Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban

Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . yang dinyatakan dan digambarkan secara formal, didukung oleh organisasi pemerintahan, yang membentuk sanksi, ataupun hukuman yang negatif bagi para pelanggarnya. 3. Aspek-aspek rohani dari kebudayaan. Religi adalah suatu sistem kepercayaan dan upacara-upacaranya yang terdapat dalam setiap kebudayaan manusia. Magic adalah segala sisrem perbuatan dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan- kekuatan gaib yang ada di alam. Sedangkan religi adalah segala sistem perbuatan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri pada kemauan dan kekuasan makhluk-makhluk halus ruh, dewa-dewa yang menempati alam. Unsur-unsur pokok dari religi: 1. Emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia berlaku serba religi. 2. Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam gaib, hidup, maut dan sebagainya. 3. Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan tersebut. 4. Kelompok-kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi serta sistem upacara-upacara keagamaannya.

2.6. Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban

Kebudayaan di suatu masyarakat berbeda dengan masyarakat lainnya. Kebudayaan masyarakat yang telah mencapai perkembangan teknologi yang lebih tinggi disebut peradaban civilization. Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . Dalam Mubarok 2005: 10 sivilasi civilization berasal dari bahasa Latin yaitu civis. Arti civis secara bahasa adalah warga negara civitas: negara kota, dan civilitas: kewarganegaraan. Peradaban adalah bentuk kebudayaan yang paling ideal dan puncak sehingga menunjukkan keadaban madaniyah, kemajuan taqaddum dan kemakmuran ‘umran suatu masyarakat Nurhakim, 2004: 4. Dalam bahasa Arab terdapat tiga kata yang dipandang sepadan dengan peradaban yaitu a 泣-泣aqafat, al-ha危 rat, at-tamaddun Mubarok, 2005: 17. Dalam konteks jazirah ‘Arabia, peradaban berkaitan erat dengan pola hidup menetap a 泣-泣aqafat di suatu tempat sehingga pola hidup bermasyarakat tampak hadir al-ha 危arat di tempat itu Mubarok, 2005: 18. Teori Sutan Takdir Alisyahbana tentang kebudayaan yang menyebutkan bahwa kebudayaan adalah cara, aturan, dan jalan hidup manusia peneliti jadikan teori untuk meneliti peran Piagam Madinah terhadap masyarakat Madinah ditinjau dari perspektif kebudayaan dan pendapat Soemardjan dan Soemardi peneliti jadikan teori kedua untuk mendukung teori pertama. Aturan masyarakat yang terdapat pada Piagam Madinah, misalnya terdapat pada pasal kedua Piagam Madinah yang berbunyi: al- muh jir na min quraisyin ‘al rib’atihim yata’ qal na bainahum, wa hum yafd na ‘ niyahum bil-ma’r fi wal-qis居i baina al-mu’min n “Artinya: Kaum Muhajirin dari Quraisy sesuai dengan keadaan kebiasaan mereka, bahu-membahu membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara yang baik.” Aturan yang terdapat pada pasal ini adalah berupa kewajiban masyarakat dari kaum Muhajirin berupa membayar diat denda yang disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku pada kaum tersebut. Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . Contoh lain yang berupa aturan pada Piagam Madinah adalah: wa anna yah da ban ‘aufin ummatun ma’al-mu min na. Lil yah da d nuhum wa lil muslim na d nuhum wa maw l him wa anfusuhum ill man zalama au a ima fa innahu l y tigu ill nafsahu wa ahla baitihi “Artinya: Bahwa orang-orang Yahudi Bani ‘Auf adalah satu umat dengan orang- orang beriman. Orang-orang Yahudi hendaknya berpegang pada agama mereka, dan orang-orang Islam pun hendaknya berpegang pada agama mereka pula, termasuk pengikut-pengikut mereka dan diri mereka sendiri, kecuali orang yang melakukan perbuatan aniaya dan durhaka. Orang semacam ini hanyalah akan menghancurkan dirinya dan keluarganya sendiri.” Pada bunyi Piagam ini terdapat aturan yang menyebutkan bahwa Yahudi satu umat dengan mu min. Tidak dibedakan hak antara Yahudi dan mu min walaupun berbeda agama. Kemudian disebutkan dalam kalimat selanjutnya bahwa Yahudi berpegang pada agama mereka. Ini berarti kebebasan beragama dibolehkan selama tidak berbuat aniaya dan melakukan perbuatan durhaka. Perbuatan aniaya dan durhaka hanya akan merugikan si pelaku dan keluarganya. Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Latar Belakang Lahirnya Piagam Madinah. Semenanjung Arab merupakan semenanjung barat daya Asia, sebuah semenanjung terbesar dalam peta dunia dengan luas wilayah 2.590.000 km 2 . Jazirah Arab merupakan daerah gurun pasir yang luas. Semenanjung ini dikelilingi air di tiga sisi dan padang pasir di satu sisi. Sebelah utata berbatasan dengan Palestina, Syam, dan Irak. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Pasi dan Teluk Oman. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Aden dan Lautan Hindia. Dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Babel Mandeb, Laut Merah, dan Terusan Suez. Sebagian besar Jazirah Arab terdiri dari padang pasir dan bukit-bukit batu. Semenanjung ini mempunyai dua padang pasir yang sangat luas, yaitu Nafud di utara dan Rub al-Kholi di selatan. Di samping bukit-bukit ada lembah-lembah yang luas dan sempit. Dilihat dari keadaan tanahnya, bumi Jazirah Arab dapat dibagi dua; yang subur dan yang tandus. Yang tandus dan kering jauh lebih luas. Udaranya panas dan sulit diperoleh air. Bagian yang subur terdapat di Yaman, Hadramaut, Nejd, dan Oman. Sekitar pegunungan di Yaman, Nejd, dan oman ada air yang mengalir. Temperatur udara berbeda-beda menurut keadaan tanah. Udar di tanah di pinggir laut sangat panas. Di sekitar pegunungan sangat panas di musim panas, sebaliknya sangat dingin di musim dingin. Ukuran panas bisa mencapai 43 C atau lebih. Daerah yang udaranya sedang terdapat di bagian lembah yang berair. Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . Negeri Arab terbagi atas lima bagian besar; Hijaz, Tihamah, Nejd, ‘Arut, dan Yaman. Masing-masing terdiri dari beberapa bagian. Hijaz, merupakan daratan yang memanjang dari utara ke selatan, sejajar dengan Laut Merah. Panjangnya 1500 km dan lebarnya 300 km. Di Hijaz terletak dua buah kota yang sangat mahsyur, yaitu Mekkah dan Madinah. Arabia dihuni oleh bangsa Arab yang termasuk rumpun bahasa Semit. Bangsa Semit adalah bangsa yang keturunannya berasal dari Sam Ibn Nuh a.s. Bahasa yang dipakai kelompok-kelompok bangsa Semit antara lain bahasa Arab, Ibrani, Suryani, Habsyi, Funiqi, Asyuri, dan, Arani. Sejarawan Arab membagi bangsa Arab atas dua bagian; al-‘Arab al- Baidah dan al-‘Arab al-Baqiyah. Arab Baidah adalah orang-orang Arab yang sebelum datang Islam sudah punah. Mereka adalah kabilah-kabilah ‘Ad, Samud, ‘Amaliqah, Thasam, Judais, Amim, dan Jurhum. Mereka disebut pula al-‘Arab al- ‘Aribah. Masing-masing kabilah ini pernah mempunyai kerajaan. Ada yang wilayah kekuasannya sampai ke Syam dan Mesir. Arab Baqiyah terbagi atas al- ‘Arab al-Qahthaniyah di Yaman, dan al-‘Arab al-‘Adnaniyah