umumnya berbagai faktor lain juga dapat turut menentukan keadaan obesitas seseorang, yaitu bangsa atau ras, gangguan emosi, dan gangguan hormon.
2.2.5.1. Pola Makan
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat,
lemak dan protein yang ada dalam makanan. Faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan Wandansari,
2007. Orang yang mengalami kegemukan lebih responsif dibandingkan dengan
orang yang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti bau makanan atau waktu makan Wandansari, 2007. Orang yang gemuk cenderung
makan bila ia merasa ingin makan dan bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan frekuensi makan berlebihan inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk
keluar dari kegemukan jika individu tersebut tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan. Mengkonsumsi makanan
berkalori tinggi seperti makanan cepat saji, makanan yang dibakar dan kudapan memiliki andil dalam meningkatkan berat badan. karena makanan jenis ini
biasanya tinggi lemakkalori dan rendah serat. Minuman bersoda, kudapan, permen dan makanan penutup dapat juga menyebabkan terjadinya peningkatan
berat badan karena makanan dan minuman seperti ini biasanya memiliki kandungan kalori dan gula atau garam yang tinggi.
Pola makan praktis dan cepat saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan
masukan kalori yang akan menimbulkan obesitas Virgianto, 2006.
Energi, Karbohidrat, Lemak, dan Protein
1 Energi Kebutuhan energi orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan
energi yang dapat dimetabolisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran energi. Keseimbangan energi adalah hasil selisih antara masukan energi
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dimetabolisme dan pengeluaran energi total Almatsier, 2004. Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah Basal Metabolic Rate
BMR. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan
kata lain, metabolisme basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernafasan, sirkulasi darah, peristaltik usus,
tonus otot, temperature tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Berlebihannya ambilan energi dibandingkan pengeluarannya dapat menyebabkan
peningkatan berat badan dan obesitas.
2 Karbohidrat Karbohidrat banyak terdapat dalam berbagai bahan makanan yang
dikonsumsi, terutama pada bahan makanan yang banyak mengandung zat tepungpati dan gula. Bahan pangan yang dikonsumsi rakyat Indonesia kandungan
karbohdratnya cukup tinggi, yaitu sekitar 70 sampai 80, terutama pada serealia padi-padian, umbi-umbian, dan bahan pangan lainnya. Tidak ada
ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan, Almatsier 2004 mengutip data WHO 1990, menganjurkan agar 55
sampai 75 konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10 berasal dari gula sederhana.
3 Lemak Menurut sumbernya, lemak dibedakan atas lemak nabati dan lemak
hewani. Fungsi lemak adalah sebagai cadangan energi tubuh yang paling besar, alat angkut vitamin yang larut dalam lemak, memberi rasa kenyang dan kelezatan,
memelihara suhu tubuh dan sebagai pelindung organ tubuh. WHO 1990 dalam Almatsier 2004 menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15–30 dari
kebutuhan energi total. Penyakit obesitas memberikan gejala kelebihan jaringan lemak di dalam tubuh, tetapi penyebab yang sebenarnya adalah konsumsi energi
yang melebihi kebutuhan tubuh. 4 Protein
Universitas Sumatera Utara
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dari tubuh setelah air Almatsier, 2004. Seperlima bagian tubuh adalah protein
yang disimpan di otot, tulang, kulit jaringan dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yaitu sebagai zat pembangun. Selain itu protein juga berfungsi untuk
mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh karena protein juga berfungsi sebagai buffer, pembentukan antibodi, memgangkut zat gizi, sumber
energi. Pola makan yang berkaitan erat dengan tingkat kecukupan energi ini juga
dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti pendapatan orangtua dan pengetahuan orangtua. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pola
konsumsi. Tingkat pendapatan orang tua sangat berpengaruh terhadap konsumsi kalori Wandansari, 2007. Orang tua yang mempunyai pendapatan per bulan
tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan. Adanya peluang tersebut
mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi berdasarkan pada kebutuhan pertimbangan kesehatan, tetapi lebih mengarah pada pertimbangan
prestise dan rasa makanan yang enak, termasuk makanan jenis fast food. Makanan cepat saji fast food adalah makanan yang disajikan secara
cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat. Makanan cepat saji tidak baik untuk kesehatan karena umumnya mengandung
kalori dalam jumlah tinggi dan kandungan seratnya yang rendah. Biasanya, makanan yang enak cenderung mengandung lemak serta protein yang tinggi, dan
tingginya konsumsi kalori terutama yang berasal dari lemak akan berpengaruh terhadap terjadinya obesitas Selain itu, banyak makanan cepat saji yang
mengandung pengawet dan bahan kimia lainnya. Yang tergolong dalam makanan cepat saji antara lain kentang goreng, mie instan, hamburger, makanan gorengan
dan ayam goreng yang biasanya dijual di restoran cepat saji. Penghasilan yang berlebih juga mendorong masyarakat memilih makanan
yang berkualitas lebih tinggi, tetapi pemilihan makanan pada masyarakat mulai bergeser ke arah penggunaan lebih banyak makanan terolah yang telah mengalami
pemurnian refined Wandansari, 2007. Bahan – bahan yang telah mengalami
Universitas Sumatera Utara
pemurnian itu sering sudah kehilangan sebagian kandungan zat gizinya, terutama serat yang justru sangat diperlukan tubuh. Serat dapat mencegah naiknya kadar
lemak, kolesterol, kadar gula darah, mencegah terjadinya sembelit bahkan diduga dapat mencegah penyakit kanker usus.
Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor, disamping pendidikan orang tua itu sendiri, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media
massa juga mempengaruhi status gizi. Pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan keluarga karena pengetahuan gizi mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang Wandansari,2007.
2.2.5.2 Kurang Gerak Aktivitas Fisik