Hassan, Tarjamah Bulughul Maram, h. 432 Fauzil Adhim, Saatnya Umtuk Menikah, h. 16 Fauzil Adhim, Saatnya Umtuk Menikah, h. 18

Syarih rahimahullah berkata: “Kufu itu karena agama dan akhlaknya”. Sedangkan Imam Malik menegaskan, bahwa kufu itu hanya menyangkut agama saja, demikian juga apa yang dikutip dari Umar dan Ibnu Mas’ud dari kalangan Tabi’in seperti Muhammad bin Sirin dan Umar bin Abdul Aziz dengan dasar firman Allah surah Al-Hujurat ayat 13: 75 ⌧ تاﺮ ا : Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al-Hujurat 49:13 Ibnu Hajar Al-Astqalani berkata di dalam Fathul Bari : “Pandangan tentang agama sebagai faktor kekufuan adalah sudah mutafaq ‘alaih disepakati, sehingga tidak boleh seorang muslimah dikawin dengan laki-laki 74

A. Hassan, Tarjamah Bulughul Maram, h. 432

75 Mu’ammal Hamidy, Imron A.M. dan Umar Fanani, Terjemah Nailul Authar, h. 2176 kafir”. Dari keempat unsur kekufuan di atas ada yang menambahkan faktor bebas dari cacat, bahkan ada yang menyebut faktor timpang. Dan dari keseluruhan faktor, predikat yang dapat meningkatkan martabat seseorang yang paling tinggi secara mutlak adalah ilmu, bardasarkan hadits Nabi “Ulama itu pewaris para Nabi”. 76

4. Pengeluaran tidak pada tempatnya

Kendala yang juga tidak kalah penting pada zaman sekarang ini adalah barang antaran yang dibawa oleh pengantin laki-laki ke rumah pengantin wanita.mula-mula hanya sebuah Al-Qur’an, namun perlahan-lahan ditambah pula pakaian wanita, lalu perlengkapan kecantikan wanita, sampai perhiasan mahal, sehingga seandainya seluruh barang miliknya dijual tak akan cukup untuk membeli perhiasan tersebut. Dengan begitu, pastilah para pemuda akan mengatakan mereka tidak ingin menikah. 77 Apa salahnya jika kita hanya membawa perlengkapan shalat dan Al- Qur’an? Apa kekurangannya jika kita tidak membawa emas? Memangnya apa yang akan terjadi? Apa salahnya jika kita menikahkan seorang lelaki yang hanya memiliki cincin biasa dan perempuan yang hanya memiliki cincin akik? 78 76 Mu’ammal Hamidy, Imron A.M. dan Umar Fanani, Terjemah Nailul Authar, h. 2176 77

M. Fauzil Adhim, Saatnya Umtuk Menikah, h. 16

78

M. Fauzil Adhim, Saatnya Umtuk Menikah, h. 18

Padahal Islam telah melarang laki-laki memakai cincin yang terbuat dari emas atau perak seperti wanita, sekalipun dengan alasan untuk meminang. Karena hal itu merupakan kebiasaan yang tidak Islami. Sedangkan syariat Islam menghimbau kepada orang-orang mukmin agar menjaga keutuhan agamanya, sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits “Siapa saja yang menyerupai suatu golongan, maka ia termasuk ke dalam kelompokgolongan tersebut”. 79 Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam kitabnya yang berjudul “Adab Az Zafaaf” menjelaskan: “Kebiasaan memakai cincin tunangan adalah tradisi kebiasaan yang pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu, tepatnya ketika mereka mengadakan pesta perkawinan. Yaitu yang dipasang pada ibu jari sambil berkata atas nama bapak, kemudian dipindahkan ke jari telunjuk sambil berkata atas nama anak, kemudian dipindahkan ke jari tengah sambil berkata atas nama roh kudus, dengan disertai ucapan amin dan ia memindahkan ke jari manis sebagai tempat dari lafadz amin yang terakhir”. 80

