Pembahasan .1 Gambaran Pengetahuan Responden
Gambar 5.2 Grafik Distribusi Frekuensi Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, dari 50 responden laki-laki, sejumlah 29 orang 29 memiliki gambaran
pengetahuan baik, 21 orang 21 memiliki pengetahuan sedang, dan tidak terdapat responden yang memiliki gambaran pengetahuan buruk. Dari 50
responden perempuan, terdapat 28 orang 28 yang memiliki gambaran pengetahuan baik, 21 orang 21 memiliki gambaran pengetahuan sedang, dan 1
orang 1 memiliki gambaran pengetahuan buruk.
5.2 Pembahasan 5.2.1 Gambaran Pengetahuan Responden
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 57 orang 57 siswasiswi kelas 1 SMA Methodist-2 Medan tahun 2010 mengetahui dengan baik faktor risiko
yang dapat menyebabkan obesitas, diantaranya pola makan, aktivitas fisik, genetik, psikologi, dan faktor lingkungan. Hal ini menunjukkan siswasiswi kelas
1 SMA Methodist-2 Medan cukup mendapatkan informasi tentang faktor risiko penyebab obesitas yang dapat dapat diperoleh dari berbagai sumber. Hal ini
sejalan dengan pendapat Notoadmodjo 2003 bahwa pengetahuan seseorang didapatkan dari informasi yang didapat dari berbagai sumber. Informasi yang
Universitas Sumatera Utara
lengkap tentang suatu objek dapat memberikan pengetahuan yang utuh tentang suatu objek yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku yang diharapkan
dari informasi tersebut. Sebanyak 42 responden 42 memiliki pengetahuan sedang. Gambaran
pengetahuan tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden kelas 1 SMA yang kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi diri
sendiri cenderung masih kurang, dalam hal ini tentang faktor risiko penyebab obesitas, sehingga 42 responden masih kurang mencari tahu dan tidak
mendapatkan informasi yang cukup baik tentang faktor risiko penyebab obesitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyana 1998 yang menyatakan bahwa tingkat
pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan bagi diri sendiri dan lingkungan yang dapat mempengaruhi atau mendorong kebutuhan
akan pelayanan kesehatan. Gambaran pengetahuan responden laki-laki dan perempuan tidak berbeda
jauh. Sebanyak 29 responden laki-laki 29 memiliki gambaran pengetahuan yang baik terhadap faktor risiko penyebab obesitas, dan sebanyak 28 orang
responden perempuan 28 juga memiliki gambaran pengetahuan yang baik. Gambaran pengetahuan sedang juga dimiliki secara seimbang oleh 21 responden
laki-laki 21 dan 21 responden perempuan 21. Gambaran pengetahuan yang berimbang ini mungkin disebabkan tingkat pendidikan yang sama kelas 1 SMA
diantara responden laki-laki dan perempuan. Beberapa responden tidak mengetahui atau salah dalam mempersepsikan
apakah mereka mengalami obesitas berdasarkan berat badan dan tinggi badan, yaitu sebanyak 28 orang 28. Data ini didukung juga oleh jawaban responden
yang salah atau tidak mengetahui pengertian obesitas , yaitu sebanyak 12 orang 12. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa kelas 1 SMA masih tidak
mengetahui pengertian obesitas, sehingga mereka ragu atau tidak mengetahui apakah mereka tergolong obesitas atau tidak. Menurut Pudjiadi, obesitas diartikan
sebagai kelebihan berat badan akibat terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan tubuh. Akan tetapi, hasil ini agaknya tidak
sejalan dengan jawaban responden yang sebagian besar 90 mengetahui bahwa
Universitas Sumatera Utara
berat badan dan tinggi badan adalah parameter yang digunakan untuk mengukur status gizi seseorang, sesuai dengan pendapat Arisman 2010 yang mendasarkan
status gizi dan keadaan obesitas menurut perhitungan BMI Body Mass Index yang memiliki komponen berat badan dan tinggi badan.
Dari hasil penelitian ini, responden yang mengetahui prinsip penyebab utama obesitas, yaitu mengko nsumsi makanan secara berlebihan melebihi
kebutuhan, ada sebanyak 75 orang 75, sedangkan 25 responden 25 tidak tahu ataupun memiliki pandangan bahwa penyebab utama obesitas adalah malas
bergerak, dan sering makan makanan di pinggir jalan. Menurut Wandansari 2007 faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi yang berlebihan dari
energi yang dibutuhkan. Sebanyak 98 responden 98mengetahui jenis-jenis makanan cepat saji.
