Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perubahan

57 IK.340DJ.1010697 tentang Petunjuk Pelaksanaan SK Menteri Pertanian No. 503KptsUM71980. Meskipun pada SK Dirjen Perikanan ini telah dijabarkan mengenai spesisifikasi alat tangkap trawl. Namun isi SK Dirjen Perikanan ini masih membingungkan dan bersifat multi tafsir. Hal inilah yang kadang membingungkan aparat, apakah alat tangkap tersebut sesuai dengan batasan pengertian Pukat atau tidak 53

4.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perubahan

. Di tahun 1998 seolah-olah keputusan pemerintah nomor 39 tahun 1980 mengenai pelarangan penggunaan pukat tidak pernah ada, hal ini disebabkan karena menjamurnya penggunaan pukat di kalangan nelayan termasuk nelayan Bagan. Mereka yang sebelumnya menggunakan jaring beralih menjadi menggunakan pukat. Pukat ini merupakan kiriman yang berasal dari Taiwan dan awal masuk ke Bagan dibawa oleh dinas perikanan, yang mana sebelum masuk ke Indonesia nama pukat ini dikenal dengan nama “ Hamparan Dasar ”. Sehingga dengan hal tersebut resmilah dengan sendirinya di tahun 1998 pukat menjamur di Bagan Sejak menjamurnya pukat maka seolah-olah penggunaannya sudah dihalalkan, dengan demikian sebagian besar nelayan Bagan tidak mau menyia-nyiakan untuk menggunakan pukat walaupun masih ada sebagian kecil nelayan yang tidak mau beralih dari jaring. Tetapi dana yang diperlukan untuk membeli pukat tidak sedikit, diperlukan dana dari sekitar Rp. 7.000.000 - 50.000.000 karena pukat satu paket dengan kapal. Kapal dan pukat ini didatangkan dari Tanjung Balai dan Aceh, biasa kalau dari Aceh kapal lebih berukuran kecil tetapi panjang yang harganya sekitar Rp. 15.000.000. Kapal-kapal ini masuk ke Bagan melalui jalur laut yang dibawa ke Pelabuhan Belawan yang nantinya dari Belawan kapal langsung dioperasikan menuju ke Bagan. 53 Http www. Wikipedia.web.id. diakses hari sabtu 1 Juni pukul 21.07 WIB Universitas Sumatera Utara 58 Dengan hal tersebut maka nelayan yang tidak mampu membeli kapal dan pukat mereka menjadi buruh nelayan dengan para pemilik kapal, pembagian yang dilakukan adalah 40 untuk pemilik dan 60 untuk nelayan, yang nantinya sisa 60 ini akan dibagi dengan berapa jumlah nelayan, dan uang tersebut telah dikurangi untuk biaya makan, BBM dan keperluan lainnya. Dengan mahalnya harga kapal beserta pukat maka sebagian besar masyarakat Bagan menjadi buruh nelayan. Adapun faktor penyebab terjadinya perubahan nelayan Bagan dari menggunakan jaring menjadi menggunakan pukat dalam menangkap ikan adalah: 1. Penghasilan yang lebih banyak. Penggunaan pukat berbeda dengan menggunakan jaring, karena dengan menggunakan pukat maka hasil tangkapan yang dihasilkan jauh lebih banyak. Kalau dengan menggunakan jaring maka ikan yang masuk ke dalam jaring saja yang akan tertangkap dan itu juga ikan yang berukuran sedang dan besar, kalau ikan yang berukuran kecil masuk ke dalam jaring tersebut maka akan keluar lagi. Sedangkan kalau menggunakan pukat ikan yang ditangkap sangat banyak bahkan sampai ikan yang paling kecil. Adapun hasil yang diperoleh dari penangkapan pukat ini berkisar Rp. 500.000-1.000.000. Saat ini mayoritas nelayan Bagan menggunakan pukat, menurut wawancara ada sekitar 95 nelayan yang menggunakan pukat, yang 5 hanya menggunakan jaring. 2. Jam kerja. Kalau nelayan tradisional dengan menggunakan kapal bermotor maupun kapal tak bermotor jam kerjanya dimulai dari pukul 05.