Alat-alat Metodelogi untuk Menganalisis Data Deret Berkala

2.2.1.1 Alat-alat Metodelogi untuk Menganalisis Data Deret Berkala

Makridakis 1999 menyatakan bahwa untuk menganalisis data deret berkala digunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Plot Data Memplot data secara grafis adalah hal yang paling baik untuk menganalisis data deret berkala. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada gejala trend penyimpanan nilai tengah atau pengaruh musiman pada suatu data. 2. Koefisien Autokorelasi Koefisien autokorelasi adalah korelasi antara deret berkala dengan deret berkala itu sendiri dengan selisih waktu lag 0,1,2 periode atau lebih. Misalnya diketahui persamaan 2.1 adalah model AR atau ARIMA2,0,0 yang menggambarkan Y t sebagai suatu kombinasi linier dengan dua nilai sebelumnya. 2.1 Koefisien korelasi sederhana antara dengan dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. = 2.2 Karena rumus ini secara statistik akan menyulitkan, maka dibuat asumsi untuk menyederhanakannya. Data diasumsikan stasioner baik nilai tengah maupun variansinya sehingga kedua nilai tengah dan dapat diasumsikan bernilai sama dan kita dapat membuat subskrip dengan menggunakan = = dan Universitas Sumatera Utara dua deviasi standar dapat diukur satu kali saja yaitu dengan menggunakan seluruh data yang diketahui. Dengan menggunakan asumsi-asumsi penyederhanaan ini, maka persamaan 2.2 menjadi sebagai berikut. 2.3 Pada persamaan 2.3 diketahui bahwa pembilang kekurangan satu nilai suku disbanding penyebut, akan tetapi karena adanya asumsi stasioneritas maka persamaannya dapat berlaku umum dan dapat digunakan untuk seluruh time-lag dari satu periode untuk suatu deret berkala. Hal ini sebagai akibat adanya asumsi stasioneritas. Autokorelasi untuk time-lag 1, 2, 3,..., k dapat dicari dan dinotasikan r k sebagai berikut. 2.4 Untuk menentukan apakah secara statistik suatu koefisien autokorelasi nilainya berbeda secara signifikan dari nol atau tidak, maka perlu dihitung galat standar dari r k dengan rumus sebagai berikut. 2.5 dengan, n = banyaknya data. Koefisien autokorelasi dari data random mempunyai distribusi sampling yang mendekati kurva normal dengan nilai tengah nol dan kesalahan standar . Dari nilai kesalahan standar se rk dan sebuah nilai interval kepercayaan dapat diperoleh sebuah rentang nilai. Suatu koefisien autokorelasi disimpulkan tidak berbeda secara signifikan apabila nilainya berada pada rentang nilai tersebut dan sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 3. Koefisien Autokorelasi Parsial Dalam analisis regresi, jika variabel tidak bebas Y diregresikan kepada variabel- variabel bebas X 1 dan X 2 maka akan muncul pertanyaan bahwa sejauh mana variabel X mampu menerangkan keadaan Y apabila mula-mula X 2 dipisahkan. Ini berarti meregresikan Y kepada X 2 dan menghitung galat sisa residual error kemudian meregresikan lagi nilai sisa tersebut kepada X 1 . Di dalam analisis deret berkala juga berlaku konsep yang sama. Autokorelasi parsial digunakan untuk mengukur tingkat keeratan association antara X t dan X t-k apabila pengaruh dari time-lag 1, 2, 3,..., k-1 dianggap terpisah. Koefisien autokorelasi parsial berorde m didefinisikan sebagai koefisien autoregresif terakhir dari model AR m. Berikut ini persamaan-persamaan yang masing-masing digunakan untuk menetapkan AR 1, AR 2,..., AR m-1 dan proses AR m. 2.6 2.7 2.8 2.9 Dari persamaan-persamaan di atas dapat dicari nilai-nilai taksiran . Perhitungan yang diperlukan akan memakan banyak waktu. Oleh karena itu lebih memuaskan untuk memperoleh taksiran berdasarkan pada koefisien autokorelasi. Penaksiran ini dapat dilakukan dengan mengalikan ruas kiri dan kanan persamaan 2.6 dengan X t-1 menjadi sebagai berikut. 2.10 Universitas Sumatera Utara Dengan mengambil nilai harapan pada persamaan 2.10 akan menghasilkan persamaan sebagai berikut. 2.11 Yang dapat ditulis ulang sebagai 2.12 dengan, dan adalah notasi untuk autokorelasi populasi 0 dan 1. Apabila kedua ruas pada persamaan 2.12 dibagi maka menjadi sebagai berikut. 2.13 Jadi , ini berarti bahwa autokorelasi parsial yang pertama adalah sama dengan autokorelasi pertama dan kedua-duanya ditaksir di dalam sampel dengan r 1 . Secara umum, untuk mencari autokorelasi parsial pada time-lag ke-k digunakan persamaan sebagai berikut. 2.14 dengan, menunjukan parameter autokorelasi parsial pada time-lag ke-k. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Metode ARIMA Box-Jenkins

Dokumen yang terkait

Peramalan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Tahun 2014 dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Model Backpropagation

9 94 77

Prediksi Trend Foreign Exchange Euro Terhadap Dollar Amerika Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

5 50 94

Analisis peramalan pendaftaran siswa baru menggunakan metode seasonal arima dan metode dekomposisi: studi kasus lembaga bimbingan belajar SSC Bintaro

9 57 94

Peramalan Kurs Rupiah terhadap Dolar dengan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik

0 6 49

PERBANDINGAN METODE ARIMA (BOX-JENKINS) DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN (JST) BACKPROPAGATION SEBAGAI METODE PERAMALAN RATA-RATA TEMPERATUR BUMI.

3 6 34

PERBANDINGAN METODE GRADIENT DESCENT DAN GRADIENT DESCENT DENGAN MOMENTUM PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN KURS TENGAH RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA.

0 1 14

PEMODELAN FORECASTING CONTAINER THROUGHPUT DENGAN METODE ARIMA-BOX JENKINS, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN HYBRIDA ARIMA-BOX JENKINS-JARINGAN SYARAF TIRUAN

0 0 6

Prediksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia dengan Menggunakan Metode ARIMA Box-Jenkins dan Jaringan Syaraf Tiruan

0 0 8

Peramalan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Dolar Tahun 2017 dengan Menggunakan Metode Arima Box-Jenkins

0 7 9

Menentukan tingkat perbandingan optimal parameter metode jaringan syaraf tiruan Backpropagation dan metode deret berkala Box jenkins (arima) sebagai metode peramalan curah hujan (studi kasus: data curah Hujan BMKG Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makas

0 2 88