Pendidikan di Dusun Bagan

43 sayang dan perhatian pada anggota keluarga. Dan disini yang paling penting adalah isteri dituntut untuk berpikir lebih jelih guna memenuhi kebutuhan hidup yang kian hari harga kebutuhan pokok semakin mahal dengan penghasilan yang serba pas-pasan bahkan dapat dikatakan kurang. Selain peran isteri dalam membantu untuk pemenuhan kebutuhan hidup, anak juga ikut membantu sang ayah dengan cara ikut turun ke laut untuk mencari ikan. Sebelum tahun 80-an anak yang ikut ke laut ini biasanya mulai umur 8 tahun yang mayoritas tidak tamat sekolah dasar, sedangkan saat sekarang ini mayoritas anak yang ikut ke laut adalah mereka yang tamat dari SMP yang tidak mau atau tidak sanggup melanjutkan ke SMA. Selain ikut ayahnya ke laut mencari ikan, anak nelayan juga ikut mencari kerang dan bekerja menjadi buruh pabrik. Biasanya anak-anak nelayan ini kerja dipabrik yang tidak jauh dari daerah Percut yaitu di Saenties atau Sampali baik itu pabrik mebel, roti ataupun pabrik udang yang upahnya dihitung harian. Di saat sekarang ini upah yang diperoleh buruh pabrik tersebut berkisar mulai dari Rp. 25.000. 42 Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Secara umum pendidikan merupakan upaya terus menerus untuk memajukan budi pekerti karakter, kekuatan batin, pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Adapun

