Upacara Jamu Laut Keadaan Penduduk

21 Mereka akan menghargai agama lain, dengan tidak memberi makanan yang tidak halal bagi warga Muslim. 2.3. Etnik dan Budaya Dusun Bagan Desa Percut termasuk desa yang didiami oleh penduduk yang terdiri dari berbagai suku diantaranya Melayu, Batak, Mandailing, Karo, Jawa, Minang, Banjar, Bugis, dan juga etnis Tionghoa. Suku terbesar yang mendiami Desa Percut adalah suku Melayu dan suku Jawa. Dusun Nelayan juga dihuni oleh beragam suku dan yang menjadi suku mayoritas adalah suku Melayu 17 . Beragamnya suku yang mendiami dusun Nelayan menurut data yang peneliti dapat dari penelitian sebelumya 18 , berawal sejak terjadinya konflik sosial dusun tersebut dengan desa tetangga yaitu Cinta Damai . Dusun Bagan ini pernah terlibat konflik sosial pada tahun 1954. Konflik antar desa ini pada awalnya dipicu oleh persoalan anak muda yang kemudian menjurus pada konflik SARA 19

2.3.1 Upacara Jamu Laut

. Konflik tersebut menyebabkan banyak warga dari dusun Bagan yang keluar pindah ke desa lain karena merasa tidak aman tinggal di desa asal mereka. Sejalan dengan berangsur pulihnya keamanan di dusun tersebut mulai pula orang-orang berdatangan kembali, baik orang yang dulunya bermukim di dusun tersebut maupun orang-orang yang bukan berasal dari dusun tersebut. Dalam proses itulah suku-suku lain masuk ke dusun ini meskipun jumlahnya tidak seberapa. Karena jumlahnya yang tidak seberapa minoritas akhirnya mereka beradaptasi dan melebur dengan budaya setempat yang mayoritas beretnis Melayu. 17 Yang dimaksud dengan suku bangsa Melayu adalah golongan bangsa yang menyatakan dirinya dalam pembauran ikatan perkawinan antar suku bangsa serta memakai adat resam dan bahasa Melayu secara sadar dan berkelanjutan. 18 Badaruddin. hasil laporan penelitian Kelembagaan Sosial-Ekonomi Komunitas Nelayan Studi deskriptif Pada Komunitas Nelayan di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.Universitas Sumatera Utara. Medan: 2006 19 SARA merupakan singkatan untuk menyatakan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan. Universitas Sumatera Utara 22 Masyarakat Bagan yang menggantungkan kehidupannya pada laut menganggap bahwa laut adalah urat nadi mereka, sumber penghidupan mereka. Pada masa dahulu nelayan mempercayai bahwa seluruh lautan dikuasai oleh kuasa makhluk halus, yaitu jin dan roh jahat. Perairan laut menjadi ajang para nelayan mengais rezeki selain itu laut juga menjadi suatu momok yang menakutkan, sebab laut banyak menyimpan misteri yang asih belum terjawab melalui akal pikiran. Keyakinan dan kepercayaan akan mitos laut dan seluk beluk makhluk gaib yang mempengaruhi pandangan dan perilaku nelayan dalam berinteraksi dengan lingkungan laut. Keyakinan tentang adanya penghuni gaib di dalam laut setidaknya menciptakan suatu pola sikap yang harus dijaga dan pantangan-pantangan yang harus diindahkan sewaktu melaut. Kehidupan masyarakat tergantung pada banyaknya hasil perolehan ikan. Untuk itu masyarakat perlu melakukan jamuan laut dengan harapan para penguasa laut dan jin laut tidak berang kepada mereka dan mereka dapat memperoleh ikan yang melimpah atau disebut dengan persembahan. Di Dusun Bagan ini awalnya pelaksanaan jamu laut diadakan setiap tahun tepatnya bulan arab sebelum bulan ramadhan tiba. Dalam hal upacara jamu laut, berbagai hal yang berkaitan dengan kepanitiaan pelaksanaan upacara diputuskan melalui musyawarah desa yang biasanya dipimpin oleh kepala desa. Musyawarah akan dihadiri seluruh perangkat desa, pemuka adat, disini dibicarakan masalah dana untuk upacara jamu laut yang akan dilakukan. Dana diperoleh dari Camat, kepala desa, dinas perikanan, tauke dan dikutip dari warga Bagan khususnya nelayan dengan seikhlas hati 20 a. Nasi tumpeng atau disebut