Kajian Terdahulu KAJIAN PUSTAKA

2.2 Kajian Terdahulu

Pada bagian ini akan membahas tentang penelitian kesantunan berbahasa yang telah dilakukan pemerhati bahasa atau peneliti- peneliti linguistik sebelumnya. Penelitian kesantunan berbahasa yang akan dibahas pada bagian ini adalah penelitian yang berkaitan dengan kajian pragmatik.. Informasi yang diperoleh dari kajian pustaka berupa data, konsep, teknik, dan pendekatan diharapkan dapat memperjelas posisi penelitian ini. Di bawah ini beberapa penelitian yang telah dilakukan para peneliti bahasa sebelumya, seperti. Rahadi 2005 berusaha menyingkap seluk- beluk kesantunan pada pemakaian tuturan imperatif dalam kegiatan bertutur. Kesantunan adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial di antara para penutur dan hubungan peran mereka di dalam suatu masyarakat. Adapun aspek kesantunan yang dikaji dalam buku ini meliputi wujud, peringkat, dan faktor penentunya. Studi kesantunan berbahasa diharapkan dapat menopang lancarnya komunikasi dan interaksi lintas budaya. Dengan mengetahui ketentuan- ketentuan dan batasan- batasan dari kesantunan dalam praktik bahasa Indonesia, anggota masyarakat bahasa akan dapat lebih mudah membina relasi dan menjalin kerjasama di dalam membangun komunikasi dan interaksi dengan sesamanya. Simpen 2008 dalam desertasinya yang berjudul Kesantunan Berbahasa Pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur memiliki tujuan penelitian untuk menemukan, mendeskripsikan, dan menganalisis satuan verbal yang digunakan Universitas Sumatera Utara sebagai kesantunan, menemukan faktor- faktor yang mempengaruhi kesantunan, makna kesantunan, unsur suprasegmental yang mempengaruhi kesantunan dan unsur paralinguistik yang menyertai kesantunan. Metode yang digunakan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data, serta metode dan teknik penyajian hasil analisis. Data dikumpulkan dengan metode observasi terlibat aktif dan wawancara dengan teknik pancingan, pencatatan dan perekaman. Data yang terkumpul diklasifikasi berdasarkan jenis, bentuk dan variabel penentu. Hasil analisis memperlihatkan bahwa kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera menggambarkan ideologi yang dijadikan dasar kesantunan berbahasa. Satuan verbal yang digunakan untuk kesantunan yang berbentuk kata, gabungan kata, kalimat dan peribahasa. Kesantunan berbahasa dipengaruhi oleh faktor status, jenis kelamin, usia dan hubungan kekerabatan. Makna kesantunan merefleksikan latar budaya yang dianut penutur dengan berorientasi pada sistem kepercayaan, hubungan kekerabatan, stratifikasi sosial, dan sistem pernikahan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa sampai saat ini penutur bahasa Kambera masih memegang teguh prinsip hidupnya. Prinsip hidup itu tertuang dalam ideologi yang mereka sebut Hopu li li witi – Hopu li la kunda ‘akhir dari segala pembicaraan – akhir dari segala ‘pintalan’. Satuan verbal yang digunakan kesantunan berbentuk kata, gabungan kata, kalimat dan peribahasa. Minda 2008 dalam disertasinya yang mengambil kajian pragmatik juga menganalisis masalah kesantunan berbahasa. Judul penelitian desertasinya adalah Universitas Sumatera Utara Kesantunan Linguistik Dalam Ranah Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Yang menjadi masalah penelitian di dalam desertasi ini adalah ingin mengetahui, mendiskripsi, dan menganalisis bagaimana realisasi kesantunan linguistik dalam meminta penjelasan, bagaimana realisasi kesantunan linguistik dalam memberikan pendapat, dan bagaimana realisasi kesantunan linguistik yang digunakan di dalam rapat dewan dapat memisahkan politic behavior dari polite behavior. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model rancangan etnografi komunikasi. Data diambil berupa data lisan yang berasal dari rapat komisi, serta data tulisan yang berasal dari rapat paripurna. Teknik yang digunakan adalah teknik observasi non- parsipatoris, dokumentasi, dan rekam. Dari data ditemukan bahwa kesantunan linguistik di dalam tindak tutur meminta penjelasan dilakukan dengan cara mendeklarasikan keadaan ‘tidak tahu’ dan ‘tidak dapat informasi’ yang secara pragmatik bermakna meminta penjelasan. Di dalam tindak tutur memberikan pendapat, penggunaan modus interogatif secara pragmatik bermakna mengemukakan pendapat tidak setuju secara tidak langsung. Realisasi politic behavior di rapat dewan menggunakan ujaran- ujaran yang mengikat secara sosial dan ujaran- ujaran yang bersifat formulaik. Contoh penggunaan pronomina yang mempertahankan ingroup terpisah dari outgroup pronomina ‘kami’ digunakan untuk menggantikan pronomina ‘saya’ , penggunaan pemarkah kesantunan secara formulaik ‘tolong’ dan ‘mohon’. Realisasi polite behavior di Universitas Sumatera Utara rapat dewan memberi upaya lebih dalam memenuhi aspek pengawasan, menggunakan ujaran tidak langsung, menggabungkan in-group dan out-group pronomina, seolah- olah memberi pilihan, melemahkan ujaran. Saleh 2009 dalam disertasinya yang berjudul Representasi Kesantunan Berbahasa Mahasiswa Dalam Wacana Akademik: Kajian Etnografi Komunikasi Di Kampus Universitas Negeri Makasar bertujuan mendeskripsikan dan mengeksplanasi kesantunan berbahasa mahasiswa melalui: 1 wujud kesantunan berbahasa mahasiswa dalam wacana akademik; 2 fungsi kesantunan berbahasa mahasiswa dalam wacana akademik; 3 strategi kesantunan berbahasa mahasiswa dalam wacana akademik. . Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan ancangan teori etnografi komunikasi, teori tindak tutur, dan teori kesantunan berbahasa. Data penelitian terdiri atas data tuturan dan catatan lapangan. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik perekaman, observasi, wawancara, dan transkripsi. Analisis data dilakukan melalui empat prosedur utama, yakni: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulanverifikasi. Berdasarkan analisis data, ditemukan keragaman wujud, fungsi, dan strategi kesantunan berbahasa sebagai berikut. Wujud kesantunan berbahasa mahasiswa dalam wacana akademik secara deskriptif direpresentasikan melalui dua wujud penggunaan bahasa. Pertama, penggunaan diksi, meliputi: 1 penamaan diri, 2 penggunaan kata ganti, 3 penggunaan gelar, 4 penggunaan respon mengiyakan, dan 5 penggunaan diksi informal. Kedua, penggunaan tuturan, meliputi: a tuturan Universitas Sumatera Utara dengan modus deklaratif; b tuturan dengan modus imperatif; dan c tuturan dengan modus interogatif. Strategi kesantunan berbahasa mahasiswa dalam wacana akademik direpresentasikan secara deskriptif melalui tiga kategori strategi. Pertama , strategi kesantunan positif direpresentasikan melalui: 1 strategi peng-hormatan; 2 strategi memberi penghargaan; 3 strategi memenuhi ke-inginan mitra tutur; 4 strategi meminta pertimbangan; 5 strategi ber-tanya; 6 strategi melipatgandakan simpati; 7 strategi memberi perhati-an; 8 strategi mencari persetujuan; dan 9 strategi merendahkan diri. Kedua, strategi kesantunan negatif, direpresentasikan melalui: 1 strategi menghindari perselisihan; 2 strategi bertanya balik; 3 strategi membiar- kan mitra tutur; 4 strategi bersikap pesimis; 5 strategi impersonalitas atau jarak; 6 strategi bersikap patuh; 7 strategi menghindari berasumsi; dan 8 strategi meminta maaf. Ketiga, strategi off-record, direpresentasikan melalui: 1 strategi bertutur samar-samar; 2 strategi memberi isyarat; 3 strategi bertanya retoris; dan 4 strategi menghindari pemaksaan. Keempat hasil penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian kesantunan berbahasa ini, yaitu dari segi kajian bahwa keempat penelitian di atas memakai kajian sosiopragmatik dan pragmatik yang sangat berkaitan. Di dalam buku Rahadi 2005 terdapat pembahasan kesantunan Brown dan Levinson serta beberapa aplikasinya. Begitu pula dengan penelitian disertasi Minda 2008 menggunakan teknik rekam dan catat. Dari konsep, teori, metode dan teknik juga terdapat persamaan dengan penelitian Simpen 2008. Dari penelitian Saleh 2009 terdapat Universitas Sumatera Utara pembahasan tentang strategi kesantunan positif dan negatif. Walaupun penelitian ini tidak mengkaji sedalam buku dan ketiga disertasi di atas, diharapkan juga hasil penelitian ini tidak jauh dari hasil penelitian sebelumnya.

2.3 Kerangka Konsep