5. Menghalangi pendidikan atau karir

Salah satu kendala yang menghambat proses perkawinan adalah masa studi. Faktor ini banyak menjadi keluhan mahasiswa muslim. Rumah tangga 79 Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Kado perkawinan, h. 130 80 Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Kado perkawinan, h. 131 merupakan hantu yang menakutkan, sehingga mereka tidak mau menikah sebelum selesai kuliahnya. Mereka juga beranggapan bahwa berumah tangga itu adalah beban yang sangat besar, sehingga memerlukan persiapan yang cukup besar, ibarat orang membangun gedung raksasa. Bahkan ekstrimnya, ada yang beranggapan, lebih baik berbuat melanggar syariat Islam daripada gagal dalam kuliah. 81 Sebenarnya rintangan semacam ini tidak sepenuhnya benar. Bahkan sebaliknya, dengan menikah akan lebih mudah merasa ketenangan jiwa. Adanya ketenangan dan penyejuk jiwa dari anak maupun istri atau suami, dan dapat lebih menolong seseorang mendapatkan ilmu. Karirpun tidak akan berpengaruh banyak seandainya semua bisa saling mengerti dan mau berbagi. Bukankah banyak rekan-rekan mahasiswa yang kuliah sampai ke luar negeri meskipun sudah memiliki tanggungan keluarga? Atau karir yang terus menanjak justru setelah berkeluarga. Karena jika masih lajang, biasanya seseorang malah belum tergerak untuk melakukan sesuatu buat dirinya, misalnya dengan menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama teman- teman tanpa ada keperluan yang jelas, atau juga hanya hura-hura tanpa ada manfaatnya. 82 81 Kasmuri Selamat, Pedoman Mengayuh Rumah Tangga, h. 6 82 My Quran Komunitas Muslim Indonesia, “Indahnya Menikah di Usia Muda”, artikel ini diakses pada tanggal 12-03-2010 dari http:myquran.comforumshowthread.php3557- Indahnya-Menikah-di-Usia-Muda Namun demikian, masing-masing mahasiswa menghadapi alasan yang berbeda mengenai menikah dalam masa studi. Di bawah ini ada beberapa alasan pokok yang dikatakan para mahasiswa muslim tentang hal-hal yang menjadi penghalang mereka untuk menikah pada masa studi: a. Karena kesulitan ekonomi dan biaya studi b. Anggapan bahwa perkawinan merepotkan studi c. Malu terhadap lingkungan keluarga 83

6. Hasrat pemenuhan seks di luar syari’at Islam

Dewasa ini amat di sayangkan, banyak pemuda muslim ikut menahan diri untuk tidak menikah, bahkan menjauhkan masalah itu. Ini disebabkan karena munculnya gejala-gejala dekadensi moral yang telah merayap dalam masyarakat, dan adanya kerusakan-kerusakan sosial yang melanda setiap Negara dan bangsa. 84 Bila para pemuda dan pemudi telah merasakan bahwa kebutuhan fitrahnya telah terpenuhi dengan cara di luar syari’at maka mereka akan berpikir, “Mengapa saya harus menikah? Mengapa saya harus bertanggung jawab terhadap isteri, keluarga dan anak-anak? Mengapa saya harus bersusah-susah dengan beban itu? Padahal tanpa isteripun saya dapat memuaskan nafsu 83 M. Naskih Ulwan,, Perkawinan Masalah Orang Muda, Orang Tua, Dan Negara, h. 47 84 Ahmad Saptono, “Prilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja dan Orang Dewasa Yang Sudah Berkeluarga”, artikel ini diakses pada 12-04-2010 dari http:www.scribd.comdoc13753330Free-Sex dengan berbagai jalan”. Pertanyaan-pertanyaan ini praktis akan membuat mereka memilih hidup membujang daripada harus menikah. 85 Jika ini kenyataannya, maka sungguh tepat hipotesa para ilmuwan sosial dan pendidikan yang mengatakan bahwa kendala terbesar seseorang untuk tidak mau menikah dan tidak mau beristeri adalah karena pemuasan fitrah di luar garis sebenarnya.

7. Kurangnya kesiapan materi

Pada dasarnya kelompok terbanyak dari umat kita adalah sebagai pekerja dan pegawai. Meskipun keduanya menghasilkan uang, namun kadar penghasilan mereka terbatas, bahkan ada yang sangat minim. Mengingat kenyataan hidup yang meminta banyak biaya sedangkan upah sangat memprihatinkan, maka mereka menjadi tidak optimis teradap pernikahan, karena mereka harus bertanggung jawab terhadap nafkah atau biaya isteri dan anak-anaknya. 86 Padahal anggapan demikian tidak sepenuhnya benar. Pernikahan akan senantiasa membawa keberkahan bertambahnya kebaikan, karena menikah berarti melakukan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan semua rezki yang ada adalah di tangan Allah, sehingga manusia tidak bisa 85 Adsfundi, “Zina: Menyebabkan Muda-Mudi Enggan Menikah”, artikel ini diakses pada tanggal 12-04-2010 dari http:ummat-muhammad.blogspot.com200911zina-menyebabkan- muda-mudi-enggan.html 86

M. Naskih Ulwan,, Perkawinan Masalah Orang Muda, Orang Tua, Dan Negara, h. 65