Analisis Data dengan Metode Backpropagation Jaringan Syaraf Tiruan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menunjukkan perolehan data kemudian menganalisis data dengan metode backpropagation jaringan syaraf tiruan dan metode ARIMA Box- jenkins khususnya dalam bidang peramalan. Selain itu peneliti juga membandingakan hasil peramalan dengan menggunakan kedua metode tersebut sehingga dapat diketahui metode mana yang paling baik digunakan dalam peramalan data pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

3.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data yang diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi. Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacaan-bacaan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari website Bank Indonesia di www.bi.go.id yakni data pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS mulai bulan Januari 2009 sampai Desember 2010 lampiran A.

3.2 Analisis Data

3.2.1 Analisis Data dengan Metode Backpropagation Jaringan Syaraf Tiruan

Perancangan model peramalan pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dengan metode backpropagation jaringan syaraf tiruan terdiri dari langkah- langkah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Menetapkan tujuan sistem Model jaringan yang dibangun digunakan untuk meramalkan pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dari bulan Januari sampai Pebruari 2010 berdasarkan data bulan Januari sampai Desember 2009 dengan software Matlab 7.0. 2. Menentukan fungsi aktivasi Fungsi tansig, sigmoid biner log sigmoid, dan purelin masing-masing digunakan sebagai fungsi aktivasi pada lapisan tersembunyi pertama, lapisan tersembunyi pertama dan keluaran. 3. Transformasi Data Data ditransformasi linear pada selang [0,1;0,9]. Oleh karena itu keluaran yang dihasilkan jaringan akan berada pada nilai 0 sampai 1. Untuk mendapatkan nilai sebenarnya dari keluaran perlu dilakukan proses detransformasi linear. Nilai tranformasi linear, taburan data sebelum dan setelah tranformasi linear terdapat pada lampiran 2, 3 dan 4. 4. Pembagian Data Data pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dari bulan Januari sampai Desember 2009 dibagi menjadi 80 data pelatihan dan 20 data pengujian. Datanya diambil berdasarkan hari kerja yakni senin sampai jum’at dalam setiap minggu. Terdapat 51 minggu di tahun 2009, terhitung dari 5 januari- 25 desember 2009. Sehingga data pelatihan 80 dari 51 minggu = 40,8 minggu, digenapkan menjadi 41 minggu 205 data dan 20 sisanya = 10,2 minggu digenapkan menjadi 10 minggu 50 data adalah data pengujian. 5. Perancangan arsitektur jaringan yang optimum Peramalan pergerakan kurs rupiah terhadap dollar tersebut ditentukan oleh pergerakan 4 minggu sebelumnya setiap bulan, yakni 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu sebelumnya. Sehingga Input sistem adalah pergerakan ke-t-15, t-10, t-5 dan t. Sedangkan target sistem adalah pergerakan ke- t+5. Dengan demikian akan terdapat rentang data dari 16 hingga 250 Universitas Sumatera Utara terdapat 235 data. Dari data tersebut akan digunakan sebanyak 185 data untuk dilatih lampiran B, sedangkan sisanya sebanyak 50 data akan digunakan sebagai data lampiran C. Arsitektur jaringan dibentuk dari 5 input, lapisan tersembunyi pertama dengan 10 neuron, lapisan tersembunyi kedua dengan 5 neuron dan 1 keluaran. 6. Penentuan koefisien laju pemahaman dan momentum Dari percobaan trial and error koefisien laju pemahaman dan momentum masing-masing bernilai 0,5 dan 0,8 karena menghasilkan MSE terkecil. 7. Pemilihan arsitektur jaringan yang optimum sehingga siap digunakan pada peramalan. Pengolahan data pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dengan metode backpropagation jaringan syaraf tiruan dengan software Matlab 7.0 dapat diperlihatkan sebagai berikut : 1. Masukan data input dan target Data=[…]; P=Data:,1:4; T=Data:,5; 2. Preprocessing [pn,meanp,stdp,tn,meant,stdt]=prestdP,T 3. Membangun jaringan Kemudian dibangun jaringan syaraf dengan metode pembelajaran gradient descent dengan momentum traingdm : net=newffminmaxpn,[10 5 1],{tansig,logsig,purelin},traingdm; 4. Set bobot awal secara acak Inisialisasi bobot awal dilakukan dengan bilangan acak dan dilakukan sampai menghasilkan MSE paling kecil MSE ≥ 0. Dalam penelitian ini Universitas Sumatera Utara bobot yang sudah didapatkan sehingga menghasilkan MSE terkecil mendekati 0 adalah sebagai berikut : Bobot awal lapisan input ke lapisan tersembunyi pertama : net.IW{1,1}=[…]; Bobot bias awal lapisan input ke lapisan tersembunyi pertama : net.b{1,1}=[…]; Bobot awal lapisan tersembunyi pertama ke lapisan tersembunyi kedua : net.LW{2,1}=[…]; Bobot bias awal lapisan tersembunyi pertama ke lapisan tersembunyi kedua : net.b{2,1}=[…]; Bobot awal tersembunyi kedua lapisan output : net.LW{3,2}=[…]; Bobot bias awal tersembunyi kedua ke lapisan output : net.b{3,1}=…; 5. Sebelum dilakukan pelatihan, ditetapkan terlebih dahulu parameter parameter yang digunakan sebagai berikut : net.trainParam.epochs = 15000; net.trainParam.goal = 0.01; net.trainParam.lr =0.5; net.trainParam.show = 200; net.trainParam.mc = 0.8; 6. Kemudian dilakukan proses pelatihan : net=trainnet,pn,tn;pause Universitas Sumatera Utara 7. Proses pelatihan : 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 10 -3 10 -2 10 -1 10 10 1 14849 Epochs T ra in in g -B lu e G o a l- B la c k Performance is 0.00999999, Goal is 0.01 Gambar 3.1 Hasil Pelatihan sampai 15000 epoh iterasi Pada Gambar 3.1 terlihat bahwa performance jaringan telah goal berhenti saat nilai MSE terkecil jaringan lebih kecil dari batas nilai goalnya dimana 0,009 0,01 dan berhenti pada epoh ke-14849. 