3.3 Pendidikan di Dusun Bagan

tujuan dari pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan 42 Wawancara dengan pak Burhan Minggu, 23 Juni 2013. Universitas Sumatera Utara 44 mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan 43 Di tahun 1980 pendidikan di dusun Bagan ini sangat tidak dipedulikan, karena orang tua menganggap ”untuk apa sekolah kalau ujung-ujungnya akan ke laut juga” dan hampir seluruh ibu-ibu di sini adalah buta huruf. Di tahun 1980-an ini sudah ada satu sekolah dasar negeri di dusun Bagan ini yaitu SD negeri 105296, yang salah satu guru di sekolah ini bernama Bu Mariani dia telah menjadi guru sejak di bukanya pertama kali sekolah ini, beliau bukan merupakan penduduk asli dusun Bagan, tapi beliau berasal dari daerah Medan yang ditugaskan menjadi guru di sekolah tersebut, guru didatangkan dari luar sebab saat itu tidak ada satupun masyarakat yang tamatan sarjana atau diploma yang bisa diangkat menjadi guru, sehingga harus diambil guru dari luar . Pendidikan akan berpengaruh pada mata pencaharian dan tingkat penghasilan seseorang. Hal ini juga berpengaruh pada masyarakat nelayan yang ada di Bagan, mayoritas pendidikan nelayan hanya tamatan Sekolah Dasar bahkan banyak juga yang tidak tamat Sekolah Dasar, sehingga dengan hanya tamatan seperti ini tidak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan para nelayan ini, ujung-ujungnya mereka akan ke laut yang dalam mencari ikan di laut ini tidak perlu menggunakan tamatan sekolah atau ijazah. 44 Sejak dibukanya sekolah dasar di dusun Bagan ini maka ada beberapa siswa yang bersekolah, siswa yang sekolahnya di luar dusun Bagan ditarik kembali untuk bersekolah disini. Awalnya siswa ini bersekolah di dusun Saenties, mereka harus berjalan sepanjang 1-5 km. Anak- . 43 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 44 Wawancara, Mariani jumat 12 Oktober 2012, beliau merupakan guru yang mengajar di SD 105296 sejak pertama dibukanya sekolah ini. Universitas Sumatera Utara 45 anak yang sekolah disini tidak menggunakan seragam tetapi hanya menggunakan baju biasa dan sandal, bahkan sebagian besar bertelanjang kaki. Uang sekolah yang dikenakan sebesar Rp. 500. Ada juga buku yang harus dibeli oleh siswa dari sekolah, yang untuk meringankan siswa tersebut maka pihak sekolah membolehkan membayar buku tersebut dengan cara mencicilnya. Tetapi walaupun siswa diperbolehkan mencicil dalam membayar buku tersebut nyatanya banyak siswa yang tidak sanggup membayar, sampai dia naik kelas buku tersebut juga belum lunas dicicil 45 Dibukanya sekolah dasar ini tidak sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat, bahkan sebagian ada yang sangat menentang sekolah ini. Hampir setiap pagi di dalam kelas-kelas terdapat kotoran hewan, yang ternyata kotoran hewan ini diletakkan oleh orangtua yang marah karena anaknya bersekolah . 46 Seiring berjalannya waktu maka banyak anak-anak yang putus sekolah, mereka harus membantu orangtuanya baik itu untuk mencari ikan di laut membantu sang ayah atau mencari kerang di sore hari untuk membantu sang ibu. Selain itu adapun alasan yang paling menguatkan . Adapun sebab marahnya orangtua ketika anaknya bersekolah karena anak-anak ini jadi tidak bisa membantu ibunya dirumah bagi anak perempuan, dan bagi anak laki-laki tidak bisa ikut ke laut bersama ayahnya, yang harusnya dengan ikut ke laut penghasilan orangtua akan bertambah walaupun tidak banyak. Selain itu orangtua sangat tidak terima apabila anaknya dipukul oleh guru, kalau ada orangtua yang tahu atau anaknya mengadu kalau dipukul oleh guru maka orangtuanya akan langsung datang ke sekolah dengan membawa senjata tajam seperti parang yang seolah-olah mengancam sang guru karena berani memukul anaknya. 45 Ibid 46 Wawancara dengan bu Mariani yang merupakan guru yang mengajar di SD 105296 sejak pertama dibukanya sekolah ini. Wawancara pada hari jumat 12 Oktober 2012 di dusun Bagan. Universitas Sumatera Utara 46 kenapa anak-anak disini harus putus sekolah karena anggapan yang tadi dipegang oleh orangtua mereka yaitu untuk apa sekolah kalau ujung-ujungnya akan ke laut juga, yang merupakan pola pikir yang sangat pendek yag mengakibatkan penyesalan di masa yang akan datang. Yang mana penyesalan ini benar-benar terbukti dengan keluarnya sebuah pernyataan dari seorang nelayan yang bernama pak Burhan 50 tahun yang mengatakan: “… Bapak sangat menyesal dahulu tidak bersekolah karena sekarang bapak merasakan susahnya tidak mengenyam pendidikan. Banyak kawan bapak yang menjadi anggota dewan, yang harusnya apabila bapak mempunyai pendidikan dia bisa mengusahakan sebuah pekerjaan untuk Bapak, tapi apa yang bisa dia bantu sementara SD saja Bapak tidak tamat. Bapak malu karena kalau ketemu teman bapak, karena dia pasti akan memberi uang, apalagi dengan tambahan kata,kalau saja kamu punya pendidikan pasti sudah kuberikan salah satu pekerjaan disini untukmu…”. 47 Di tahun 1990 pendidikan sudah lebih maju dan diterima oleh masyarakat Bagan dibandingkan tahun 1980, hal ini disebabkan karena para orangtua sudah mulai sadar bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk anak mereka agar kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibanding dengan mereka. Bukti peningkatan pendidikan ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang semakin banyak dan menamatkan dari sekolah dasar. Dengan tidak lagi bersekolah maka anak perempuan yang ada di dusun ini akan cepat menikah atau disebut dengan nikah muda yang biasanya masih berumur belasan tahun, dan biasa pasangan yang didapat juga tidak jauh dari masyarakat sekitar yang umumnya juga berprofesi sebagai seorang nelayan. Sehabis menikah apabila mereka belum sanggup untuk membuat atau mengontrak rumah maka mereka akan tinggal dengan orangtua dalam waktu yang cukup lama. 47 Wawancara,Burhan Jumat 12 Oktober 2012 Universitas Sumatera Utara 47 Kita dapat melihat tabel di bawah ini, tabel mengenai tingkat pendidikan nelayan di dusun Bagan. Peneliti mengambil tabel ini dari hasil penelitian Badaruddin, penelitian ini dilakukan tahun 2006. Tabel 6 Daftar Tingkat Pendidikan Nelayan Dusun Bagan Tahun 2006 No Tingkat Pendidikan Nelayan Persentase 1. Tidak Sekolah 10.00 2. Tidak Tamat Sekolah Dasar 48.00 3. Tamat Sekolah Dasar 32.00 4. SLTP 8.00 5. SLTA 2.00 6. Perguruan Tinggi Total 100.00 Sumber : Laporan hasil penelitian Badaruddin dalam judul “Kelembagaan Sosial Ekonomi Komunitas Nelayan” tahun 2006. Dari tabel di atas dapat kita lihat persentase nelayan yang tidak tamat sekolah dasar ada 48, maka hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nelayan masih relatif rendah, bahkan ada 10 nelayan yang sama sekali tidak pernah mengecap bangku sekolah. Pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap pola pikir mereka terutama yang berkaitan dengan manajemen ekonomi rumah tangga dan penerimaan inovasi. Dengan pola pikir yang rendah maka nelayan akan mempertahankan keadaan yang sudah ada sejak dahulu tanpa ingin mengubahnya yang padahal perubahan tersebut akan membawa perubahan yang baik. Universitas Sumatera Utara 48 Tingkat pendidikan yang rendah pada masyarakat nelayan ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi orangtua mereka dulunya yang juga hidup dengan kemiskinan. Kondisi ini juga terus berlanjut hingga ke anak-anak mereka saat ini. Pekerjaan membantu orangtua sebagai nelayan sejak usia anak-anak bagi anak laki-laki, bagi perempuan akan membantu ibu mereka untuk menjemur ikan asin turut mendorong kurangnya motivasi untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang lebih baik lagi. Pekerjaan yang dilakukan anak-anak ini bukanlah pekerjaan yang terpisah dari orangtua mereka, yang artinya pendapatan dari anak hanya akan menjadi tambahan untuk orangtua. Seperti kata pepatah bahwa “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” hal ini jugalah yang terjadi dalam sistem rantai mata pencaharian dusun Bagan ini, seperti yang dijelaskan di atas bagaimana sedari masih anak-anak, anak di dusun Bagan ini sudah turun ke laut yang akhirnya inilah yang menjadi pekerjaan tetapnya sampai si anak berumah tangga. Di saat ini bagi mereka yang mempunyai ijazah SMP atau SMA memilih untuk mencari kerja di luar seperti menjadi buruh pabrik dengan harapan rezeki di darat akan lebih baik dari pada rezeki yang diperoleh di laut. Kalau anak nelayan ini sudah bisa mencari uang sendiri maka mereka tidak akan menggantungkan hidupnya lagi kepada orangtua dengan alasan mengurangi beban orangtua. 48 48 Yang dimaksud dengan tidak menggantungkan hidup kepada orangtua adalah para anak nelayan ini tetap hidup serumah dengan orangtuanya hanya saja untuk kebutuhan pribadinya tidak lagi meminta pada orangtua. Kalaupun si anak memberikan sebagian penghasilannya pada orangtuanya, hal itu merupakan kemurahan hati sang anak kepada orangtuanya dan bukanlah suatu kewajiban. Universitas Sumatera Utara 49 BAB IV PERUBAHAN DAN DAMPAK KEHIDUPAN MASYARAKAT DUSUN BAGAN SETELAH PENGGUNAAN PUKAT 4.1 Proses Terjadinya Perubahan Alat Untuk Menangkap Ikan Dalam perjalanan hidup, manusia hidup dengan alam secara timbal balik yakni bagaimana manusia beradaptasi dengan alam agar dapat bertahan hidup dengan cara mengalihkan energi dari alam kepada dirinya. Adaptasi merupakan sifat sosial yang muncul akibat adanya kebutuhan hidup, tujuan dan hasrat individu. Sehingga manusia menciptakan teknologi dan cara-cara yang dapat digunakan untuk menyerap sumber daya alam yang dibutuhkannya. Tercipta dan berkembangnya teknologi masyarakat erat terkait dengan teknologi setempat lokal. Berdasarkan kenyataan yang ada maka ekologilah menentukan teknologi yang akan dipakai dalam memanfaatkan sumber daya alam sekitar 49 Sebelum tahun 80-an nelayan Bagan menggunakan alat tangkap dengan sangat tradisional yaitu dengan menggunakan perahu tak bermotor . Penggunaan alat tangkap tradisional dibeberapa wilayah di Indonesia khususnya pantai Timur Sumatera Utara sangat sering ditemukan pada nelayan-nelayan kecil. Selain mengupayakan hasil laut dengan menggunakan alat tangkap modern, aktivitas melaut juga dilakukan dengan menggunakan alat tangkap tradisional. 50 49 Nur’Aini Salasah, Kearifan Tradisional Nelayan Udang Terhadap Kelestarian Lingkungan. Skripsi sarjana. Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2011. Hal 65. 50 Perahu tak bermotor adalah jenis perahu yang tidak menggunakan mesin tetapi hanya dengan menggunakan dayung saja. dan jaring. Dengan alat tangkap yang sangat sederhana ini maka daerah yang dijangkau juga sangat terbatas, karena terkendala ditenaga sehingga hasil yang diperoleh juga sangat terbatas dan minim. Apalagi di saat cuaca yang tidak menentu. Nelayan tidak bisa setiap hari turun ke laut mereka harus menyesuaikan dengan pasang Universitas Sumatera Utara 50 dan surut air laut setiap harinya. Para nelayan sering menyebutnya dari istilah pasang dan surut dengan istilah pasang besar dan pasang mati. Yang mana saat pasang besar nelayan akan mendapatkan banyak hasil laut dan sebaliknya jika pasang mati datang maka tidak ada hasil laut yang diperoleh. Adapun jam kerja nelayan tradisional ini adalah dimulai dari jam 05.00 WIB setelah azan subuh nelayan akan turun ke laut dan kembali siang hari sebelum azan zuhur sekitar pukul 12.00 WIB. Saat ini masih ada sebagian kecil nelayan tradisional baik itu menggunakan perahu bemotor maupun perahu tak bermotor. Adapun alat tangkap yang digunakan oleh nelayan tradisional adalah : a. Jaring Insang. Jaring ini digunakan untuk menangkap ikan. Jaring ini hanya menangkap ikan jenis kembung, senangin dan gelama batu kepala batu, karena ukuran lubang jaringnya 1,5 inci sampai 1,8 inci sehingga hanya ikan tertentu yang bisa tertangkap. Ikan kembung tidak akan tertarik oleh pukat karena pukat menarik dari dasar laut sedangkan ikan kembung berada di tengah atau permukaan jadi ikan tidak akan tertarik oleh pukat. Apabila cuaca mendukung maka ikan yang dihasilkan akan banyak yaitu mencapai 50 kg. Sebaliknya apabila cuaca tidak mendukung maka ikan hanya 3-5 kg saja yang didapat. Tetapi apabila ikan itu terlalu banyak atau dapat dikatakan banjir karena semua nelayan mendapatkan jenis ikan yang sama dan dalam jumlah yang banyak maka ikan itu harganya sangat murah, apabila ikan banjir maka kembung per kilogramnya dihargai mulai dari harga Rp. 5.000 sedangkan kalau ikan sedikit maka kembung perkilogramnya dihargai mulai Rp. 12.000. Ikan gelama batu akan dihargai mulai dari Rp.1.500 sampai dengan Rp. 3.000 per kilogramnya apabila sedang banjir, kalau ikan sedang sedikit maka dihargai Rp. 5.000 perkilogramnya. Universitas Sumatera Utara 51 Setelah nelayan ini sampai ke darat maka sudah ada yang menunggu untuk membeli ikan tersebut yang nantinya ikan tersebut akan dijual kembali oleh penampung ke pajak cemara, dijual keliling atau dijadikan sebagai ikan kembung rebus. b. Langgeh Sorong. Jenis jaring yang digunakan untuk menangkap udang. c. Tanggul Kepiting. Jenis jaring yang digunakan untuk menangkap kepiting. d. Alat apung untuk mengambil kerang. Jenis ini merupakan jenis yang paling tradisional karena hanya digunakan di leher agar dapat menyelam ke bawah air. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah hasil yang diperoleh melalui jenis alat tangkap tradisional ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7 Jenis Alat Tangkap Nelayan Tradisional Bagan dan Hasil yang Diperoleh No Jenis Alat Tangkap Hasil Yang Diperoleh kg 1. Jaring Insang 3-50 Kg 2. Langgeh Sorong 5-10 Kg 3. Tanggul Kepiting 5-7 Kg 4. Alat Apung Kerang 6-10 Kg Sumber : Data yang diolah dari hasil wawancara dengan nelayan tradisional Tabel 8 Perahu Kapal Penangkap Ikan di Percut Sei Tuan Universitas Sumatera Utara 52 Kecamatan Perahu Tanpa Motor Perahu Kapal Motor Jumlah total PercutSei Tuan Kecil Sedang Kecil Sedang 198 94 532 27 851 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2000. Dari tabel 8 di atas maka dapat kita lihat bahwa jenis perahukapal yang digunakan nelayan kecamatan Percut Sei Tuan dalam menangkap ikan yang paling banyak jumlahnya terdapat pada jenis perahu kapal motor kecil. Hal ini berarti menunjukkan bahwa banyak nelayan yang mencari ikan perorangan, karena perahu kecil hanya bisa ditumpangi oleh satu orang saja. Seperti yang dikatakan dalam buku Analisis Profil Rumah Tangga Nelayan di Sumatera Utara bahwa alat tangkap utama yang dilakukan nelayan dapat menunjukkan tingkat ekonomi rumah tangga tersebut. Pada dasarnya penggunaan alat tangkap utama di daerah Sumatera Utara dapat dirinci dari berbagai jenis alat penangkapan. Alat penangkapan ikan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu:

