Latar Sosial-Budaya Pada Novel

48 . ﺪ مﻼ ﻟاو ﺎ ﻟا يواﺪ ﻟا , 2002 : 107 . al-lailu şāmat wa al-zulāmu badī‘un ‘malam sangat sunyi dan kegelapan yang indah’Al-Sa’dawi, 2000: 140. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar waktu yaitu pada kalimat ﻟا al-lailu ‘malam’.

3.4.3 Latar Sosial-Budaya Pada Novel

ﺮ ﻟا ﺔﻄﻘﻧ ﺪ ةأﺮ إ imra`atun ‘inda nuq ţati al-şifri Latar sosial-budaya dalam cerita fiksi dapat dipahami sebagai keadaan kehidupan sosial-budaya masyarakat yang diangkat ke dalam cerita itu. Cerita fiksi tidak hanya membutuhkan latar tempat dan waktu, tetapi juga di masyarakat tempat cerita itu diangkat. Kehidupan masyarakat di mana pun di berbagai pelosok dunia pasti memiliki sistem, konvensi, adat-istiadat, nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dalam novel ﺮ ﻟا ﺔﻄﻘﻧ ﺪ ةأﺮ إ imra`atun ‘inda nuqtati al-sifri latar sosial-budaya berjumlah 21 dua puluh satu, sebagai berikut: 1 . ﻟإ ّ ﺔ ﺳﺎ تﺎ ﻟ تﺮ و ﺪ ﺘﻘﺘﺳ ﺘﻟا و ﺔ ﺎﻘﻟا ةأﺮ ﻟا ﻩﺬه نا أ مﺎ أ يواﺪ ﻟا , 2002 : 9 . wa marratb ī lahzātun qāsiyatin khayyaltu ilayya anna hāżihi al-mar`ata al- q ātilata wa al-latī sataqtulu ba‘da ayyāmi afdalu minnī ‘menurut pandangan saya seakan-akan wanita ini yang telah membunuh seorang makhluk manusia, dan sebentar lagi akan dibunuh juga, merupakan pribadi yang jauh lebih baik dari saya sendiri’Al-Sa’dawi, 2000: 19. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu cara berpikir Nawal terhadap Firdaus yang menurut pandangan Nawal bahwasanya Firdaus jauh lebih baik kepribadiannya dari Nawal. Universitas Sumatera Utara 2 . َﺎ ﻮ آ ﻧﻷ و , ﺣﺎ ﻟا ﻄ ﻮ أ آ ﺪﻘ . ﻧﻷ و ﺔ ﺟﺎﻧ آ , عﻮ ﻟا ةﺪ ﺟ ﺔ ﻘ ﺣﺎ ﻧﺎآ ﺪﻘ , ءﺎ ﻟا ﺣﺎ آ ﺎ ﻟا ﺔﻘ ﻄﻟا تﺎ ﺮﺸﻟا . ﻰ ﺨﺘ قﻼﺣ ﺪ يﺮ و تﻼﺋﺎ ﻟا ءﺎ ﻧ رﻮ يواﺪ ﻟا , 2002 : 16 . wa li`annan ī kuntu mūmisan, faqad kuntu akhfī khaufī biţabaqin min al-masāhīqi. Wa li`annan ī kuntu nājihatan, faqad kānat masāhīqī śamīnatan jayyidata al- naw‘i, kamas āhīqi al-nisā`I al-syarīfāti min al-tabaqati al-‘ulyā. Wa sya‘rī mu şafafun ‘inda hallāqin mutakhaşşişin fī syu‘ūri nisā`I al-‘āilāti ‘dan karena saya seorang pelacur, saya sembunyikan rasa takut itu di bawah lapis-lapis solekan muka saya. Karena saya telah mencapai sukses, rias muka saya selalu yang paling baik dan jenis yang paling mahal, seperti rias wanita-wanita lapisan atas yang terhormat. Saya selalu merawat rambut saya di tempat penata rambut yang biasanya melayani para wanita dari kalangan atas masyarakat’Al-Sa’dawi, 2000: 16. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu kebiasaan hidup kalangan masyarakat atas yang merawat rambut dan merias muka mereka di tempat-tempat yang mewah dan karena Firdaus pelacur yang sukses ia pun dapat merawat rambut dan merias muka di tempat tersebut. 3 . ر ﺎﻬ و ءاﺪﻧ ﺎﻬ ﺔ ﻘﺘ طﻮﻄﺨ ﺎﺘ ﺳر يﺎ و . ﻮ يأ ﺔﺟوﺰآ ﺎ ﻟا ﺔﻘ ﻄﻟا ﺮ آ يواﺪ ﻟا , 2002 : 16 . wa ‘ain āyya rusmatan bikhuţūţi mutqanatin fīhā nidā`un wa fīhā rafdun. Kazaujatin ai muwazzafi kab īrin fī al-ţabaqati al-‘ulyā ‘garis-garis yang dibuat dengan keahlian yang cermat sekitar mata saya memperlihatkan suatu kombinasi yang tepat dari daya tarik dan penolakan, yang biasa disukai para isteri kaum pria berkedudukan tinggi dari kalangan penguasa’Al-Sa’dawi, 2000: 16. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu kebiasaan hidup yang disukai para isteri kaum pria berkedudukan tinggi untuk merias muka mereka agar tetap terlihat cantik. 4 . ﺔ ﻮ ﻜ ﻟا ﺎ رو ﺔ ﻮﻧﺎﺜﻟا دﺎﻬﺸ ﺔﻄﺳﻮﺘ ﻟا ﺔﻘ ﻄﻟا ﻰﻟإ ﺘﻧاو . ﺘﻧاو يﺪﻟﻮ ﻰ ﻟا ﺔﻘ ﻄﻟا ﻰﻟإ يواﺪ ﻟا , 2002 : 16 . Universitas Sumatera Utara wa antamm ā ilā al-ţabaqati al-mutawassiţati bisyahādatī al-śānawiyyati wa rugb ātī al-makbūtati. wa antammā ilā al-ţabaqati al-suflā bimaulidī ‘dengan ijazah sekolah menengah dan nafsu keinginan yang tertekan, saya termasuk kelas menengah. Lahirnya saya tergolong kelas bawah’Al-Sa’dawi, 2000: 16. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu status sosial firdaus yang terlahir dari golongan kelas bawah. 5 . حﻼ ﺮ ﻘ ا , ﺘﻜ ﻟو أﺮﻘ ﻟ , عرﺰ نأ ﻻإ ةﺎ ﻟا فﺮ ﻟو ضرﻻا , تﻮ نأ ﺔ ﻮ ﻟا ﺔﺳﻮ ﺎ ﻟا و , و ءارﺬ ﻟا ﺘ ا رﻮ نأ . ﻩرﺎﺟ ﺮ نأ ﻩرﺎﺟ ﺔ ارز قﺮ و , ﺪ ﻰ و ﺎﻬ ﻘ نأ نود ةﺪ ﻟا , ضرﻷا ﻰﺘﺣ ﺔ ﻟ آ ﺘﺟوز بﺮ و يواﺪ ﻟا , 2002 : 16 . ab ī faqīru fallāhi lam yaqru` wa lam yaktub, wa lam ya‘rif min al-hayāti illa an yazra‘a al-ardi, wa yab ī‘u al-jāmūsati al-masmūmati qabla an tamūta, wa yabī‘u abnitahu al-‘u żarāi qabla an tabūra. Wa yusriqu zirā‘ata jārihi qabla an yusriqahu j ārihi, wa yunhinī ‘alā yadi al-‘umdati dūna an yuqbalahā, wa yadribu zaujatahu kulla lailatin hatt ā ta‘iddu al-ardi ‘ayah saya seorang petani miskin, yang tak dapat membaca maupun menulis, sedikit pengetahuannya dalam kehidupan. Kecuali bagaimana caranya bertanam, bagaimana menjual kerbau yang telah diracun oleh musuhnya sebelum mati, bagaimana menukar anak gadisnya dengan imbalan mas kawin bila masih ada waktu, bagaimana caranya mendahului tetangganya mencuri tanaman pangan yang matang di ladang. Bagaimana meraih tangan ketua kelompok dan berpura-pura menciumnya, bagaimana memukul isterinya dan memperbudaknya tiap malam’Al-Sa’dawi, 2000: 17. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu status sosial ayah Firdaus yang hanya seorang petani miskin. 6 . ﻬ ﻟا تﻮ ﺣ , ﻜآ مﺎ و ﺎﺳ أ و ﻩءﺎﺸ أ آﺄ ﺔ ﻟ . ﺪﻟﻮﻟا تﻮ ﺣو , أ بﺮ ﻰﺸ ﺘ نأ ﺪ مﺎ أ يواﺪ ﻟا , 2002 : 23 . h īna tamūta al-bintu minhum, ya`kulu abī ‘asyā`ahu wa tagsilu ummī sāqaihi wa yan āmu kakulli lailatin wa hinā yamūtu al-waladi, yadribu abī ummī śumma Universitas Sumatera Utara yan āmu ba‘da an yata‘asysyā ‘jika salah satu anak perempuannya mati, Ayah akan menyantap makan malamnya, Ibu akan membasuh kakinya, dan kemudian ia akan pergi tidur, seperti ia lakukan setiap malam. Apabila yang mati itu seorang anak laki-laki, ia akan memukul Ibu, kemudian makan malam dan merebahkan diri untuk tidur’Al-Sa’dawi, 2000: 26. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu kebiasaan hidup ayah Firdaus memukul ibu apabila anak laki-lakinya meninggal dan menyantap makan malamnya jika anak perempuannya meninggal. 7 . ﻰ أ ﺔﻘ ﻬﻧاو ﺘﻘ . داﺮ أ ﺪﺣأ وأ ﺎهﻮ أ ﺎﻧروﺰ ﺣو ﺎﻬ ﺮﺳأ , جﺎﺟﺪﻟا وأ ﻟا يﺮﺘﺸ , ﺎﻜ ﻟا نﺮ و يواﺪ ﻟا , 2002 : 28 . wa annahum min ţabaqati a‘lā min ţabaqatihi. Wa hinā yazūrunā abūhā aw ahadun min afr ādi usrātihā, yasytarī ‘ammī al-lahma aw al-dujāja, wa taranna fī al-baiti dahik ātuhu ‘dan bahwa mereka isteri berasal dari kelas masyarakat yang lebih tinggi dari suaminya. Jika ayah isterinya atau salah seorang kerabat isterinya berkunjung ke rumah kami, paman akan membeli daging atau ayam, dan rumah kami akan bergema dengan suara nyaring tawanya Al-Sa’dawi, 2000: 33. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu status sosial isteri paman lebih tinggi dari paman dan mereka mempunyai kebiasaan menyambut para kerabat dengan memasak ayam atau daging dan bercanda tawa. 8 . ﺔ ﻮﻜ ﻟا ﺪ ةﺮ آ ةﺮهﺎ ﺔﺳرﺪ ﻟا ﺟﺮ مﻮ تاذو , اذﺈ ﺔ ﻮﻜ ﻟا طﻮﻘ ﺘهأ تﺎ ﻟا فﺎﺘآأ ﻰ ﺔﻟﻮ يواﺪ ﻟا , 2002 : 28 . wa żata yawmin kharajati al-madrasata fī mazāhiratin kabīratin diddu al- huk ūmati, faiżābī mahmūlatun ‘alā aktāfi al-banāti ahtafu bisuquţi al-hukūmati ‘dan pada suatu hari, seluruh sekolah turun ke jalan-jalan raya untuk menggabungkan diri dalam suatu demonstrasi besar yang menentang pemerintah. Universitas Sumatera Utara Tiba-tiba saya dapati diri saya telah berada tinggi di atas bahu anak-anak perempuan sambil berteriak turunkan pemerintah’Al-Sa’dawi, 2000: 36. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu kehidupan masyarakat dan anak-anak sekolah yang ikut turun untuk berdemonstrasi terhadap pemerintah. 9 . ﺮ ﺎ آ ءﻼ ﺎ ﻧﺪﻟاو , ﺔﻧﻮ ﺔ ﺮ ﺪ ﺰ رﺎ ﺳﻻاو , ﺔ ﻮﻜ ﻟا ارو ؟ ﻟﻼ ﺔ ﻻإ مﺎ آ ﺪ ﺰ ﻻ يواﺪ ﻟا , 2002 : 28 . wa al-duny ā gilāun kamā ta‘rifīna, wa al-as‘āru tazīdu bisur‘atin majnūnatin, wa r ātibu al-hukūmati lā yazīdu kulla āmmin illa bid‘atin milālīmin ‘kau tahu betapa tingginya biaya hidup sekarang ini, harga-harga seperti bertambah gila dan gaji pegawai pemerintah hanya naik sedikit sekali’Al-Sa’dawi, 2000: 36. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu cara berpikir isteri paman terhadap biaya hidup pada saat ini. 10 . تﺎ ﻮ وﻷا آﺮﻟا وأ ﻬ اﺪ أ ﻰ ﺮﺋﺎ ﻟا سﺎ ﻟا أرو تارﺎ ﻟاو , نﻮ ﺮ ﻬ آ , نﻮﻟوﺮﻬ ﻬ آ , نودو عرﺎﺸﻟا اوﺮ نأ نود ﻧوﺮ نأ يواﺪ ﻟا , 2002 : 47 . wa ra`aitu al-n āsa al-sāirīna ‘alā aqdāmihim aw al-rukkabīna fī al-ūtūbīsāti wa al-sayy ārāti, kullahum masra‘ūna, kullahum yahrūlūna, dūna an yaraū al-syāri‘a wa d ūna an yaraunī ‘saya dapat melihat kerumunan orang bergerak dalam arus yang tak putus-putusnya sepanjang jalan, ada yang berjalan kaki, yang lainnya naik mobil. Semua dalam keadaan tergesa-gesa, berlalu cepat, tak acuh tentang apa yang terjadi di sekeliling mereka’Al-Sa’dawi, 2000: 58. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu kehidupan masyarakat yang ada di sekitar Firdaus sangat individualisme; tidak acuh dengan apa yang terjadi di sekitar mereka. Universitas Sumatera Utara 11 . ةأﺮ إ نﻮآﺄﺳ ﺔ ﺮﺘ يﺄ , ﺜﻟا ﺎ ﺣ د نإو . ﺄﺳ ﻧذأ قﻮ عﻮ ﻮﻟا ﺔ ﺎ ﻟا تﺎ ﻜﻟا ﻜ ﻟ ء يأ , نﻮ ﻟا ﻜ و يﺪ ﺟ قﻮ طﻮﻘ ﻟا ﺔ ﻮﻟا يواﺪ ﻟا , 2002 : 83 . sa`ak ūnu imra`atun muhtarimatun bi`ayyi śamanin, wa in dafa‘at hayātī al- śamini. Sa`af ‘alu ayyi syai`in linakfi al-kalimāti al-nābiyati ‘an al-wuqū‘i fawqa u żunai, wa takuffu al-‘uyunu al-waqhatu ‘an al-suqūţi fawqa jasadī ‘saya harus menjadi seorang wanita yang terhormat, walaupun harus dibayar dengan nyawa saya. Saya sudah siap untuk melakukan apa saja untuk menghentikan pergunjingan yang biasa membisingkan telinga saya, untuk mencegah mata-mata yang kurang ajar menjelajahi seluruh tubuh saya’Al-Sa’dawi, 2000: 105. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu cara berpikir Firdaus untuk menjadikan dirinya seorang wanita terhormat dan menghentikan pergunjingan masyarakat atas profesi yang dijalaninya. 12 . ﻮ ﻻا ﺄ و , ﻟاو لﺎﺟﺮﻟا دﺎ ﺟأ ﺪ ﺘ ءﺎ , ﻬ آ لﻮ ﺪﻟا ﺟأ عرﺎ . دﺎ ﺟﻷا نﺮ دأ ﻰﺘﺣ ﻬ ﺜ عرﺎ أو ةﺪﺣاو ﺔ ﺘآ ةﺮﻬ ﻟا ﺔﻘ ﻼﺘ ﻟا يواﺪ ﻟا , 2002 : 84 . wa ya`t ī al-atūbīsu, fatandafa‘u fīhi ajsādu al-rijāli wa al-nisā`i, kullu minhum yu şāri‘u min ajli al-dukhuli. Wa aşāri‘u miślahum hattā adkhula farnin min al- ajs ādi al-mutalāşaqati al-munsaharati fī kitlati wāhidati ‘apabila bis tiba dan berhenti, setiap laki-laki maupun perempuan akan berjuang untuk dapat naik dan saya akan bergabung dengan tubuh-tubuh yang sedang saling dorong, desak dan berkelahi. Tetapi begitu berada dalam bis seakan-akan saya melangkah memasuki sebuah tungku, dengan tubuh-tubuh yang berdesakkan sudah menjadi sebuah gumpalan massa’Al-Sa’dawi, 2000: 107. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu kehidupan masyarakat di sekitar Firdaus yang sangat tergesa-gesa untuk dapat menaiki bis dan pergi kerja. Universitas Sumatera Utara 13 . ﻮ ﻻﺎ ﻷ يﺮﺟأ ﺎﻧاو هﺪﺣأ ﻟ ةﺮ تاذو , ﺮ اذﺈ درﺎ ﻟا ءﺎ ﻟﺎآ يﺪ ﺟو ﺳأر ﻰ ﻘ , ﺔ ﻮ ﻰﻟإ ﺮ آ ﻮ ةﺮ ﻧ ةﺮ يواﺪ ﻟا , 2002 : 85 . wa żāta marratin limuhannī ahadihim wa anā ajrī li`ata‘allaqa bi al-atūbīsi, fai żā binazratihi tasqutu ‘alā ra`sī wa jasadī ka al-mā`i al-bāridi, nazratan muwazzafa kab īri ilā muwazzafatin şagīratin ‘pada suatu hari, ketika saya sedang berlari di belakang bis, berusaha untuk mendapatkan tempat berpijak dan dapat meloncat ke dalam, salah seorang dari mereka melihat saya. Pandangan matanya seperti orang berpangkat tinggi terhadap yang rendah, saya merasakannya di atas kepala saya, kemudian turun ke tubuh saya seperti siraman air dingin’Al- Sa’dawi, 2000: 108. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu pandangan seseorang terhadap Firdaus bahwasanya Firdaus seorang pegawai rendahan dan hanya dipandang sebelah mata. 14 . ﺔ ﻮ ﻧأ ﺔ ﺮﺘ ﺮ ةﺮ ﻘ , ﻮ ﻻا ءارو ﺮ , ﻜﻟو ﻧرﺎ أ يﻮﺜﻧﻷا كﺪ ﺟ نﻻ ﺘ ﺮ ﻚ وﺄﺳ , نأ ﻚ ﺮﺸ فﻮﺳو ﺜ مﺮﺘ ﻮ ﻚ ﻬﺘﺸ يواﺪ ﻟا , 2002 : 85 . anti muwazzafatun faq īratun gairu mukhtarimatun, tajrīna warāu al-atūbīsi, wa lakinn ī sa`uwaşiluka fī ‘arabatī lianna jasadaki al-anśawī aśārunī, wa saufa yasyrifuki an yasytahaiki muwazzafu muhtarimun mi ślī ‘kamu pegawai hina dan miskin, yang tak ada harganya, berlari mengejar bis untuk menaikinya. Saya akan membawamu dalam mobil saya karena tubuh kewanitaanmu telah menimbulkan berahi. Suatu kehormatan bagimu untuk diingini seorang pejabat berpangkat yang terhormat seperti saya ini’Al-Sa’dawi, 2000: 108. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu cara berpikir seorang lelaki terhormat yang menghina Firdaus sebagai pegawai hina dan miskin. Universitas Sumatera Utara 15 . ﺎﻘ ﺮ ﺎ ﻰﻄ أ آأ ﻟ ﻮ ﺎﻧا , ﻄ أ ﻟا ﻜﻟو ﺎﻘ ﺮ يﺪﻬﺟو ﻘ و يﺪ ﺟو ﻧ يواﺪ ﻟا , 2002 : 96 . an ā mūmisun lam akun a‘ţā syai`an bigairi maqābilin, wa lakinni fī al-hubbi a‘ ţaitu nafsī wa jasadī wa ‘aqlī wa juhdī bigairi maqābilin ‘saya pelacur tidak pernah memberikan sesuatu dengan imbalan cuma-cuma, tetapi di dalam cinta saya berikan tubuh dan jiwa saya, pikiran dan segala upaya yang dapat saya kumpulkan dengan cuma-cuma’ Al-Sa’dawi, 2000: 124. