Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. antarsuku dan tuntutan balas dendam adalah kewajiban komunitas suku atau
kabilah. Dengan kabilah, solidaritas suku atau kabilah merupakan inti kehidupan lingkungan suku atau kabilah.
Bangsa Arab suka perang; antar kelompok kecil , seperti antar suku, dan antar kelompok besar, seperti antar kabilah dan antar kelompok tokoh keturunan
yang asalnya satu keturunan atau satu kabilah. Penyebab peperangan itu antara lain rebutan sumber penghidupan, khususnya sumber air dan padang rumput, dan
rebutan kekuasaan.
Piagam Madinah dibuat pada awal hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Piagam ini dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara Muhajirin,
Ansar, dan kaum Yahudi. Pembentukan Piagam Madinah merupakan langkah ketiga yang dilakukan
Nabi Muhammad SAW setelah pembangunan mesjid, dan mempersaudarakan kaum muslimin yaitu mempersaudarakan Muhajirin dan Ansar.
3.2. Peran Piagam Madinah terhadap Masyarakat Madinah Ditinjau dari Perspektif Kebudayaan
Peneliti menggunakan teori Sutan Takdir Alisyahbana untuk menganalisis Piagam Madinah. Sutan Takdir Alisyahbana mengemukakan beberapa pengertian
kebudayaan, yaitu: a kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-
unsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat; b kebudayaan adalah warisan sosial atau tradisi;
c kebudayaan adalah cara, aturan, dan jalan hidup manusia;
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. d kebudayaan adalah penyesuaian manusia terhadap alam sekitarnya dan cara-
cara menyelesaikan persoalan; e kebudayaan adalah hasil perbuatan atau kecerdasan manusia;
f kebudayaan adalah hasil pergaulan atau perkumpulan manusia Mubarok, 2005; 3.
Dari beberapa pengertian kebudayaan tersebut, peneliti menggunakan pengertian kebudayaan point ketiga yang menyebutkan bahwa kebudayaan adalah cara,
aturan, dan jalan hidup manusia. Naskah Piagam Madinah yang peneliti gunakan sebagai data primer
adalah naskah yang terdapat dalam buku Hay tu Muhammadin karangan
Muhammad Husain Haekal. Naskah Piagam Madinah dalam buku tersebut tidak dibagi menurut pasal-pasal. Dalam penelitian ini, peneliti membaginya menjadi
47 pasal untuk memudahkan penelitianpembahasan.
Bismill hirra
祈
m nirra
祈
mi Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”
H a kit bun min mu
祈
ammadin an-nabiyyi baina al- mu min na wal-muslim na
min quraisyin wa ya
泣
riba wa man taba’ahum fala
祈
iqa bihim wa j hada ma’ahum Artinya: “Surat perjanjian ini dari Muhammad – Nabi; antara orang-orang
beriman kaum Muslimin dari kalangan Quraisy dan Ya rib serta yang mengikut mereka.”
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Annahum ummatun wa
祈
idatun min d ni an-n si Artinya: “Bahwa mereka adalah satu umat, di luar golongan orang lain.”
Pada pasal pertama ini disebutkan bahwa kaum Muhajirin dan Ansar serta yang mengikut mereka adalah satu umat. Satu kesatuan. Pengertian umat dalam piagam
ini bukanlah merupakan suatu ikatan dalam komunitas keagamaan, tetapi mencakup seluruh wilayah Madinah, mengintegrasikan warga Ansar, Muhajirin
dan kaum Yahudi serta kelompok-kelompok lain dalam satu ikatan persatuan dan perdamaian serta keselarasan hidup.
Inilah aturan pertama yang terdapat dalam Piagam Madinah, yakni mengubah paham kesukuan yang hidup di kalangan suku-suku Arab yang ada di Madinah
saat itu dengan menjadikan mereka dalam komunitas masyarakat Madinah yang utuh dengan sebutan
ummah w hidah.
Al- muh jir na min quraisyin ‘al rib’atihim yata’ qal na bainahum wa hum
yafd na ‘ niyahum bil-ma’r fi wal-qis
居
i baina al- mu min na
Artinya: “Kaum Muhajirin dari kalangan Quraisy tetap menurut adat kebiasaan baik yang berlaku di kalangan mereka, bersama-sama menerima atau membayar
tebusan darah antara sesama mereka dan mereka menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang yang beriman.”
Pasal 2 Piagam Madinah menyebutkan kata “Muhajirin”, sebutan bagi semua orang Quraisy Mekah yang telah masuk Islam dan hijrah ke Madinah. Dinyatakan
bahwa golongan ini berpegang kepada kebiasaan lama mereka, berupa kebiasaan membayar diyat dan tawanan secara gotong royong di lingkungan keluarga atau
kelompok suku. Kebiasaan yang baik ini, dilestarikan dalam Piagam.
