pada transaksi jual beli di pasar secara langsung. Barang dan harga yang ditawarkan terbatas dan telah ditentukan oleh penjual. Jika
pembeli tidak setuju atau tidak sepakat maka pembeli bebas untuk tidak meneruskan teransaksi. Selanjutnya, pembeli dapat mencari
website atau took lainnya yang lebih sesuai dengan keinginannya. Kesepakatan dihasilkan dalam transaksi
E-Commerce jika pembeli menyepakati barang dan harga yang ditawarkan oleh penjual
merchant
3
Dalam hal tidak dipenuhinya unsur pertama dan unsur kedua maka kontrak tersebut dapat dibatalkan. Adapun apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga dan unsur
keempat, maka kontrak tersebut batal demi hukum. Mengenai barang-barang yang dapat dijakina objek dari suatu persetujuan, maka Pasal 1332 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata menyatakan keharusan, bahwa barang tersebut harus diperdagangkan dan Pasal 1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa
barang tersebut dapat ditentukan jenisnya ataupun dihitung. 6.
Isi suatu perjanjian
3
Endom Makarim, Komliasi Hukum Telematika , Jakarta: PT. Raja Grafindo Perdasa, h.
234-237.
Suatu persetujuan tidak hanya mengingat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut
berdasarkan keadilan, kebiasaan atau Undang-Undang Pasal 1339 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Syarat-syarat yang selalu diperjanjikan menurut kebiasaan,
harus dianggap telah termasuk dalam suatu persetjuan, walaupun tidak dengan tegas dimaksudkan di dalamnya Pasal 1347 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
7. Ingkar janji dan ganti rugi
Seorang debitur harus dihukum untuk mengganti biaya kerugian dan bunga, apabila ia tidak dapat membutikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau
tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan tersebut disebabkan oleh suatu yang tidak terduga, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya walaupun
tidak ada iktikad buruk kepadanya Pasal 1244 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Penggantian biaya kerugian dan bunga, karena tidak dipenuhinya perikatan
mulai diwajibakan, apabila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui
waktu yang telah ditentukan Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Tidak ada penggantian biaya kerugian dan bukan, apabila karena keadaan memaksa
atau kerena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan sesuatu perbuatan terlang
baginya Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata