32
distributor yang ditugaskan untuk mengutip langsung kepada nelayan tidak menyetorkan uang tersebut, sehingga dengan hal ini pemerintah menganggap bahwa nelayan tidak benar karena
tidak mau membayar kewajibannya padahal kapal kepres telah diberi. Dengan hal tersebut maka pemerintah menarik kapal kepres yang telah diberikan nelayan, dan nelayan tidak bisa menolak,
sehingga kapal pun ditarik. Tetapi tidak semua nelayan mau memberikan kapalnya untuk ditarik, ada beberapa nelayan bandal yang tidak ingin memberikan kapalnya dan kapal pun akhirnya
tetap dimiliki nelayan yang akhirnya rusak juga karena tidak adanya perawatan yang dilakukan. Kapal Kepres ini mengalami kerusakan total pada tahun 1988
30
Tauke adalah sebutan untuk para pengumpul hasil laut tangkapan nelayan. Pada umumnya tauke memiliki modal dan pemilik materi, ia tidak terlibat langsung dalam kegiatan melaut yang
berperan sebagai patron. .
3.1.1 Hubungan Patron-Klien Tauke-Anak Buah
31
Golongan komunitas nelayan yang tidak memiliki modal ekonomi tetapi memiliki modal lain diantaranya yaitu tenaga dan keahlian mereka disebut dengan buruh
atau anak buah yang berperan sebagai klien.
32
Pola pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan yang penuh akan resiko dan tingkat penghasilan yang tidak menentu jumlahnya
33
. Fenomena kelembagaan sosial-ekonomi patron- klien merupakan hal yang umum ditemukan di tengah-tengah masyarakat nelayan
34
30
Wawancara, Baharuddin, Mei 2013
31
Rizkiyana Atika, Kajian Mengenai Pilihan Nelayan Terhadap Alat Penangkapan Ikan Di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat Sumatera Utara, skripsi Sarjana, Medan :
Departemen Antropologi Universitas Sumatera Utara, 2010.
32
.Menurut hasil wawancara dengan pak Baharuddin bahwa kelembagaan patron-klien ini sudah ada sekitar tahun 1950-an.
33
Aritonang K , Op cit hal 65.
34
.Badaruddin Op cit hal 30.
, hal ini menunjukkan bahwasannya kelembagaan patron-klien masih berfungsi di tengah-tengah
Universitas Sumatera Utara
33
kemajuan masyarakat. Hubungan patron-klien ini merupakan hubungan majikan dengan buruh nelayan, secara tidak langsung dalam hubungan patron-klien ini telah terjadi eksploitasi
35
terhadap buruh, dimana pendapatan patron yang cukup tinggi sedangkan buruh rendah. Meskipun sudah cukup banyak hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa hubungan
kelembagaan patron-klien ini bersifat ekspolitatif, namun kelembagaan ini masih tetap bertahan, hal ini membuktikan bahwa patron ini menurut sebagian nelayan sangat dapat membantu
nelayan. Apabila nelayan ini bekerja dengan tauke
36
Meskipun tidak semua nelayan bekerja dengan sistem hubungan patron-klien, namun nelayan tradisional
yang berarti adanya hubungan patron-klien, maka di saat musim pasang mati yang pada saat musim ini maka hasil laut akan sangat sedikit
dan di sinilah peran tauke untuk membantu nelayan yang selalu siap memberi pinjaman terhadap buruh yang menjadi anggotanya. Hubungan patron-klien merupakan hubungan timbal balik
sikap patron tauke yang peduli dengan kehidupan buruhnya juga harus didukung dengan sikap buruh nelayan yang berusaha menyenangkan majikannya. Adanya sifat jujur, setia, kemauan
untuk bekerja akan membuat tauke perhatian dan mau membantu buruhnya.
37
35
Eksploitasi bahasa Inggris: exploitation yang berarti politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang
atau terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan.
36
Tauke yang ada di Dusun Bagan ini banyak pendatang ada bersuku Batak dan Melayu .
37
.Nelayan tradisional adalah nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap yang cukup sederhana. Nelayan ini biasanya tidak menggunakan solar untuk boatnya karena mereka menggunakan sampan
dengan cara mendayungnya, dan alat tangkap ikan dengan menggunakan jaring atau jala. Karena peralatan yang digunakan sangat sederhana, maka hasil tangkapan yang diperoleh juga sedikit.
masih tetap terkait dalam hubungan patron-klien dalam hal menjual hasil penangkapan ikan. Meskipun di dusun Bagan ini terdapat daerah Tempat Pelelangan Ikan TPI
tetapi sebagian nelayan tradisional tidak menjualnya ke TPI melainkan ke patrontauke dengan alasan adanya jaminan peminjaman yang akan diberikan oleh tauke kepada nelayan saat musim
Universitas Sumatera Utara
34
paceklik tiba, atau pada saat nelayan tidak bisa melaut baik itu akibat gangguan cuaca, sakit atau sebagainya. Selain itu tauke akan membantu saat nelayan membutuhkan uang untuk membeli
peralatan menangkap ikan seperti untuk membeli jaring atau jala.
3.2. Kebutuhan Keluarga Nelayan