1. Pukat Kantong yang terdiri dari :

a. Pukat Payang yaitu pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan. b. Pukat Dogol yaitu pukat kantong yang digunakan untuk menangkap ikan dasar dan pada umumnya mempunyai dua utas tali penarik yang sangat panjang. c. Pukat Pantai yaitu semua pukat kantong yang dalam cara pengoperasiannya dilakukan dengan menarik pukat kantong ini ke pantai.

2. Jaring Insang yang terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara 53 a. Jaring Insang Hanyut yaitu jaring insang yang pemasangannya dibiarkan hanyut mengikuti arus dan salah satu ujungnya diikatkan pada kapal. b. Jaring Lingkar yaitu jaring yang pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan permukaan. c. Jaring Klitik yaitu jaring insang yang dipasang didasar perairan menetap dalam jangka waktu tertentu, umumnya lebih kurang satu jam. d. Jaring Insang Tetap yaitu jaring insang yang dipasang menetap untuk sementara waktu dengan menggunakan jangkar. e. Trammel Net yaitu jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari tiga lapis jaring yang mana ukuran jaring bagian dalam lebih kecil dibanding pada kedua lapis jaring luarnya.

3. Pukat Cincin Purse seine yaitu jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang,

tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan.

4. Pancing yang terdiri atas :

a. Rawai Tuna yaitu rawai yang digunakan khusus untuk menangkap ikan tuna. b. Rawai Hanyut selain rawai tuna adalah semua jenis rawai hanyut yang tidak termasuk dalam rawai tuna c. Rawai Tetap yaitu rawai yang salah satu tali utama sebelah bawah diberi batu pemberat sehingga alat tidak hanyut sedangkan ujung lainnnya diikatkan di kapal Universitas Sumatera Utara 54 d. Huhate yaitu jenis pancing yang dalam pengoperasiannya terlebih dahulu dilakukan penebaran umpan ikan hidup jenis teri didekat gerombolan ikan cakalang untuk menarik perhatian. e. Pancing Tenda yaitu jenis pancing yang dalam pengoperasiannya ditarik oleh sebuah perahu dipermukaan perairan untuk menangkap ikan-ikan permukaan yang buas. 5. Lainnya yakni : Jenis alat tangkap yang tidak termasuk jenis alat kelompok satu sampai kelima seperti jaring angkat, perangkap dan sebagainya 51

4.2 Penggunaan Pukat Dalam Menangkap Ikan