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Wa ban ‘aufin ‘al rib’atihim yata’ qal na ma’ qilahumul l , wa kullu
居
ifatin tufd ‘ niyah bil-ma’r fi wal qis
居
i baina al- mu’min na
Artinya: “Bahwa Bani ‘Auf adalah tetap menurut kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan
setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
.
W a ban s ’idah ‘al rib’atihim yata’ qal na ma’ qilahumul l , wa kullu
居
ifatin minhum tufd ‘ niyah bil-ma’r fi wal qis
居
i baina al- mu’min na
Artinya: “Bahwa Bani Sa’idah adalah tetap menurut kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan
setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
.
W a ban h ri
泣
‘al rib’atihim yata’ qal na ma’ qilahumul l , wa kullu
居
ifatin minhum tufd ‘ niyah bil-ma’r fi wal qis
居
i baina al- mu’min na
Artinya: “Bahwa Bani Haris adalah tetap menurut kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan
setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. W
a ban jusyam ‘al rib’atihim yata’ qal na ma’ qilahumul l , wa kullu
居
ifatin minhum tufd ‘ niyah bil-ma’r fi wal qis
居
i baina al- mu’min na
Artinya: “Bahwa Bani Jusyam adalah tetap menurut kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan
setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
W a ban an-najj r ‘al rib’atihim yata’ qal na ma’ qilahumul l , wa kullu
居
ifatin minhum tufd ‘ niyah bil-ma’r fi wal qis
居
i baina al- mu’min na
Artinya: “Bahwa Bani Najjar adalah tetap menurut kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan
setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
W a ban ‘amr bin ‘aufin ‘al rib’atihim yata’ qal na ma’ qilahumul l , wa
kullu
居
ifatin tufd ‘ niyah bil-ma’r fi wal qis
居
i baina al- mu’min na
Artinya: “Bahwa Bani ‘Amru Bin ;Auf adalah tetap menurut kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-
sudah. Dan setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. W
a ban an-nab t ‘al rib’atihim yata’ qal na ma’ qilahumul l , wa kullu
居
ifatin tufd ‘ niyah bil-ma’r fi wal qis
居
i baina al- mu’min na
Artinya: “Bahwa Bani Nabit adalah tetap menurut kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan
setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
W a ban al-ausi ‘al rib’atihim yata’ qal na ma’ qilahumul l , wa kullu
居
ifatin tufd ‘ niyah bil-ma’r fi wal qis
居
i baina al- mu’min na
Artinya: “Bahwa Bani Aus adalah tetap menurut kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan
setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
Pasal 3-10 memuat ketentuan bahwa suku-suku di Madinah yang meliputi Bani ‘Auf, Bani Sa’idah , Bani Haris, Bani Jusyam, Bani Najjar, Bani ‘Amru bin ‘Auf,
Bani Nabit, dan Bani Aus mempunyai kewajiban yang sama dalam hal membayar diyat atau menebus tawanan perang. Semua suku harus saling menolong dalam
kedua hal tersebut. Penyebutan nama-nama suku dalam Piagam Madinah dimaksudkan untuk
menumbuhkan rasa persatuan antar suku yang pada saat itu masih terpecah oleh rasa fanatik suku yang sangat kuat.
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Wa anna al-
mu min na l yatruk na mufra
祈
an bainahum an-ya’
居
hu bil-ma’r fi f fid in au ‘aqlin
Artinya: “Bahwa orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan seseorang yang menanggung beban hidup dan utang yang berat di antara sesama mereka.
Mereka harus dibantu dengan cara yang baik dalam membayar tebusan tawanan atau membayar diat.”
Pasal 11 memuat ketentuan bahwa kaum mukminin tidak boleh membiarkan sesama mukmin berada dalam kesulitan membayar diat atau tebusan tawanan
seperti disebutkan pada pasal-pasal terdahulu. Mereka perlu mengatasi kesulitan itu. Ketentuan ini menekankan solidaritas sesama mukmin dalam mengatasi
kesulitan.
Wa l yu
祈
lifu mu minun maul mu minin d nahu Artinya: “Bahwa seseorang yang beriman tidak boleh mengikat janji dalam
menghadapi mukmin lainnya.” Pasal 12 berisi larangan bagi setiap mukmin untuk menjadikan mawla sekutu
orang mukmin lain sebagai sekutunya, kecuali kalau diizinkan oleh mukmin lain yang telah mempunyai hubungan persekutuan itu. Ketentuan ini merupakan salah
satu sikap saling menghormati sesama mukmin guna menghindarkan kemungkinan terjadinya saling sengketa.