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB sedangkan nelayan yang menggunakan pukat harus menginap bahkan selama tiga hari di tengah laut, jadi dengan jam kerja selama itu maka hasil yang diperoleh juga lebih banyak dibanding dengan menggunakan jaring, karena uang dapat terkumpul. Dengan menggunakan pukat ini maka setiap 2 jam sekali pukat akan diangkat dari laut, ikan akan diletakkan ke Universitas Sumatera Utara 59 tempat yang telah disediakan dan banyak jugalah ikan kecil-kecil yang terangkat di dalam pukat ini. Dalam pengoperasian pukat ini maka mesin kapal akan terus hidup supaya pukat bergerak mengejar ikan, dan selama kapal tetap hidup maka bahan bakar juga akan terus dibutuhkan, bahan bakar yang dihabiskan sangat banyak dalam pengoperasian pukat ini. Jadi jam kerja yang dibutuhkan nelayan dalam pengoperasian pukat adalah selama 12 jam dalam satu hari. Jenis pukat yang digunakan oleh nelayan Bagan adalah : 1. Pukat Layang 2. Pukat Cincin 3. Pukat Sondong 4. Pukat Gerondong Keempat jenis pukat ini sebenarnya sama saja, yang membedakan hanyalah ukurannya saja. Pukat Layang, Cincin, dan Sondong hanya ditarik oleh satu buah mesin kapal saja, sedangkan pukat Gerondong ditarik oleh dua buah mesin kapal. Tujuan pembedaan nama dari keempat jenis pukat ini adalah untuk mempermudah nelayan, kalau hanya disebut pukat saja nelayan akan bingung dengan ukurannya, jadi apabila sudah diklasifikasikan jenis pukat tersebut maka dengan mudah nelayan akan segera tahu. Selain itu pukat cincin ini juga dapat dipergunakan selama tiga hari tiga malam, sedangkan yang lainnya hanya dapat digunakan dalam satu malam. Intinya tujuan nelayan memberikan nama yang berbeda untuk pukat ini adalah untuk mengklasifikasikan jenis pukat berdasarkan alat tangkap dan masa keberangkatan. Dengan menggunakan pukat ini sebenarnya bukan hanya ikan saja yang tertangkap, tetapi juga udang, ikan lidah, cumi-cumi dan sotong dalam jumlah yang lumayan besar. Ketika sampai di darat maka nelayan ini harus memilih hasil yang didapat sesuai dengan jenisnya, untuk Universitas Sumatera Utara 60 memilah hasil tangkapan ini saja dibutuhkan waktu yang cukup lama apabila hasil banyak maka dimulai dari pukul 23.00 WIB sampai 05.00 WIB. Pemasarannya sama dengan nelayan tradisional seperti yang telah dijelaskan di atas. Walaupun dijual dengan harga murah apabila ada penampung ikan yang langsung membeli dari nelayan tersebut dibanding dengan menjual sendiri, tetapi walaupun demikian nelayan tetap menjualnya pada penampung tersebut hal ini disebabkan karena waktu untuk menjualnya sendiri tidak ada karena nelayan juga butuh beristirahat. Tabel 9 Jumlah Tangkapan Hasil Laut yang Diperoleh Nelayan Bagan Dengan Menggunakan Pukat Dalam Kilogram Jenis Ikan Jumlah kg 1. Gelama Batu 10-20 Kg 2. Cumi-cumi 10-12 Kg 3. Gurita 20-25 Kg 4. Ikan Lidah 10-15 Kg 5. Udang Swallow 8-10 Kg 6. Udang Kalong 5-8 Kg Sumber : Data yang diolah dari hasil wawancara dengan nelayan Dari tabel 10 di atas maka dapat kita lihat berapa jumlah yang diperoleh nelayan dengan menggunakan pukat. Universitas Sumatera Utara 61 Tabel 11 Produksi Perikanan di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2000 Ton Kecamatan Laut Tambak Kolam Sawah Perairaan Umum PST 3652,9 1515,4 55, 6 4,9 13,3 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2000 Dari tabel di atas maka dapat kita lihat bahwa hasil perikanan pada tahun 2000 yang paling banyak adalah hasil ikan yang diperoleh di laut. Hal ini disebabkan bahwa negara Indonesia yang sebagian besar terdiri dari lautan yang cukup luas dan menyimpan potensi perikanan dan hasil laut lainnya yang cukup besar. Dan hasil yang paling sedikit adalah dari hasil ikan persawahan.

4.3 Respon Masyarakat Terhadap Perubahan