upah-upah. . Dalam pelaksanaan upacara jamu laut ini maka donator yang menyumbang akn diundang, pemuka adat beserta seluruh warga sekitar. Ada beberapa sesajen yang harus disediakan, diantaranya yaitu: 20 Wawancara Roby, 25 Juli 2013. Universitas Sumatera Utara 23 b. Balai yang biasa untuk adat pernikahan diisi dengan telur dan ayam panggang. c. Kepala kerbau atau kambing. Kerbau atau kambing ini dipotong di bibir pantai, darahnya dihanyutkan ke laut dagingnya akan dimasak oleh para ibu-ibu. Setelah selesai dimasak maka sesajen yang telah selesai diletakkan di pinggir pantai di atas pendopo yang telah disediakan. Sesajen ini diletakkan begitu saja sampai habis sendiri 21 . Sebagian daging yang telah dimasak akan dibagikan ke anak yatim. Kepala kerbau atau kambing akan dikubur tepat di sebelah sesajen diletakkan 22 a. Nelayan yang ingin pulang dari laut tidak boleh lewat melalui jalur yang dianggap daerah larangan semasa upacara jamu laut diadakan. . Di saat upacara jamu laut ini diaksanakan maka ada beberapa pantangan yang harus dijaga oleh warga sekitar khususnya nelayan. Adapun pantangannya adalah sebagai berikut: b. Nelayan juga tidak boleh ke laut. c. Dilarang mandi ke sungai. Larangan ini semua dilaksanakan dalam waktu dua hari. Di saat dahulu apabila tidak dilaksanakan upacara jamu laut ini maka warga di sekitar akan diganggu oleh makhlus halus yang berada di laut. Seperti ada wanita muda yang sedang hamil kerasukan dan menenggelamkan dirinya ke laut, dan ada beberapa kasus lain seperti ini ada korban yang meninggal dan ada yang selamat. Inilah penyebab jamu laut diadakan di Dusun Bagan ini. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat Bagan juga semakin mengerti dengan agama Islam dan mereka menganggap bahwasannya upacara tersebut adalah perbuatan yang 21 Sebagian warga menganggap bahwa sesajen tersebut dimakan oleh makhluk gaib yang ada dilaut, dan sebagian lain menganggap bahwa sesajen tersebut habis dibawa angin atau diterjang ombak. 22 . Ibid Universitas Sumatera Utara 24 syirik, karena percaya adanya kekuatan lain selain kekuatan Tuhan. Selain itu menurut para Ulama sekitar tempat tersebut memang upacara yang mereka lakukan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga dengan hal tersebut saat ini di dusun Bagan tidak ada lagi yang namanya jamu laut. Acara jamu laut sudah tidak lagi diadakan di Bagan, acara jamu laut kini sudah diganti dengan acara tolak bala. Yang tujuannya untuk menolak segala bala dan hal yang buruk yang terjadi di lautan khususnya saat nelayan mencari ikan di laut. Acara tolak bala ini dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat, pemuka adat, pemuka agama dan seluruh masyarakat lainnya dengan membaca do’a atau disebut dengan kenduri dan nantinya akan diadakan acara makan bersama, yang mana acara ini juga memiliki manfaat yang lain yaitu rasa kebersamaan antar masyarakat.

2.4 Pola Pemukiman

Sebuah pemukiman umumnya disamakan dengan perumahan, padahal sebenarnya kedua hal tersebut mempunyai arti yang berbeda. Adapun yang dimaksud dengan perumahan adalah kumpulan sejumlah rumah yang mempunyai fungsi sebagai daerah tempat tinggal dan lingkungan hunian yang mempunyai kelengkapan prasarana dan sarana pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan pemukiman adalah lingkungan hidup yang berada di luar daerah dilindungi yang di dalamnya terdapat ruang untuk pemukiman atau perkantoran yang mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal atau hunian serta daerah yang terdapat kegiatan yang menumbuhkan rasa perikehidupan serta penghidupan 23 1. Pola pemukiman terpusat . Pola pemukiman penduduk dapat dibagi empat, yaitu: 23 Http : www.Google.web.id diakses hari rabu, 25 April 2013. Pukul 13.22 WIB Universitas Sumatera Utara