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Wa anna al-
mu min na al-muttaq na ‘al man bagiya minhum au abtag das ’ata ulmin au i
泣
min au ‘udw nin au fas din baina al-mu min na, wa anna aidiyahum ‘ala
ihi jam ’an walau k na walada a
祈
adihim Artinya: “Bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa harus melawan orang
yang melakukan kejahatan di antara mereka sendiri, atau orang yang suka melakukan perbuatan aniaya, kejahatan, permusuhan atau berbuat kerusakan di
antara orang-orang beriman sendiri, dan mereka semua harus sama-sama melawannya walaupun terhadap anak sendiri.”
Pasal 13 berisi tentang sikap anti pada kejahatan. Kaum mukmin harus menentang siapa saja yang melakukan perbuatan makar, berupa tindakan berontak, zalim,
khianat, permusuhan dan merusak. Kekompakan anti terhadap kejahatan itu ditujukan kepada setiap pelaku kriminalitas, sekalipun ia anak sendiri.
Wa l yaqtulu muminun mu minan fi kfirin, wa l yan
球
uru k firan ‘al mu minin
Artinya: “Bahwa seseorang yang beriman tidak boleh membunuh sesama mukmin lantaran orang kafir untuk melawan orang beriman, dan tidak boleh pula orang
mukmin membantu orang kafir untuk membunuh orang beriman .” Pasal 14 memuat ketentuan, hukuman kisas tidak berlaku bagi seorang mukmin
yang membunuh orang kafir, dan orang mukmin dilarang membantu orang kafir yang bermaksud membunuh orang mukmin.
Wa anna immata all hi w
祈
idatun yuj ru ‘alaihim adn hum. Wa anna al- mu min na ba’
危
uhum maw l ba’
危
in d na an-n si
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Artinya: “Bahwa jaminan Allah itu satu: Dia melindungi yang lemah di antara
mereka. Bahwa orang-orang beriman itu hendaknya saling tolong-menolong sama lain.”
Pasal 15 ini memuat masalah perlindungan. “Jaminan Allah itu satu”. Kata Allah di sini dimaksudkan untuk menyebut kekuasaan umum atau perlindungan oleh
negara, sedang kata satu berarti meliputi semua orang yang harus dilindungi. Jadi, perlindungan negara diberikan kepada semua warga negara.
Wa annahu man taba’ n min yah di fainna lahu an-na
球
ra wal-uswata gaira ma
怯
l m na wa l mutan
球
irin ‘alaihim Artinya: “Bahwa barangsiapa dari kalangan Yahudi yang menjadi pengikut kami,
ia berhak mendapat pertolongan dan persamaan; tidak menganiaya atau melawan mereka.”
Pasal 16 menyatakan bahwa orang Yahudi yang mengikuti atau bergabung ke dalam kesatuan hidup bersama kaum muslimin berhak memperoleh pertolongan
dan dukungan.
Wa anna salma al- mu min na w
祈
idatun l yus limu muminun d na mu minin f qit lin f sab lill hi ill ‘al saw in wa ‘adlin bainahum
Artinya: “Bahwa persetujuan damai orang-orang beriman itu satu; tidak dibenarkan seorang mukmin mengadakan perdamaian sendiri dengan
meninggalkan mukmin lainnya dalam keadaan perang di jalan Allah. Mereka harus sama dan adil adanya.”
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Pasal 17 memuat ketentuan tentang perdamaian. Perdamaian yang dilakukan
mukmin itu satu, artinya harus didukung oleh semua mukmin. Orang mukmin dilarang mengadakan perdamaian tanpa sepengetahuan dan turut serta mukmin
yang lain.
Wa anna kulla g ziyatin gazat ma’an ya’qubu ba’
危
uh ba’
危
Artinya: “Bahwa setiap orang yang berperang bersama kami, satu sama lain harus saling bergiliran.”
Pasal 18 memuat tentang kerja sama pasukan dalam peperangan. Kerja sama tersebut meliputi setiap pasukan mempunyai giliran dalam mengikuti peperangan,
sehingga setiap pasukan mempunyai andil peperangan yang diikutinya..
Wa anna al- mu min na baiu ba’
危
uhum ‘an ba’
危
in bim n la dim ahum f sab lill hi. Wa anna al-mu min na al-muttaq na ‘al a
祈
sani hud wa aqwamihi Artinya: “Bahwa orang-orang beriman itu harus saling membela terhadap
sesamanya yang telah tewas di jalan Allah. Bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa hendaknya berada dalam pimpinan yang baik dan lurus.”
Pasal 19 menjelaskan bahwa pasukan harus saling bahu-membahu dalam pertempuran. Tentara mukmin harus menyerang pihak musuh yang menewaskan
anggota pasukan Islam dalam peperangan di jalan Allah.