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu cara berpikir Firdaus yang memberikan tubuhnya dengan cuma-cuma untuk seorang yang ia cintai. 16 . ﺎ ﻬ ةﺮ ﻘ ةﺮ ﺔ ﻮ ﺎﻧﺄ , ءﺎﻄ ﻄ أ ﺎ ﻬ و ﺪﻘﻟا . ﺘ ﺳﺪ نإ يأ ﺔ ﺳﺪﻘآ ﺮ ﻘ ﺮ ﻧ نﻮﻜ نأ ﻜ ﻻ ﺔ ﺮ ﻻا , وأ ءﺎ ه ﺎ ﻧإو , ﺔ ذﺮﻟا ءاردزا ﺪ أ يواﺪ ﻟا , 2002 : 96 . fa an ā muwazzafatun şagīratun faqīratun mahmā fa‘altu wa mahmā a‘ţaitu ‘a ţā`a al-qiddīsīna. In qiddisitī kaqiddsiyyatun ai faqīrun lā yumkinu an takūna f ī nazri al-ākharīna fadīlatin, wa innamā hiya gabāun au da‘fun, asyaddu izdirāu min al-ra żilati saya masih tetap seorang karyawati miskin yang tak berarti. Kebajikan saya, seperti kebajikkan semua orang yang miskin, tak pernah dapat dianggap suatu kualitas, atau sebuah aset, tetapi malah dianggap bagai semacam kedunguan atau cara berpikir tolol, untuk dipandang lebih rendah lagi daripada kebejatan moral dan perbuatan jahat’Al-Sa’dawi, 2000: 125. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu status sosial Firdaus hanya seorang karyawati miskin yang tidak pernah dianggap kualitasnya dan dipandang rendah oleh atasannya. Universitas Sumatera Utara 17 . ﺔ وﺪﺨ ﺔ ﺪ نﻮآأ نأ ﺎ ﻮ نﻮآأ نأ أ ﻧأ ﺔﻘ ﻘﺣ . تﺎ وﺪﺨ ءﺎ ﻟا آ . ﺔ ﺪﺨﻟا ﻚ نﻮ ﺮ لﺎﺟﺮﻟا , ﻧﻮ ﺎ ﻚﻧﻷ ﻚ ﺔ وﺪﺨ . ﻟا ﻰﻟا ﻄ ﻬ نأ ﻚ نﻮ ﺮ لﺎﺟﺮﻟاو , ﻚﻧﻮ ﺎ ﻟا ﻰﻟا ﻄ ه ﻚﻧﻷ . جاوﺰﻟا ﻚ نﻮ ﺮ لﺎﺟﺮﻟا , ﻚﻧﻮ ﺎ ةﺮ ﺘ ﻟا ﺔ ﺪﺨﻟاو ﺔ ﺘﺸﻟا و بﺮ ﻟﺎ يواﺪ ﻟا , 2002 : 97 . haq īqatun annanī afdalu an akūna mūmisan ‘an akūna qadīsatun makhdū‘atan. Kullu al-nis ā`i makhdū‘ātin. Al-rijālu yafradūna ‘alaika al-khadī‘atu, śumma yu‘ āqibūnaka li`annaka makhdū‘atun. Wa al-rijālu yafradūna ‘alaika an tahbaţā il ā al-hadīdi śumma yu‘āqibūnaka li`annaka habiţat ilā al-hadīdi. Al-rijālu yafrad ūna ‘alaika al-zawāju, śumma yu‘āqibūnaka bi al-darbi wa al-syatīmati wa al-khidmati al-mustamirati ‘seorang pelacur yang sukses lebih baik daripada seorang suci yang sesat. Semua perempuan adalah korban penipuan. Lelaki memaksakan penipuan pada perempuan dan kemudian menghukum mereka karena telah tertipu menindas mereka ke tingkat terbawah dan menghukum mereka dalam perkawinan dan menghukum mereka dengan kerja kasar sepanjang umur mereka atau menghantam mereka dengan penghinaan atau dengan pukulan’ Al-Sa’dawi, 2000: 126. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu cara berpikir seorang pelacur yang sukses lebih baik daripada seorang suci yang sesat dan membenci semua lelaki yang ia kenal. 