Makam T Amir Hamzah Festival Azizi

Semenjak berdirinya, lanjut Basyiruddin, masjid ini pernah direnovasi beberapa kali, yaitu pada tahun 1929, 1936, 1967, 1981, dan terakhir pada tahun 1991. Untuk pendanaan, sepenuhnya bersumber dari sumbangan dan swadaya masyarakat yang peduli dengan kelestarian masjid yang merupakan aset sejarah Kabupaten Langkat ini.Semenjak tahun 1991 hingga 2008, tidak pernah lagi diadakan renovasi. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi bangunan yang masih bagus dan pendanaan yang juga terbatas. Saat ini pengelola masjid hanya sebatas melakukan pemeliharaan rutin, seperti pengecatan dinding-dinding masjid, pergantian lampu penerangan yang sudah mulai mati, dan perawatan saluran air untuk kelancaran berwudhu bagi para jemaah. Meski sudah tak seaktif dulu lagi, namun bangunan ini kerap membuat kagum para pengunjungnya. Karena keindahan arsitektur bangunannya yang komplit. Di dalam Masjid, replica tulisan kaligrafi ala Timur Tengah begitu kental dan motif serta menunjukan khas Malayu yang begitu kuat, Dan sampai saat inipun, bangunan tua ini tetap digemari oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Tak jarang, turis asing yang ingin berwisata ke Aceh NAD terlebih dahulu singgah di masjid ini. Apalagi, turis Malaysia yang sangat erat hubungannya dengan Kesultanan Langkat, setiap tahun sekali di masa Haul Tuan Guru Besilam, mereka selalu berkunjung ke Masjid ini untuk berwisata. Sejak kemerdekaan Repoblik Indonesia tahun 1945 lalu, masjid ini resmi dijadikan tempat ibadah tanpa memasukan unsur-unsur politis di dalamnya. Sejak Indonesia merdeka, bangunan ini resmi menjadi masjid sampai sekarang.

4.1.1 Makam T Amir Hamzah

Universitas Sumatera Utara Saat kita memasuki gerbang pagar beton Masjid Azizi dan berjalan sekitar belasan meter ke arah sebelah kiri, tampak menjulang gagah menara masjid setinggi sekitar 60-an meter. Masjid ini berikut perkarangannya mampu menampung 2.000 orang jemaah. Sedangkan sebelah kanan terhampar halaman rumput luas yang di tengahnya terdapat empat makam pahlawan Langkat yang masih berdarah Sultan yaitu T Harun Azis Bin Sultan Abdul Aziz Abdul Djalil Rachmad Shah wafat saat revolusi tahun 1946, T Abdurrahman wafat 1909, T Soelaiman bin Tengku Syahruddin bin Tengku Al Haj Aminulah dibunuh saat huru-hara 1946 dan di sampingnya T Rusian bin T Ahmad Alfatiha. Sedangkan di halaman samping kanan masjid juga terlihat kuburan sang pujangga “religius” sekaligus pahlawan bangsa terkenal, T Amir Hamzah. Makam ini kondisinya cukup terawat. Tengku Amir merupakan sastrawan angkatan Pujangga Baru yang dikenal lewat beragam karyanya antara lain Buah Rindu, Bhagawad Gita dan Nyanyi Sunyi. Selain dikenal sebagai sastrawan Amir Hamzah juga dikenal sebagai ahli Sufi, yang bekas bekasnya bias dilihat dari banya karangannya. Di sebelah kiri kuburan keluarga T Amir Hamzah, kita pun melewati pagar tembok dan begitu memasuki sisi kanan masjid, bersemayam tiga makam dari Kesultanan Langkat yang memerintah negeri Melayu. Mereka yaitu Tengku Sultan H Musa, Tengku Sultan Abdul Aziz dan Tengku Sultan Mahmud yang dikelilingi makam anak dan cucunya.Semua makam ini putih bersih bagaikan kapas dan sudah dipagar khusus.

4.1.2 Festival Azizi

Setiap tahun wafatnya haul Tuan Guru “Besilam Babussalam” Syeikh Abdul Wahab Rokan, tercatat pada penanggalan tahun ArabHijriyah, masjid ini berfungsi sebagai wisata religius umat Islam di seluruh tanah air bahkan umat Islam dari negara-negara Asia Tenggara, seperti, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand. Syeikh ini dikenal sebagai ulama Universitas Sumatera Utara yang menyebarkan “Tariqat Naqsabandiah” yang memilki pengikut tersebar dari Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi hingga negara-negara di Asia Tenggara tersebut. Jatuhnya peringatan haulnya syeikh itu juga bertepatan dengan eventFestival Azizi yang rutin setiap tahunnya diselenggarakan di masjid ini. Perlombaan-perlombaan pada festival ini seperti marhaban, berzanzi, azan, pemilihan dai cilik, baca puisi religius juga pameran dan bazar. Disaksikan para pengunjung atau wisatawan dalam dan luar negeri yang tumpah ruah datang ke Kota Tanjungpura. Festival bernuansa Islami itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Masjid Azizi dan sejarahnya. Hanya karena bertempat di Masjid Azizi, maka disebut Festival Azizi Keanggunan dan keindahan Masjid Azizi ini memang tak diragukan lagi. Pelancong dari berbagai negara menjadikan Masjid Azizi sebagai tempat wisata rohani. Sayang keberadaan masjid ini masih belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Seperti dikatakan Bahrum, pihak kenaziran berharap pemerintah Kabupaten Langkat diharapkan dapat merenovasi kembali masjid berusia lebih seratus tahun ini. Bantuan terakhir yang diterima kenaziran dari Pemkab Langkat lima tahun lalu. Jumlahnya Rp 200 juta untuk pengecatan Masjid Azizi Kita sudah ajukan permintaan bantuan lagi, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan direalisasikan. Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Langkat H Abdul Aziz mengakui sampai saat ini, Pemkab belum berencana memberi bantuan perawatan pada Masjid Azizi. Menurut Aziz, sejak tahun 1981 hingga 2001 sejumlah bantuan telah diterima baik dari Pemkab, Pemprovsu dan Pemerintah Pusat maupun donatur lainnya. Universitas Sumatera Utara Sejauh ini memang belum ada rencana untuk merenovasi bangunan masjid. Karena kami menilai kondisi masjid utama masih bagus. Penerangan baik di dalam maupun di luar masjid sudah cukup. Perpustakaan dan tempat parkir masih terawat. Menilik Sejarah dan kisah yang menyertainya, seharusnya bangunan tua nan megah itu tidak cukup hanya dikagumi. Atau sekadar menjadi tempat yang dibanggakan tanpa dimaknai apa-apa. Hendaknya, bangunan Masjid Azizi mampu menjadi contoh bagaimana berbagai perbedaan budaya bisa hidup berdampingan dengan tenang, bahkan saling menguatkan.

4.2 Upaya dan Usaha Pengembangan Masjid Azizi di Kabupaten Langkat