Wa annahu l yuj ru musyrikun m l li quraisyin wa l nafs wa l ya
祈
lu d nahu ‘al mu minin
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Artinya: “Bahwa orang tidak dibolehkan melindungi harta-benda atau jiwa orang
Quraisy dan tidak boleh merintangi orang beriman.” Pasal 20 berisi larangan terhadap orang musyrik Madinah untuk menjadi
pelindung bagi jiwa dan harta orang kafir Quraisy, dan dilarang membantu pihak Quraisy untuk menghadapi orang mukmin. Ketentuan pasal ini menegaskan status
permusuhan dengan kafir Quraisy yang sudah berjalan sejak awal Muhammad SAW. mendakwahkan ajaran Islam, dan yang menyebabkan kaum mukmin
terpaksa hijrah ke Madinah.
Wa annahu man i’taba
居
a mu minan qatlan ‘an bayyinatin fainnahu quwadun bihi ill an yar
危
waliyya al-maqt l, wa anna al-mu min na ‘alaihi k ffatan, wa l ya
祈
ullu lahum ill qiy mun ‘alaihi Artinya: “Bahwa barangsiapa membunuh orang beriman yang tidak bersalah
dengan cukup bukti, maka ia harus mendapat balasan yang setimpal, kecuali bila keluarga si terbunuh sukarela menerima tebusan. Bahwa orang-orang yang
beriman harus menentangnya semua dan tidak dibenarkan mereka hanya tinggal diam.”
Pasal 21 berisi ketentuan bahwa orang mukmin yang membunuh mukmin lain dan cukup bukti atas kesengajaannya harus di-
qişaş dihukum secara setimpal, yaitu dihukum mati. Kaum mukmin harus kompak menegakkan ketentuan
hukum ini. Hukuman ini dapat diganti dengan diat apabila keluarga terbunuh rela melepaskan tuntutan hukum kisas.
Wa an nahu l ya
祈
ullu limu minin aqarra bim f h ihi a
球
-
球
a
祈
fah wa mana billahi wal-
yaumil khiri an yan
球
ura mu
祈
da
泣
an wa l yuw hi wa annahu man
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. naşarahu au w hu fa inna ‘alaihi la’natull hi wa ga
危
abahu yaumal qiy mati wa
l yu kha u minhu
球
arfun wa l ‘adlun Artinya: “Bahwa seseorang yang beriman yang telah mengakui isi piagam ini dan
percaya kepada Allah dan kepada Hari Kemudian, tidak dibenarkan menolong pelaku kejahatan atau membelanya, dan bahwa barangsiapa yang menolongnya
atau melindunginya, ia akan mendapat kutukan dan murka Allah pada hari kiamat, dan tak ada sesuatu tebusan yang dapat diterima.”
Pasal 22 berisi larangan bagi orang mukmin membantu dan melindungi pelaku kejahatan. Membantu atau melindungi pelaku kejahatan adalah perbuatan buruk.
Pelakunya diancam laknat dan murka Allah di akhirat. Penyesalan di hadapan manusia dan penebusan kesalahannya dengan harta tidak dapat diterima. Macam
hukuman baginya tidak ditentukan. Agaknya diserahkan penentuannya kepada hakim.
– –
Wa annakum mahm ikhtalaftum f hi min syaiin fa inna maraddahu il all hi wa il mu
祈
ammadin - ‘alaihi a
球
-
球
al tu was-sal mu – Artinya: “Bahwa bilamana di antara kamu timbul perselisihan tentang sesuatu
masalah yang bagaimanapun, maka kembalikanlah itu kepada Allah dan Muhammad –
‘Alaihi aş-şal tu wassal m.” Pasal 23 memuat ketentuan bahwa jika terjadi perselisihan yang tidak dapat
diselesaikan di lingkungan suku atau kelompok diselesaikan menurut hukum Allah dan keputusan Muhammad SAW.
Wa anna al- yah da yunfiq na ma’a al-mu min na m d m mu
祈
rib na Artinya: “Bahwa orang-orang Yahudi harus mengeluarkan belanja bersama-sama
orang-orang selama mereka masih dalam keadaan perang.”
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Pasal 24 memuat ketentuan bahwa salah satu kewajiban kaum Yahudi yaitu
bersama-sama mukminin menanggung biaya perang.
Wa anna yah da ban ‘aufin ummatun ma’al-mu min na. Lil yah da d nuhum wa lil muslim na d nuhum wa maw l him wa anfusuhum ill man
怯
alama au a
泣
ima fa innahu l y tigu ill nafsahu wa ahla baitihi Artinya: “Bahwa orang-orang Yahudi Bani ‘Auf adalah satu umat dengan orang-
orang beriman. Orang-orang Yahudi hendaknya berpegang pada agama mereka, dan orang-orang Islam pun hendaknya berpegang pada agama mereka pula,
termasuk pengikut-pengikut mereka dan diri mereka sendiri, kecuali orang yang melakukan perbuatan aniaya dan durhaka. Orang semacam ini hanyalah akan
menghancurkan dirinya dan keluarganya sendiri.” Pasal 25 menyebutkan bahwa kaum Yahudi merupakan satu umat bersama
mukminin. Mereka bebas memeluk agama mereka sebagaimana halnya dengan kaum muslimin karena kebebasan beragama merupakan hak asasi bagi setiap
manusia.
