BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Langkat merupakan salah satu Daerah Tujuan Pariwisata DTW primadona di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Pemerintah telah mencanangkan sektor pariwisata sebagai sektor
andalan dalam pemasukan devisa negara. Hal ini sangat tepat karena Indonesia memiliki sumber daya alam, budaya, serta peninggalan sejarah yang sangat potensial dan banyak dikagumi oleh
wisatawan. Hal ini juga didukung dengan sumber daya manusia yang sangat besar. Tentunya dengan pengelolaan yang efektif dan efisien pariwisata dapat menjelma menjadi suatu aset yang
paling berharga di Negara kita tang tercinta ini. Untuk mengembangkan pariwisata itu sendiri tidak mungkin dilakukan dalam waktu
yang relatif singkat dan hanya dengan kerja sama beberapa pihak saja. Perkembangan pariwisata perlu dengan perencanaan yang matang. Sehingga dalam pelaksanaannya dapat terlaksana
dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian kertas
karya dengan judul “Pengembangan Masjid Azizi Sebagai objek Wisata Religi di Kabupaten Langkat”.
Penulis melihat sedikit 4 tantangan terhadap pengembangan pariwisata, yakni: 1.Premanisme
Dalam sebuah sambutannya di Namusira-sira pada Desember 2008 lalu, Bupati Langkat saat itu, Yunus Saragih, mengatakan hendaknya premanisme dalam segala bentuk harus bersih
dari tempat wisata.
1
Universitas Sumatera Utara
2.Kebiasaan Buruk Sebahagian warga masyarakat mempunyai kebiasaan buruk mengotori lingkungan
pariwisata, yakni membuang sampah dan kotoran, baik dari manusia maupun industri, ke sungai atau aliran-aliran air lainnya. Kalau kita melintas di sepanjang sebuah sungai, misalnya di aliran
Sungai Wampu atau Sungai Bingei, kita akan melihat WC-WC bersusun di sepanjang bantaran sungai. Rumah-rumah dibangun dengan membelakangi sungai.
Untuk pengembangan pariwisata, kebiasaan buruk ini harus diubah atau dihilangkan. Rumah-rumah warga harus dibangun dengan menghadap sungai. Sampah-sampah dan kotoran
tidak boleh dibuang ke sungai tapi ditempat pembuangan sampah untuk kemudian ditimbun atau dibakar. WC-WC harus dibuat jauh dari sungai atau sumber air demi kesehatan dan keindahan.
3.Distorsi Budaya Lokal Budaya-budaya lokal bisa hilang dengan masuknya budaya-budaya asing yang masuk
bersama para wisatawan mancanegara. Ini bisa mengakibatkan pergesekan atau benturan budaya, yang juga berpotensi merusak keamanan dan ketertiban lokasi pariwisata. Untuk meredam ini,
solusinya adalah menghadirkan budaya-budaya tradisional atau masyarakat setempat sebagai penarik. Dengan demikian perekonomian warga dan pemerintah meningkat, begitu juga
kebudayaan tradisional daerah setempat.
4.Pembalakan Liar Dalam konteks wilayah Kabupaten Langkat, penghentian pembalakan liar illegal
logging mutlak harus dilakukan. Primadona pariwisata Langkat, seperti Bukit Lawang dan Tangkahan sangat mengandalkan hutan gunung Leuser dan alam di sekitarnya. Pembalakan liar
Universitas Sumatera Utara
akan mengakibatkan hilangnya habitat hewan-hewan liar, seperti orang utan, dan menghancurkan ekosistem sungai.
Dalam pengembangan pariwisata, perlu diadakannya renovasi atau perbaikan atas peninggalan bangunan bersejarah yang telah memudar keindahannya. Seperti Masjid Azizi di
Kabupaten Langkat.Semenjak tahun 1991 hingga 2008, tidak pernah lagi diadakan renovasi. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi bangunan yang masih bagus dan pendanaan yang juga
terbatas. Saat ini pengelola masjid hanya sebatas melakukan pemeliharaan rutin, seperti pengecatan dinding-dinding masjid, pergantian lampu penerangan yang sudah mulai mati, dan
perawatan saluran air untuk kelancaran berwudhu bagi para jemaah
1
.2 Batasan Masalah
Adapun masalah dalam kertas karya ini adalah apakah upaya pemerintah dan masyarakat setempat dalam pengembangkan objek wisata Masjid Azizi di Kabupaten Langkat.
1.3 Tujuan Penulisan