18 . ﺔ ﺟﺎﻧ ﺎ ﻮ أو , ﻰ أ ﻰ ﺣأ , ّ ﺎ ﺘ و ﺮﻟا أ لﺎﺟ يواﺪ ﻟا , 2002 : 100 . wa a şbahtu mūmisān nājihatan, ahşalu ‘alā a‘lī śamanin, wa yatanāfasu ‘alayya a‘zamu al-rij āli ‘saya telah menjadi seorang pelacur yang sangat sukses. Saya menerima bayaran yang paling mahal, dan orang-orang yang penting pun bersaing untuk disenangi oleh saya’Al-Sa’dawi, 2000: 130. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu Firdaus telah menjadi pelacur kelas atas yang disenangi kalangan pejabat. 19 . ﺪ آﺎ ﻟا اﺬه ﺜ ﻟ ر نأ ﻟ لﻮﻘ ﻟا ﺨﺸﻟ ﺔﻧﺎهأ ﺪ , و ﺪ ﻟا ﺔ ﻼ ﻟا ﻰﻟإ ء ّ يواﺪ ﻟا , 2002 : 100 . Universitas Sumatera Utara yaq ūlu lī an rafadī hażā al-hākimu qad ya‘uddu ahānatan lisyakhşihi al-‘azīmi, wa man śamma yasiu ilā al-‘alāqati baina al-baladaini ‘ ia mengatakan kepada saya bahwa menolak seorang Kepala Negara dapat dipandang sebagai suatu penghinaan pada tokoh yang penting dan dapat menjurus pada ketegangan hubungan antara dua negara Al-Sa’dawi, 2000: 131. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu kebiasaan hidup seorang pejabat yang senang dengan wanita penghibur. 20 . هﺪﺣأ ر ةﺮ ﻟا ﻰﻟإ ﻧوﺬ أ ﺪ و , تﺮﺟﺄﺘﺳﺄ لﺎ ﻟا ﺮ آ اﺮ آ ﺎ ﺎ , ةءاﺮ ﻟا ﺟﺮ و , نأ ﺪ ﺔ ﺮ ةأﺮ ا ﻧأ ﺔ ﻜ ﻟا ترﺮ يواﺪ ﻟا , 2002 : 101 . wa qad akha żūnī ilā al-sijni marratan bisababin rafadī ahaduhum, fa`asta`jartu muh āmiyān kabīrān bimablagi kabīri min al-māli, wa kharajtu min al-sijni bir ā`atin ba‘da an qarartu al-muhakkimata annanī imra`atun syarīfatun ‘pada suatu peristiwa mereka memasukkan saya ke dalam penjara karena saya menampik salah seorang dari tokoh-tokoh penting itu. Lalu saya menyewa seorang pengacara dengan biaya yang besar kemudian saya dibebaskan dari segala tuntutan. Pengadilan telah memutuskan bahwa saya seorang wanita terhormat’Al- Sa’dawi, 2000: 132. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu kebiasaan pejabat yang selalu menggunakan kekuasaan atas segalanya sudah menjadi tradisi dan dengan uang dapat menghalalkan segala cara. 21 . ﺎ ﺘﺟﻻا ﻟا . ىﺪﺣﻻ ﻟﺎ ءﺰ ﺎ ﻮ ﺮ ﺪ و ﺔ ﺮ ﺨﻟا تﺎ ﻟا , تﺮﺸ رﻮ ﻟا , فﺮﺸ ﻟا ﻮ تدﺎ أو يواﺪ ﻟا , 2002 : 102 . f ī al-silmi al-`ijtimā‘ī. Wa qad tabarra‘tu yaumān bijuz`i min mālī li`ihdī al- jam‘iyy āti al-khairiyyati, fanasyarat al-şahfa şūratī, wa asyādat bimauqifī al- masyrifi ‘pada suatu hari, ketika saya memberikan sumbangan sejumlah uang Universitas Sumatera Utara kepada sebuah perkumpulan sosial, surat-surat kabar memuat gambar-gambar saya dan menyanyikan sanjungan-sanjungan untuk saya’Al-Sa’dawi, 2000: 133. Pada kutipan di atas yang menunjukkan latar sosial-budaya yaitu Firdaus sangat bersosialisasi dengan masyarakat bawah dan memberikan sumbangan kepada mereka.

3.5 Tokoh Utama Pada Novel