Wa anna al- yah da ban an-najj r mi
泣 lu m
li yah da ban ‘Aufin Artinya: “ Dan Yahudi Bani Najjar diperlakuk an sama seperti Yahudi Bani ‘Auf”.
Wa anna al-yah da ban al-
祈
ri
泣
mi
泣 lu m
li yah da ban ‘Aufin Artinya: “ Dan Yahudi Bani Haris diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf”.
Wa anna al- yah da ban s ’idah mi
泣 lu m
li yah da ban ‘Aufin
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Artinya: “ Dan Yahudi Bani Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani
‘Auf”.
Wa anna al- yah da ban jusyam mi
泣 lu m
li yah da ban ‘Aufin Artinya: “ Dan Yahudi Bani Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Bani
‘Auf”.
Wa anna al- yah da ban al-Aus mi
泣 lu m
li yah da ban ‘Aufin Artinya: “ Dan Yahudi Bani Aus diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf”.
Pasal 26-30 memuat ketentuan bahwa Yahudi Bani Najjar, Bani Haris, Bani Sa’idah, Bani Jusyam, Bani Aus diperlakukan sama dengan Bani ‘Auf yaitu
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan kaum mukmin serta bebas memeluk agama yang diyakininya.
Wa anna al- yah da ban
泣
a’labah mi
泣 lu m
li yah da ban ‘Aufin, ill man
怯
alama wa a 泣ima, fa innahu l y tigu ill nafsahu wa ahla baitihi
Artinya: “ Dan Yahudi Bani Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Auf, kecuali orang zalim atau khianat, hukumannya hanya menimpa diri dan
keluarganya.”
Pasal 31 memuat ketentuan bahwa Yahudi Bani Sa’labah diperlakukan sama dengan Yahudi Bani ‘Auf selama tidak berbuat zalim dan tidak berkhianat. Sebab yang
mendapatkan hukuman jika berlaku zalim dan khianat adalah si pelaku dan keluarganya.
Wa anna jafnah ba
居
ni min
泣
a’labah ka anfusihim
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Artinya: “Suku Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka Bani
Sa’labah.”
W a anna li ban Asy-syu
居
aibah mi
泣
lu m li yah da ban ‘Aufin, wa anna al-birra d na al-i
泣
mi Artinya: “Bani Syutaibah diperlakukan sama seperti Bani ‘Auf, sesungguhnya
kebaikan itu lain dari kejahatan”.
Wa anna maw liya
泣
a’labata ka anfusihim Artinya: “Sekutu-
sekutu a’labah diperlakukan sama seperti mereka Bani a’labah.”
Wa anna bi
居
nata yah da ka anfusihim Artinya: “Kerabat Yahudi di luar kota Madinah sama seperti mereka Yahudi.”
– –
Wa annahu l yakhruju minhum a
祈
adun ill bi i ni mu
祈
ammadin - ‘alaihi a
球
-
球
al tu was-sal mu – wa annahu l yan
祈
ajizu ‘al
泣
a rin jar
祈
un. Wa annahu man fataka, fa bi na
fsihi wa ahli baitihi ill man
怯
ulima. Wa anna all ha ‘al abarra h a
Artinya: “Bahwa tidak seorang pun diizinkan keluar untuk perang kecuali seizin Muhammad SAW. Seseorang tidak boleh dirintangi menuntut haknya karena
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. dilukai, dan barangsiapa yang diserang ia dan keluarganya harus berjaga diri,
kecuali jika ia menganiaya. Bahwa Allah juga yang menentukan ini.” Pasal 36 memuat beberapa ketentuan. Untuk maju ke medan perang harus ada
izin dari Muhammad SAW. Seseorang tidak tercegah untuk menuntut balas luka pada dirinya akibat kejahatan orang lain. Barang siapa membunuh, hukuman akan
menimpa diri dan keluarganya dalam hal pembayaran diat. Membunuh karena terpaksa tidak dapat dihukum.