di Hijaz. Arab Adnaniyah adalah keturunan Ismail Ibn Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim pernah hijrah ke Mekkah dan menempati Mekkah serta membangun al-Bayt al- Haram, kemudian kembali ke Syam. Ismail kawin dengan Ra’lah binti Mudad Ibn ‘Amr al-Jurhumiy. Jurhum adalah Jurhum Ibn Qahthan, dan Qahthan adalah seluruh Arab Yaman. Seluruh orang Arab adalah keturunan Qahthan dan Ismail. Salah seorang keturuan Ismail adalah Fihr Ibn Malik. Pada masanya, Fihr atau Quraysy adalah pemimpin Mekkah. Dari padanya kabilah Quraysy berpangkal. Tiap orang dari keturunannya disebut Qurasyiyy. Sebelum dan pada saat Islam datang, kabilah Quraysy, selain menguasai perdagangan, mereka memegang kewenangan mengatur urusa-urusan haji yang berlaku waktu itu di Mekkah. Abdullah Ibn Abdul Muthalib, ayahanda Muhamad SAW, dan Aminah binti Wahab Ibn ‘Abd Manaf, ibunda beliau, brasal dari keturunan yang sama, yakni Quraysy atau Fihr Ibn Malik. Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . Selain bangsa Arab, di Jazirah Arab, antara lain di Madinah, berdiam bangsa Yahudi. Dilihat dari Geografi, bangsa Yahudi adalah tetangga bangsa Arab. Dari sisi ras, kedua bangsa ini berasal dari rumpun yang sama, yaitu rumpun Semit. Kota Mekkah terletak di Hijaz, di lembah yang dikelilingi bukit-bukit. Kota ini menjadi tempat persinggahan kafilah-kafilah dagang, terutama antara Yaman di bagian selatan Jazirah dan Palestina di sebelah utara Jazirah. Mereka berhenti di tempat ini sambil beristirahat. Diantara daya tarik kota ini ialah adanya sumur Zamzam. Di sini pula terletak Ka’bah yang dibangun oleh nabi Ibrahim. Tiap musim haji kota ini ramai dikunjungi peziarah dari berbagai pelosok Jazirah. Kabilah Quraysy adalah kabialh yang paling akhir menguasai Mekkah sebelum Islam lahir. Kabialh ini terbagi dua kelompok besar; kelompok Quraysy al-Bathah bertempat di dalam kota Mekkah dan kelompok Quraysy al-Zhawahir di sekeliling kota Mekkah. Masing-masing kelompok terdiri dari kelompok- kelompok yang lebih kecil, yaitu famili-famili keluarga-keluarga dan qaum- qaum clan-clan. Terjadi pula kelompok-kelompok menurut tokoh dan alur keturunannya, seperti kelompok Bani Hasyim dan Bani Syams. Antar kelompok sering terjadi perselisihan. Kabilah Quraysy memberikan perhatian besar terhadap urusan haji yang meliputi: Al-Sadanah, mengenai urusan memegang kunci dan menyelimuti Ka’bah. Al-Siqayah, penyediaan air minum bagi peziarah. Al-Rifadah, urusan pengumpulan makanan dari warga Mekkah dan membagikannya bagi peziarah. Urusan-urusan tersebut sering mereka perebutkan. Madinah terletak di bagian utara Hijaz, 300 mil sebelah utara Mekkah. Madinah adalah daerah oasis penghasil kurma unggul dan gandum. Sejak masa ‘Amaliqah, kota ini ramai dikunjungi peziarah dan pedagang. Dalam perjalanan dari Mesir ke Palestina pada tahun 1225 SM, sebagai, nomad, orang-orang Yahudi singgah dan berdiam di Sinai sekitar 40 tahun. Saat itu Nabi Musa kawin dengan perempuan Arab. Kemudian setelah Palestina Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . dikuasai Romawi, Raja Titus menghancurkan Yerussalem pada tahun 70 M, banyak orang Yahudi Palestina hijrah dan menetap di Madinah. Kelompok asli bangsa Yahudi yang ada di madinah dan yang terkenal ada tiga kabilah, yaitu Bani Qaynuqa’, Bani Qurayzhah, dan Bani Nadir. Setelah itu, dalam keadaan miskin, orang-orang ‘Aws dan Khazraj dari bani Azad dan Qahtahniyah di Yaman tiba di Madinah. Kemudian