8. Untuk melihat bobot akhir : BobotAkhir_Input = net.IW{1,1} BobotAkhir_Bias_Input=net.b{1,1} BobotAkhir_Lapisan1=net.LW{2,1} BoobotAkhir_Bias_Lapisan1=net.b{2,1} BobotAkhir_Lapisan2=net.LW{3,2} BobotAkhir_Bias_Lapisan2=net.b{3,1} Universitas Sumatera Utara 9. Melakukan simulasi dan pengujian dilakukan terhadap data-data yang ikut dilatih : an=simnet,pn; a=poststdan,meant,stdt; H = [1:sizeP,2 T a T-a]; sprintf2d 9.2f 7.2f 5.2f\n,H Hasilnya error E terkecil terletak pada data ke-24 yaitu sebesar 0,02, sedangkan terletak pada data ke-139 yaitu 190,69. Nilai MSE akhir pelatihan sebesar 0,009. 10. Evaluasi output jaringan data pelatihan dengan target Output jaringan dan target dianalisis dengan regresi linier menggunakan postreg : [m1,a1,r1]=postrega,T Menghasilkan : Gradient garis terbaik m1 : m1 = 0,9897 Konstanta : a1 = 108,0266 Persamaan garis untuk kecocokan terbaik : 0,9897T + 108,0266 Koefisien korelasi : r1 = 0,9950 Koefisien korelasi bernilai 0,9950 mendekati 1, menunjukkan hasil yang baik untuk kecocokan output jaringan dengan target Gambar 3.2 Universitas Sumatera Utara 0.9 0.95 1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 x 10 4 0.9 0.95 1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 x 10 4 T A Best Linear Fit: A = 0.99 T + 108 R = 0.995 Data Points Best Linear Fit A = T Gambar 3.2 Hubungan antara target dengan output jaringan untuk data pelatihan Untuk melihat perbandingan anatara target dengan output jaringan : pause plot[1:sizeP,2],T,bo,[1:sizeP,2],a,r; titleHasil Pengujian Dengan Data Pelatihan: Targeto, Output; xlabelData Ke-;ylabelTargetOutput;pause Selanjutnya perbandingan anatara target dengan output jaringan pada Gambar 3.3 Pada gambar tersebut, output jaringan o dan target sebagian besar sudah berdekatan hampir semuanya menempati posisi yang sama. Hasil terbaik terjadi apabila posisi o dan target betul-betul berada pada posisi yang sama. Universitas Sumatera Utara 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 0.9 0.95 1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 x 10 4 Hasil Pengujian Dengan Data Pelatihan: Targeto, Output Data Ke- T a rg e t O u tp u t Gambar 3.3 Perbandingan antara target dengan output jaringan untuk data pelatihan Selanjutnya pengujian akan dilakukan terhadap data-data yang tidak ikut dilatih Data pengujian sebanyak 50 data pada tabel. Misalnya data cek disimpan pada matriks Q untuk input data t-15, t-10, t-5 dan t, serta matriks TQ untuk target yakni data t+5. 11. Input baru Q akan di tes, dengan target PQ Cek=[…]; Q=Cek:,1:4; TQ=Cek:,5; 12. Normalisasi input baru Sebelumnya dilakukan normalisasi terlebih dahulu dengan trastd, hasil simulasi didenormalisasi dengan poststd. Qn = trastd Q,meanp,stdp; bn = sim net,Qn; b = poststd bn,meant,stdt; L=[1:sizeQ,2 TQ b TQ-b]; Universitas Sumatera Utara sprintf2d 11.2f 9.2f 7.2f\n,L Sehingga menghasilkan output ramalan selama dua bulan kedepan periode januari 2010 sampai februari lampiran E kolom ramalan. Dari data pengujian ini telah diperoleh peramalan nilai output data selama dua bulan kedepan. Untuk melihat hubungan antara target dengan output jaringan untuk data pengujian seperti terlihat pada Gambar 3.4 berikut ini : 9300 9350 9400 9450 9500 9550 9600 9650 9100 9200 9300 9400 9500 9600 9700 9800 T A Best Linear Fit: A = 0.308 T + 6.37e+003 R = 0.249 Data Points Best Linear Fit A = T Gambar 3.4 Hubungan antara target dengan ouput jaringan untuk data pengujian Pada Gambar 3.4 terlihat bahwa hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan semua input data dan bentuk jaringan pada proses pelatihan. Untuk melihat perbandingan antara target dengan output jaringan dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut ini : Universitas Sumatera Utara 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 9100 9200 9300 9400 9500 9600 9700 9800 Hasil Pengujian Dengan Data Pelatihan: Targeto,Output Data Ke- T a rg e t O u tp u t Gambar 3.5 Perbandingan antara target dengan output jaringan untuk data pengujian. Pada Gambar 3.5 memperlihatkan bahwa output o dan target hampir mirip dalam penyebaran datanya, namun keduanya tidak terlalu berdekatan. Hampir tidak mungkin kedua posisi antara output dan target benar-benar berada pada posisi yang sama. Sehingga output ramalan tidak terlalu mendekati target. Meskipun demikian peramalannya tetap bisa digunakan.