Wa anna ‘al al-yah di nafaqatahum wa ‘al al-muslim na nafaqatahum. Wa anna bainahum an-na
球
ra ‘al man
祈
raba ahla h ihi a
球
-
球
a
祈
fati. Wa anna bainahum an-nu
球祈
a wa an-na
球 祈
ata wal-birra duna al-i
泣
mi. Wa annahu lam ya
泣
ami imru u bi
祈
al fihi. Wa anna an-naşra lil ma
怯
l m Artinya: “Bahwa orang-orang Yahudi berkewajiban menanggung nafkah mereka
sendiri pula. Antara mereka harus ada tolong-menolong dalam menghadapi orang yang hendak menyerang pihak yang mengadakan piagam perjanjian ini. Bahwa
mereka sama-sama berkewajiban, saling menasehati dan saling berbuat kebaikan dan menjauhi segala perbuatan dosa. Bahwa seseorang tidak dibenarkan
melakukan perbuatan salah terhadap sekutunya, dan bahwa yang harus ditolong ialah yang teraniaya.”
Wa annal yah da yunfiq na ma’al mu min na m d m mu
祈
rib na Artinya: “Bahwa orang-orang Yahudi berkewajiban mengeluarkan belanja
bersama orang-orang beriman selama masih dalam keadaan perang.”
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Wa anna ya
泣
riba
祈
ar mun jaufuh li ahli h ihi a
球
-
球
a
祈
fati Artinya: “Bahwa kota Ya rib adalah kota yang dihormati bagi mengakui
perjanjian ini.” Pasal 39 menyebutkan bahwa kota Madinah “haram” bagi warga Piagam.
Sebagai tanah “haram” suci, Madinah harus dijaga kehormatannya, menjadikan Madinah sebagai kota yang terhindar dari keonaran, pepohonannya tidak boleh
ditebangi, binatang-binatangnya tidak boleh diburu, harus dijaga dari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan kota Madinah. Warga Madinah
berkewajiban mempertahankan dan menjaga kesuciannya.
Wa annal j ra ka an-nafsi gaira mu
危
rrin wa l
泣
imin Artinya: “Bahwa tetangga itu seperti jiwa sendiri, tidak boleh diganggu dan
diperlakukan dengan perbuatan jahat.” Pasal 40 memuat ketentuan bahwa tetangga diberlakuka n seperti diri sendiri,
sepanjang ia tidak melakukan kejahatan.
Wa annahu l tuj ru
祈
urmatun ill bi i ni ahlih Artinya: “Bahwa tempat yang dihormati itu tidak boleh didiami orang tanpa izin
penduduknya.” Pasal 41 memuat ketentuan bahwa orang asing yang akan menempati Madinah
harus mendapatkan izin dari penduduk setempat. Atau harus melaporkan diri pada pemimpin yang diamanahkan untuk menjaga wilayah tersebut.
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
.
–-
Wa annahu m k na baina ahli h ihi a
球
-
球
a
祈
fati min
祈
ada
泣
in au isytij rin yukh fu fas duhu fa inna maraddahu il all hi ‘azza wa jalla wa il
mu
祈
ammadin ras lull hi –
球
allall hu ‘alaihi wa sallama – wa anna all ha ‘al atq m f h ihi a
球
-
球
a
祈
fati wa abarrahu Artinya: “Bahwa bila di antara orang-orang yang mengakui perjanjian ini terjadi
suatu perselisihan yang dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan, maka tempat kembalinya kepada Allah dan kepada Muhammad Rasulullah SAW dan
bahwa Allah bersama orang yang teguh dan setia memegang perjanjian ini.” Pasal 42 memuat ketentuan bahwa jika mendapati persoalan yang tidak dapat
diselesaikan oleh warga Piagam, hendaknya mengembalikan persoalan tersebut kepada Allah dan Muhammad SAW selaku pemimpin seluruh masyarakat
Madinah.
Wa annahu l tuj ru quraisyun wa l man na
球
a rah
Artinya: “Bahwa melindungi orang-orang Quraisy atau menolong mereka tidak dibenarkan.”
Pasal 43 memuat ketentuan bahwa tidak dibenarkan bagi warga Madinah untuk melindungi dan menolong orang Quraisy. Hal ini disebabkan orang-orang Quraisy
selalu memusuhi orang-orang Islam sejak berada di Mekkah hingga setelah hijrah ke Madinah. Isi pasal ini lebih ditekankan kepada kaum Quraisy yang ikut hijrah
ke Madinah.
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Wa anna bainahum an-na
球
ra ‘al man dahima ya
泣
riba Artinya: “Bahwa antara mereka harus saling membantu melawan orang yang mau
menyerang Ya rib ini.”
.