Ini dapat menggambarkan bahwa hampir seluruh responden familiar dengan jenis makanan cepat saji, namun hanya 85 responden 85 yang mengetahui bahwa
makanan cepat saji dapat menjadi faktor risiko penyebab obesitas bila dikonsumsi dalam jumlah dan frekuensi tertentu. Menurut Virgianto 2006 pola makan
praktis dan cepat saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori
yang akan menimbulkan obesitas. Responden memiliki pengetahuan yang buruk mengenai proporsi zat gizi
yang seharusnya idealnya dikonsumsi. Sebanyak 72 responden 72 memiliki pandangan bahwa zat gizi yang seharusnya dikonsumsi dalam proporsi tertinggi
adalah lemak, vitamin, protein, ataupun mineral. Hanya 28 orang responden 28yang mengetahui karbohidrat sebagai zat gizi yang seharusnya dikonsumsi
dalam porsi tertinggi. Untuk memelihara kesehatan, Almatsier 2004 , mengutip data WHO 1990, menganjurkan agar 55 sampai 75 konsumsi energi total
berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10 berasal dari gula sederhana, 15-30 konsumsi energi berasal dari lemak, dan sisanya berasal dari
protein. Teori ini didukung oleh hasil penelitian pada remaja SLTP di Yogyakarta dan Bantul yang menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan energi dan lemak
semakin tinggi kemungkinan terjadinya obesitas. Penelitian ini juga menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
adanya hubungan kontribusi lemak terhadap total energi dengan terjadinya obesitas Medawati, 2005.
Dari hasil penelitian ini, sebanyak 95 orang responden 95 mempunyai pemahaman yang benar mengenai cara melakukan aktivitas fisik yang terbaik.
Aktivitas fisik yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat Wandansari, 2007.
Sebanyak 70 orang 70 mampu mengidentifikasi jenis aktivitas ringan dan 90 orang 90 mampu mengidentifikasi jenis aktivitas berat. Menurut Huriyati
2004 yang tergolong aktivitas ringan adalah membaca, menulis, menonton televisi. Sedangkan yang tergolong aktivitas berat adalah berlari, bersepeda, naik
turun tangga. Mengidentifikasi jenis aktivitas sangatlah penting sebagai upaya pencegahan obesitas. Tingkat aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya obesitas,
karena aktivitas fisik dilakukan untuk menyeimbangkan masukan energi yang didapat dari makanan Wandansari, 2007. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rosenbaum 1998 yaitu bila asupan energi dari konsumsi makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas fisik sehari-hari,
maka kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan lemak. Dari hasil penelitian ini dijumpai sebanyak 76 orang 76 mengetahui
bahwa faktor genetik turut berperan sebagai penyebab obesitas. Hal ini sejalan dengan penelitian Williams 2007 yang menyatakan bahwa orang tua yang
gemuk cenderung memiliki anak yang gemuk pula. Sebanyak 41 orang 41 memiliki pandangan bahwa pendapatan orangtua tidak dapat menyebabkan
obesitas secara tidak langsung. Menurut Wandansari 2007 besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Orang tua yang
mempunyai pendapatan per bulan tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis
makanan. Adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi berdasarkan pada kebutuhan pertimbangan kesehatan, tetapi
lebih mengarah pada pertimbangan prestise dan rasa makanan yang enak, termasuk makanan jenis fast food. Hal ini tentunya akan menjadi faktor risiko
penyebab obesitas yang harus lebih diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian ini juga dijumpai sebanyak 87 orang 87 mengetahui dan setuju bahwa pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap
kebiasaan makan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Wandansari 2007 bahwa pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan
keluarga termasuk kebiasaan makan sayur-sayuran, karena pengetahuan gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan
seseorang. Oleh karena itu, pengetahuan gizi dapat menjadi faktor yang penting dalam menentukan kejadian obesitas.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa 69 orang 69 mengetahui pengaruh terbesar lingkungan sekolah yang dapat menyebabkan obesitas adalah
kebiasaan jajan yang selaras dengan pengaruh teman sebaya. Menurut Subardja 2004 kebiasaan jajan adalah pengaruh di lingkungan sekolah yang akan
mempengaruhi pola makan anak. Menurut Arisman 2010 teman sebaya berpengaruh besar dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap
teman dikhawatirkan akan mengakibatkan remaja terkucil dan merusak kepercayaan dirinya.
Pengetahuan responden mengenai peranan faktor psikologis dalam menyebabkan obesitas cukup baik. Sebanyak 81 orang 81 tahu bahwa depresi
dapat menjadikan makanan sebagai pelarian masalah dan menguragi aktivitas fisik. Sebanyak 19 orang 19 salah mengerti akan peranan psikologis dalam
menyebabkan obesitas. Menurut Dariyo 2004 ketidakstabilan emosi menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri dengan cara
banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi.
Universitas Sumatera Utara