diantara mereka ada yang menjadi orang-orang terkemuka di Madinah. Sementara itu, suku ‘Aws dan Khazraj sering berebut pengaruh dan bemusuhan. Sesuai dengan sifat tempat hidup bangsa Arab, penghuni Jazirah Arab dapat dibagi atas dua golongan: 1. Penduduk Badui nomadic bedouins Orang-orang Badui adalah mereka yang hidup di gurun-gurun Sahara. Mereka mempunyai kebiasaan hidup berpindah-pindah nomad, senang hidup bebas dan suka berperang. Mereka merupakan bagian terbesar dari penghuni Arabiah. Di Hijaz, misalnya, lima per enam dari penghuninya adalah nomadic. Tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda. Mereka memelihara dan mengembangbiakkan ternak, terutama unta, yang termasuk basis ekonomi padang pasir. Di samping itu, mereka senang berburu dan merampok. Perampokan ghazwrazzia yang timbul atau dilatarbelakangi kondisi kehidupan padang pasir merupakan bagian dari kebiasaan mereka dalam memperoleh sumber dan bahan penghidupan. 2. Penduduk Kota settled folk Arab hadar settled folk adalah mereka yang hidup di kota-kota, seperti kota- kota di Yaman, kota Mekkah dan Madinah. Pada dasarnya, mereka hidup menetap, kecuali kalau terdesak keadaan, seperti terusir oleh kelompok lain. Sumber penghidupan mereka yang utama adalah berdagang dan bertani. Kota Mekah, yang tidak beroasis, kehidupan penduduknya terutama dari berdagang. Kabilah Quraysy, pada masa sebelum dan saat Nabi mengajarkan Islam, menguasai perdagangan ke berbagai penjuru, diantaranya yang sangat penting ke arah selatan Yaman dan ke arah utara Syam. Madinah, yang terdapat Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . banyak oasis, penduduknya hidup terutama dari dagang dan bertani. Oasis- oasis di Khaybar dikuasai orang-orang Yahudi. Sampai ke masa mulai diturunkannya Al-Qur’an pada awal abad VII M, bangsa Arab pada umumnya tidak dapat membaca dan menulis ummiyyun. Hanya sebagian kecil penduduk kota yang pandai membaca dan menulis. Pengetahuan yang cukup banyak mereka ketahui adalah perbintangan. Dengan pengetahuan itu mereka dapat memperkirakan pergantian musim dan turun hujan. Dari pengetahuan ini pula mereka mengetahui arah perjalanan di tengah Sahara yang luas tanpa alat kompas. Di samping itu mereka mahir memahami bekas kaki. Pengetahuan tentang nasab atau keturunan merupakan kemahiran tersendiri. Hal ini pun didorong oleh kehidupan Sahara yang dihuni kabilah-kabilah yang berbeda-beda, dank arena itu mereka perlu mengetahui nasab masing-masing. Dan memang mereka sangat mengutamakan dan membanggakan silsilah keturunan. Orang-orang Arab Badui dan kota memiliki bahasa Arab yang fashahah murni, belum bercampur bahasa lain. Selain itu, banyak di antara mereka yang mahir menunggang kuda, kuat dan berani. Tetapi, sebagaimana umumnya kaum nomad, mereka miskin dan tidak mempunyai barang-barang hasil pertukangan produk industri, kecuali alat-alat sederhana yang diperlukan sekali dalam tahap kehidupan mereka. Mereka tidak meninggalkan bangunan-bangunan seperti rumah, kecuali mereka yang hidup menetap di kota, seperti Thaif, Mekah dan Madinah. Dalam hal kekeluargaan, banyak yang poligami tanpa batas, wanita bukan ahli waris, dan anak laki-laki janda ayahnya. Hubungan dengan keluarga dekat, seperti dengan anak saudara, anak paman, dan anggota lain dalam satu suku sangat kuat. Pemujaan terhadap pohon, batu, sumur, mata air dan benda-benda lain merupakan hal yang merata pada rumpun bahasa Semit. Agama mereka primitif dan animistik. Bangsa