Wa i du’ il
球
ul
祈
in yu
球
li
祈
nahu wa yalbis nahu fa innahum yu
球
li
祈
nahu wa yalbis nahu. Wa annahum i da’au il mi
泣
li lika fa inna lahum ‘al al- mu min na ill man
祈
raba f ad-d ni. ‘al kulli un sin
祈
i
球球
atuhum min j nibihim alla qibalihim
Artinya: “Tetapi apabila telah diajak berdamai maka sambutlah ajakan perdamaian itu. Bahwa apabila mereka diajak berdamai, maka orang-orang yang
beriman wajib menyambutnya, kecuali kepada orang yang memerangi agama. Bagi setiap orang, dari pihaknya sendiri mempunyai bagiannya masing-masing.”
Wa anna ya h da al-ausi maw l him wa anfusihim ‘al mi
泣
la m li ahli h ihi a
球
-
球
a
祈
fati ma’al birril ma
祈危
i min ahli h ihi a
球
-
球
a
祈
fati. Wa anna birra d nal i
泣
mi, l yaksibu k sib n ill ‘al nafsihi. Wa anna all ha ‘al a
球
daqa m f h ihi a
球
-
球
a
祈
fati wa abarrahu Artinya: “Bahwa orang-orang Yahudi Bani Aus, baik diri mereka sendiri atau
pengikut-pengikut mereka mempunyai kewajiban seperti mereka yang sudah menyetujui naskah perjanjian ini dengan segala kewajiban sepenuhnya dari
mereka yang menyetujui naskah perjanjian ini. Bahwa kebaikan itu bukanlah kejahatan dan bagi orang yang melakukannya hanya akan memikul sendiri
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. akibatnya. Dan bahwa Allah bersama pihak yang benar dan patuh menjalankan isi
perjanjian ini.”
Wa annahu l ya
祈
lu h
c
a al- kit bu d na
怯
limi au
泣
imin. Wa anna man kharaja minun, wa man qa’ada minun bil mad nati ill man
怯
alama wa a
泣
ima. Wa anna all ha j run liman barra wat-taq
Artinya: “Bahwa orang tidak akan melanggar perjanjian ini, kalau ia bukan orang yang aniaya dan jahat. Bahwa barangsiapa yang keluar atau tinggal dalam kota
Madinah ini, keselamatannya tetap terjamin, kecuali orang yang berbuat aniaya dan melakukan kejahatan. Sesungguhnya Allah melindungi orang yang berbuat
kebaikan dan bertakwa.” Pasal 47 menyebutkan bahwa Piagam Madinah tidak melindungi orang yang
zalim dan khianat, orang yang bepergian atau tinggal di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah menjadi pelindung orang yang baik dan
takwa. Peran Piagam Madinah pada masyarakat Madinah adalah sebagai berikut:
1. Membina persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat Madinah
Bangsa Arab merupakan bangsa yang berwatak keras, menganggap suku adalah elemen terpenting dalam kehidupan. Bangsa Arab adalah bangsa yang
sangat loyal terhadap pemimpin sukunya. Peperangan antar suku sering terjadi. Hal ini bisa disebabkan karena perebutan sumber air atau kekuasaan.
Kondisi tersebut juga terjadi antar suku-suku di Madinah seperti suku Aus dan Khazraj. Kedua suku ini telah lama dilanda perang saudara.
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. Piagam Madinah merupakan alat pemersatu berbagai perbedaan yang
terdapat di Madinah seperti suku, agama, status sosial, dan lain-lain. Ini termaktub pada awal isi Piagam Madinah yang berbunyi:
Annahum ummatun wa
祈
idatun min d ni an-n si Masyarakat tidak dibeda-bedakan pada golongan tertentu, suku tertentu,
dan agama tertentu, yang menjadikan masyarakat bersatu ketika ada gangguan dari pihak luar.
Persatuan dan kesatuan sangat diperlukan untuk menjadikan masyarakat yang berbudaya. Sebab jika telah bersatu, masyarakat akan lebih mudah dibina
dan diarahkan sehingga masyarakat menjadi lebih teratur.
2. Menegakkan keamanan dan ketertiban di Madinah
Keamanan dan ketertiban merupakan dua hal yang juga dipelukan dalam suatu wilayah. Piagam Madinah juga memuat ketentuan tentang penegakan
keamanan dan ketertiban dalam beberapa pasalnya, yaitu pasal 13, 15, 22, 36, 37, dan 40.
Pasal 13 berbunyi:
Wa anna al- mu min na al-muttaq na ‘al man bagiya minhum au abtag
das ’ata ulmin au i
泣
min au ‘udw nin au fas din baina al-mu min na, wa anna aidiyahum ‘ala
ihi jam ’an walau k na walada a
祈
adihim Artinya: “Bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa harus melawan orang
yang melakukan kejahatan di antara mereka sendiri, atau orang yang suka melakukan perbuatan aniaya, kejahatan, permusuhan atau berbuat kerusakan di
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. antara orang-orang beriman sendiri, dan mereka semua harus sama-sama
melawannya walaupun terhadap anak sendiri.” Pada pasal ini dengan tegas disebutkan bahwa kaum muslimin harus kompak
melawan orang yang melakukan kejahatan, zalim, menunjukkan sikap pemusuhan atau membuat kerusakan. Sikap tersebut berlaku bagi siapa saja yang melakukan
kejahatan walaupun pelakunya adalah anak mereka sendiri. Hal in menunjukkan bahwa keamanan dan ketertiban harus ditegakkan.