3.2.2 Analisis Data dengan Metode ARIMA Box-Jenkins

Dokumen yang terkait

Peramalan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Tahun 2014 dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Model Backpropagation

9 94 77

Prediksi Trend Foreign Exchange Euro Terhadap Dollar Amerika Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

5 50 94

Analisis peramalan pendaftaran siswa baru menggunakan metode seasonal arima dan metode dekomposisi: studi kasus lembaga bimbingan belajar SSC Bintaro

9 57 94

Peramalan Kurs Rupiah terhadap Dolar dengan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik

0 6 49

PERBANDINGAN METODE ARIMA (BOX-JENKINS) DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN (JST) BACKPROPAGATION SEBAGAI METODE PERAMALAN RATA-RATA TEMPERATUR BUMI.

3 6 34

PERBANDINGAN METODE GRADIENT DESCENT DAN GRADIENT DESCENT DENGAN MOMENTUM PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN KURS TENGAH RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA.

0 1 14

PEMODELAN FORECASTING CONTAINER THROUGHPUT DENGAN METODE ARIMA-BOX JENKINS, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN HYBRIDA ARIMA-BOX JENKINS-JARINGAN SYARAF TIRUAN

0 0 6

Prediksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia dengan Menggunakan Metode ARIMA Box-Jenkins dan Jaringan Syaraf Tiruan

0 0 8

Peramalan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Dolar Tahun 2017 dengan Menggunakan Metode Arima Box-Jenkins

0 7 9

Menentukan tingkat perbandingan optimal parameter metode jaringan syaraf tiruan Backpropagation dan metode deret berkala Box jenkins (arima) sebagai metode peramalan curah hujan (studi kasus: data curah Hujan BMKG Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makas

0 2 88