Arab sebagai salah satu bagian dari rumpun bahasa Semit, begitu pula keadaannya. Sumur Zamzam mereka anggap suci. Hajar Aswaddipuja sebagai batu bintang tempat dewa bertahta. Masa kemudian, patung Lata, Uzza dan Manat dianggap suci dan dipuja. Di samping itu, ada juga kepercayaan Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . terhadap makhluk halus seperti jin, si’lat, ‘ifrit, dan ghul. Itulah bentuk kepercayaan dan pemujaan di masa jahiliyah. Masa jahiliyah adalah periode waktu di Jazirah Arab tidak berlaku petunjuk Tuhan, tidak ada nabi, dan tidak mempunyai kitab samawiy. Mereka menyembah berhala yang dimulai oleh ‘Amr ibn Luhay. ‘Amr menempatkan patung yang diberinya nama Hubal di dekat Kabah dan mengajak kaumnya menyembah patung itu. Penyembahan terhadap berhala kemudian meluas di seluruh Jazirah Arab. Agama Yahudi terdapat di Arabia Selatan Yaman dan Yasrib Madinah. Pembawa agama ini antara lain Tubba’ yang datang dari Palestina ke Yaman setelah terlebih dahulu singgah di Yasrib. Penganut agama Yahudi di Yasrib terdiri dari bangsa Yahudi yang datang dari Palestina dan orang-orang Arab yang menganut agama ini. Komunitas Yahudi di Yasrib cukup kuat dan berpengaruh. Agama Kristen masuk Yaman melalui orang-orang Siria yang sudah terlebih dahulu memeluk agama Kristen. Sebelum dan sampai datang masa Islam, di jazirah Arab pernah berdiri beberapa kerajaan. Negara-negara itu ada yang musnah sebelum datangnya Islam, dan ada yang dalam keadaan lemah. Di negeri Arab bagian selatan pernah berdiri kerajaan Ma’in, Saba’ dan Himyar. Di utara Jazirah Arab berdiri kerajaan Hirah dan kerajaan Ghassan. Namun, kerajaan-kerajaan ini tidak ada yang menguasai Hijaz. Sebagian besar bangsa Arab hidup nomadik. Suku clan merupakan basis kehidupan masyarakat Badui. Loyalitas kepeda suku, yang disebut “asabiyah”, merupakan semangat dan pengikat dalam suku. Kepala suku dalam kabilah disebut “syaikh”. Kekuasaannya bergantung pada kualitas pribadinya dan dibatasi hasil kesepakatan kelompok laki-laki dewasa yang memberikan bahan pertimbangan bagi kebijakan. Perselisihan dalam suku diselesaikan dalam suku itu. Perselisihan antarsuku dapat diselesaikan lewat hakam arbitrer. Dalam pembunuhan atau pelukaan berlaku “hukum balas”. Famili, suku atau kabilah bertanggung jawab atas kematian pihak lain yang dilakukan anggotanya. Dan tiap anggota suku bisa dijadikan sasaran dalam pembalasan dendam. Hubungan Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009 . antarsuku dan tuntutan balas dendam adalah kewajiban komunitas suku atau kabilah. Dengan kabilah, solidaritas suku atau kabilah merupakan inti kehidupan lingkungan suku atau kabilah. Bangsa Arab suka perang; antar kelompok kecil , seperti antar suku, dan antar kelompok besar, seperti antar kabilah dan antar kelompok tokoh keturunan yang asalnya satu keturunan atau satu kabilah. Penyebab peperangan itu antara lain rebutan sumber penghidupan, khususnya sumber air dan padang rumput, dan rebutan kekuasaan. Piagam Madinah dibuat pada awal hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Piagam ini dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara Muhajirin, Ansar, dan kaum Yahudi. Pembentukan Piagam Madinah merupakan langkah ketiga yang dilakukan Nabi Muhammad SAW setelah pembangunan mesjid, dan mempersaudarakan kaum muslimin yaitu mempersaudarakan Muhajirin dan Ansar.

3.2. Peran Piagam Madinah terhadap Masyarakat Madinah Ditinjau dari Perspektif Kebudayaan