BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Perkembangan Karet
Karet alam adalah suatu senyawa hidrokarbon C dan H yang merupakan makromolekul isoprena yang bergabung membentuk poliisoprena. Tanaman karet
Havea Brasiliensis yang asalnya dari Brazil, Amerika Selatan, tumbuh secara liar di lembah-lembah Amazon Setyamijaja, 1993.
Pada tahun 1493, Michele De Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dulu dikenal sebagai Benua Baru. Dalam perjalanan ini
ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon ini hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli
mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantulkan. Penduduk Indian
Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut dengan cara yang sangat sederhana Setyamidjaja, 1993.
Sejak saat itu, karet mulai menarik perhatian ahli untuk diteliti. Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam karet tersebut agar
dapat digunakan untuk membuat alat yang berguna untuk kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya ditemukan cara baru untuk
mengambil getah karet tanpa harus menebangnya, tetapi dengan melukai kulit batangnya dimana cara ini lebih efisien dan getah karet dapat diambil berkali-kali.
Setyamidjaja, 1993.
Universitas Sumatera Utara
Orang-orang di Benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk aneka barang keperluan sehari-hari seperti pakaian tahan air, alas penutup barang
agar tidak basah tersiram air, botol karet, karet penghapus, dan barang lainnya. Kemudian Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet dengan
mencampur karet dengan belerang, lalu dipanaskan pada suhu 120-130
Tanaman karet dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda dimana tanaman karet yang pertama kali ditanam di kebun percobaan pertanian
Kebun Raya Bogor. Ternyata pertumbuhan tanaman karet ini sangat memuaskan sehingga mulai dibudidayakan di perkebunan-perkebunan. Dan sejak saat itu
tanaman karet ditanam secara besar-besaran dan mengalami perluasan yang sangat cepat.
C, dimana dengan cara ini semakin banyak sifat karet yang diketahui untuk dapat
dimanfaatkan. Berawal dari sini, karet mulai banyak dicari orang untuk aneka barang keperluan dan juga memungkinkan orang untuk mengolah karet menjadi
ban Setyamidjaja, 1993.
Karet alam merupakan komoditi perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam lingkup kehidupan perekonomian nasional dan internasional.
Banyak masyarakat yang hanya hidup dengan mengandalkan komoditi karet, karet tidak hanya tidak hanya dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar milik
Negara tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Hasil devisa Negara yang diperoleh dari tanaman karet cukup besar. Bahkan sejak perang Dunia II hingga
tahun 1996 Indonesia merupakan Negara penghasil karet alam nomor satu didunia. Dan mengalahkan Negara asal tanaman tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Getah yang dihasilkan tanaman karet atau disebut dengan lateks dapat diolah menjadi bahan baku karet alam seperti crepe, sheet, crumb rubber, lateks
pekat dan lain-lain dan masih diusahakan secara sederhana sehingga mutu karet sangat memprihatinkan. Akibatnya yang lebih buruk, harga jual karet menjadi
rendah dan tingkat kepercayaan konsumen menurun. Industri karet dunia menilai berkembang pada abad XIX, dengan dorongan
utama berasal dari pembaharuan teknologi. Pertumbuhan industri karet alam pada permulaan abad XX dibantu oleh munculnya produksi karet rakyat yang mampu
memberikan penawaran yang berjalan sejajar dengan permintaan. Hal ini karena dorongan pada akhir tahun 1920-an dan permulaan tahun 1930-an, ekonomi dunia
secara drastis mengurangi permintaan karet untuk industri motor dan akibatnya terjadilah kelebihan kapasitas.
2.2. Lateks