Langkah 2 : Untuk setiap pasang data pelatihan lakukan langkah 3-8 Langkah 3 : Tiap unit masukan menerima sinyal dan meneruskannya ke Langkah 4 : Hitung semua keluaran di unit tersembunyi z Langkah 6 : Hitung faktor unit keluaran berdasarkan k

Gambar 1.2 Arsitektur backpropagation Algoritma pelatihan untuk jaringan dengan satu layar tersembunyi dengan fungsi aktivasi sigmoid biner adalah sebagai berikut : a. Langkah 0 : Inisialisasi semua bobot dengan bilangan acak kecil b. Langkah 1 : Jika kondisi penghentian belum terpenuhi, lakukan langkah 2-9

c. Langkah 2 : Untuk setiap pasang data pelatihan lakukan langkah 3-8

Fase I : Propagasi maju

d. Langkah 3 : Tiap unit masukan menerima sinyal dan meneruskannya ke

unit tersembunyi diatasnya

e. Langkah 4 : Hitung semua keluaran di unit tersembunyi z

j j = 1,2,…,p Y Y m Y k Z 1 1 Z j Z p W 1 W k0 W m0 W 1 W k W m1 W 1j W kj W mj W 1p W kp W mp V o0 V j0 X X i X 1 1 V p0 V 11 V p1 V j1 V 1i V ji V pi V jn V pn V 1n Universitas Sumatera Utara

f. Langkah 5 : Hitung semua keluaran jaringan di unit y

k k = 1,2,…,m Fase II : Propagasi mundur

g. Langkah 6 : Hitung faktor unit keluaran berdasarkan kesalahan disetiap

unit keluaran y k k= 1,2,…,m merupakan unit kesalahan yang akan dipakai dalam perubahan bobot layar dibawahnya langkah 7 Hitung suku perubahan bobot w kj yang akan dipakai nanti untuk merubah bobot w kj dengan laju percepatan α ; k = 1,2,…,m ; j = 0,1,..,p