3. Kebebasan beragama terjamin
Di dalam Piagam Madinah terdapat pasal yang menyebutkan tentang kebebasan beragama, yaitu
Wa anna yah da ban ‘aufin ummatun ma’al-mu min na. Lil yah da d nuhum wa lil muslim na d nuhum wa maw l him wa anfusuhum ill man
怯
alama au a
泣
ima fa innahu l y tigu ill nafsahu wa ahla baitihi Artinya: “Bahwa orang-orang Yahudi Bani ‘Auf adalah satu umat dengan
orang-orang beriman. Orang-orang Yahudi hendaknya berpegang pada agama mereka, dan orang-orang Islam pun hendaknya berpegang pada agama mereka
pula, termasuk pengikut-pengikut mereka dan diri mereka sendiri, kecuali orang yang melakukan perbuatan aniaya dan durhaka. Orang semacam ini
hanyalah akan menghancurkan dirinya dan keluarganya sendiri.” Dari isi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pemeluk agama
yang ada di Madinah bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakininya. Pada waktu itu, agama yang ada di Madinah adalah Islam, Nasrani, Yahudi
dan Kaum Pagan Penyembah berhala. Keempat agama ini diakui. Tidak ada paksaan bagi orang-orang Non Islam untuk memeluk Islam walaupun
penggagas Piagam Madinah adalah orang Islam.
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
.
4. Penerapan sanksi
Dalam Piagam Madinah banyak rumusan yang mencela perbuatan khianat Pasal 13, 25, 31, 33, 36, 37, 40, 42, 46. Pelaku pelanggaran atau perbuatan
khianat harus dihukum dan tidak boleh dilindungi Pasal 13, 22. Kota Madinah harus dihomati dan dipertahankan dari serangan musuh Pasal 39,
44. Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
pengkhianatan dari dalam dan untuk membina kekompakan guna melawan musuh dari luar. Kenyatannya, serangan, gangguan, dan pengkhianatan tidak
hanya datang dari luar tapi juga dari dalam. Tiga kabilah Yahudi, yang semula hidup berdampingan secara damai dengan kaum muslimin, kemudian
melakukan maker dalam waktu yang berbeda. Dari kalangan umat Islam sendiri ada yang tidak setia, yaitu golongan munafiqun. Sanksi terpaksa harus
dijatuhkan kepada pelaku pengkhianatan itu sesuai dengan pengkhianatan yang mereka lakukan yaitu berupa pengucilan atau diusir dari Madinah.
5. Menciptakan perdamaian
Penerapan sanksi pada pelaku kejahatan dan pengkhianatan adalah untuk menciptakan suasana damai dalam masyarakat. Di dalam Piagam Madinah,
banyak kalimat yang ditujukan untuk menciptakan suasana damai, seperti seluruh mukminin harus kompak melawan atau menghukum pengkhianat
Pasal 13, perlindungan Allah adalah satu Pasal 15, orang Yahudi yang turut serta membangun kehidupan bersama berhak atas bantuan Pasal 16,
pedamaian seluruh mukminin adalah satu Pasal 17, orang-orang Yahudi menanggung biaya perang bersama kaum muslimin Pasal 24, kaum Yahudi
satu umat bersama kaum mukminin Pasal 25 serta pedamaian dengan pihak luar atau musuh dapat dilakukan atas pakarsa pihak Islam atau atas ajakan
pihak musuh Pasal 45.
Zuraidah Hafni : Piagam Madinah Dari Perspektif Kebudayaan, 2009
. BAB IV
PENUTUP 4.1 Kesimpulan
1. Piagam Madinah adalah perjanjian yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad
SAW setelah hijrah ke Madinah antara kaum Muhajirin, An şar dan kaum
Yahudi Madinah. 2.
Latar belakang lahirnya Piagam Madinah adalah untuk mengatur kerja sama antara kaum Muhajirin dan Ansar dengan kaum Yahudi. Oleh sebab
itu dibuat piagam perjanjian yang mengatur hal tersebut yang disebut dengan Piagam Madinah.
3. Peran Piagam Madinah pada masyarakat Madinah adalah sebagai berikut:
a Membina persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat Madinah
b Menegakkan keamanan dan ketertiban di Madinah
c Kebebasan beragama terjamin
d Penerapan sanksi
e Menciptakan perdamaian
4.2. Saran