h. Langkah 7 : Hitung faktor unit tersembunyi berdasarkan kesalahan

disetiap unit tersembunyi z j j = 1,2,…,p Faktor unit tersembunyi : Hitung suku perubahan bobot v ji yang akan dipakai nanti untuk merubah bobot v ji ; j = 1,2,…,p ; i = 0,1,…,n Fase III : Perubahan bobot i. Langkah 8 : Hitung semua perubahan bobot Perubahan bobot garis yang menuju ke unit keluaran : Universitas Sumatera Utara k = 1,2,…,m ; j = 0,1,…,p Perubahan bobot garis yang menuju ke unit tersembunyi : j = 1,2,…,p ; j = 0,1,…,n Setelah pelatihan selesai dilakukan, jaringan dapat dipakai untuk pengenalan pola. Dalam hal ini, hanya propagasi maju langkah 4 dan 5 saja yang dipakai untuk menentukan keluaran jaringan. Apabila fungsi aktivasi yang dipakai bukan sigmoid biner, maka langkah 4 dan 5 harus disesuaikan. Demikian juga turunanannya pada langkah 6 dan 7. Model-model Box-Jenkins merupakan model yang menggambarkan time series yang stationer. Dengan demikian tahapan yang dilakukan dengan pemodelan ini adalah dengan identifikasi stationeritas dari data baik dalam mean maupun dalam variance. Apabila belum stationer dalam variance dilakukan upaya transformasi sedangkan apabila belum stationer dalam mean dilakukan differencing Suharjo ,2003. Pada identifikasi model data times series yang stationer digunakan: 1. ACF atau Autocorrelation Function yaitu fungsi yang menunjukkan besarnya korelasi antara pengamatan pada waktu ke t dengan pengamatan pada waktu-waktu sebelumnya. 2. PACF atau Partial Autocorrelation Function yaitu fungsi yang menunjukkan besarnya korelasi parsial antara pengamatan pada waktu ke t dengan pengamatan-pengamatan pada waktu-waktu sebelumnya. Menurut Hendranata 2003, Model Box-Jenkins ARIMA dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu model autoregressive AR, moving average MA, dan model campuran ARIMA autoregressive moving average yang mempunyai karakteristik dari dua model pertama. 1. Autoregressive Model AR Bentuk umum model autoregressive dengan ordo p ARp atau model ARIMA p,0,0 dinyatakan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara dengan, μ = suatu konstanta = parameter autoregresif ke-p e t = nilai kesalahan pada saat t 2. Moving Average Model MA Bentuk umum model moving average ordo q MAq atau ARIMA 0,0,q dinyatakan sebagai berikut: dengan, μ = suatu konstanta θ 1 sampai θ q adalah parameter-parameter moving average e t-k = nilai kesalahan pada saat t – k 3. Model campuran a. Proses ARMA Model umum untuk campuran proses AR1 murni dan MA1 murni, misal ARIMA 1,0,1 dinyatakan sebagai berikut: atau AR1 MA1 dengan, B = backward shift b. Proses ARIMA Apabila nonstasioneritas ditambahkan pada campuran proses ARMA, maka model umum ARIMA p,d,q terpenuhi. Persamaan untuk kasus sederhana ARIMA 1,1,1 adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara pembedaan AR1 MA1 pertama Peramalan menggunakan jaringan syaraf tiruan feedforward umpan maju atau dengan algoritma backpropagation yang dilakukan oleh Bambang dan Budi 1999 terhadap prediksi harga saham semen gresik pada pasar modal indonesia. Didapat kesimpulan bahwa hasil prediksi mendekati data aslinya. Dengan membandingkan tingkat keakuratan jaringan syaraf tiruan Backprogation dan metode GARCH1,1 dalam bentuk Means Absolute Deviation MAD dan Means Square Error MSE, Halim dan Wibisono 2000, melakukan peramalan nilai tukar rupiah terhadap 4 mata uang asing terhadap dollar AS. Diperoleh hasilnya bahwa dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation memiliki hasil yang lebih baik dalam meredam error yang terjadi akibat adanya perubahan mendadak pada data non stasioner dan non homogen, seperti terlihat pada perbandingan plot residual vs order, walaupun terkadang MAD maupun MSE-nya tidak lebih baik dari metode GARCH1,1 yang mampu memberikan fitting yang cukup bagus untuk heteroskedastik time series. Penggunaan jaringan syaraf tiruan backpropagation untuk prediksi support level dan resistance level pada forex trading yang dilakukan oleh Wicaksono 2009 memberikan hasil prediksi dengan nilai MAPE 3 - 4,5 dan tingkat akurasi mencapai 95,5.

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Peramalan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Tahun 2014 dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Model Backpropagation

9 94 77

Prediksi Trend Foreign Exchange Euro Terhadap Dollar Amerika Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

5 50 94

Analisis peramalan pendaftaran siswa baru menggunakan metode seasonal arima dan metode dekomposisi: studi kasus lembaga bimbingan belajar SSC Bintaro

9 57 94

Peramalan Kurs Rupiah terhadap Dolar dengan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik

0 6 49

PERBANDINGAN METODE ARIMA (BOX-JENKINS) DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN (JST) BACKPROPAGATION SEBAGAI METODE PERAMALAN RATA-RATA TEMPERATUR BUMI.

3 6 34

PERBANDINGAN METODE GRADIENT DESCENT DAN GRADIENT DESCENT DENGAN MOMENTUM PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN KURS TENGAH RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA.

0 1 14

PEMODELAN FORECASTING CONTAINER THROUGHPUT DENGAN METODE ARIMA-BOX JENKINS, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN HYBRIDA ARIMA-BOX JENKINS-JARINGAN SYARAF TIRUAN

0 0 6

Prediksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia dengan Menggunakan Metode ARIMA Box-Jenkins dan Jaringan Syaraf Tiruan

0 0 8

Peramalan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Dolar Tahun 2017 dengan Menggunakan Metode Arima Box-Jenkins

0 7 9

Menentukan tingkat perbandingan optimal parameter metode jaringan syaraf tiruan Backpropagation dan metode deret berkala Box jenkins (arima) sebagai metode peramalan curah hujan (studi kasus: data curah Hujan BMKG Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makas

0 2 88