PENGERTIAN MEMBUJANG TINJAUAN UMUM TENTANG MEMBUJANG

2. Menikah dapat memeliharadan menjaga kemaluan, agar jangan sampai menikmati hal-hal yang diharamkan syariat, yang bisa merusak struktur kehidupan masyarakat 3. Menikah dapat menjadikan seorang laki-laki menjadi lebih bertanggung jawab, melindungi dan berusaha untuk menafkahi isteri dan anak-anaknya. 4. Tercapainya ketenangan dan ketenteraman antara suami isteri serta terwujudnya kedamaian jiwa. 5. Pernikahan sangat berperan dalam membantu menjaga pola hidup masyarakat dalam tindak kekejian yang bisa menghancurkan akhlak manusia dan menjauhkannya dari kemuliaan. 6. Pernikahan akan mampu menjaga dan melestarikan keturunan, serta menguatkan tali kekeluargaan dan persaudaraan antara satu sama lain. Sehingga keluarga-keluarga yang mulia bisa mencapai tujuannya dengan penuh kasih sayang, saling menjalin hubungan dan saling menolong dengan jalan yang benar. 7. Pernikahan akan mengangkat manusia dari kehidupan seperti binatang kepada derajat kemanusiaan yang sangat mulia. 49

C. PENGERTIAN MEMBUJANG

49 Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-Hari, h. 637 Kalau dalam agama Kristen terdapat konsep atau anjuran “rahbaniyah” yaitu tidak beristeri atau tidak bersuami dan mengurung diri dalam biara, maka pada sebagian kaum muslimin tampak gejala “tabathul”. Tabathul asal katanya adalah “al-qath’u” yang berarti terputus. Sedangkan menurut istilah, tabathul adalah memutuskan hubungan dengan perempuan dan tidak menikah karena mengkhususkan diri beribadah kepada Allah SWT. 50 Bujangan atau perjaka adalah sebutan untuk seorang pria dewasa yang belum mempunyai istri. Istilah yang lain untuk ini adalah wadat dan selibat. Seorang bujangan adalah seorang pria yang belum pernah mengadakan hubungan seksual atau senggama. Pria yang masih bujangan disebut perjaka. Secara umum, bujangan juga direlasikan dengan kesucian. Sedangkan untuk wanita yang belum pernah melakukan senggama disebut perawan atau gadis. 51 Ath-thabari mengatakan dengan mengutip perkataan Utsman bin Ma’dzun, yang dimaksud dengan membujang adalah mengharamkan diri untuk kawin, pakai wangi-wangian dan segala macam kenikmatan hidup. Membujang juga berarti memutuskan hubungan dari wanita dan meninggalkan pernikahan dengan maksud beribadah kepada Allah SWT. 52 50 M. Ali Ash-Shabuni, Az-Zawajul Islami Mubakkiran, Alih Bahasa, Masharu Ikhwaki dan Husein Abdullah, Pernikahan Dini Yang Islami, Jakarta: Pustaka Amani, 1996, Cet. Ke-1, H. 33 51 Wikipedia, “Bujang”, artikel ini diakses pada tanggal 15-03-2010 dari http:id.wikipedia.orgwikibujang, diakses pada tanggal 20-03-2010 52 Imam Muhammad bin Isma’il Al-Kahlani, Subulus Salam Sa’ad Thalib Al-Hamdani mengatakan bahwa hidup membujang adalah enggan kawin dengan maksud untuk tekun ibadah, menjauhkan diri dari kesenangan dunia dan menghindarkan diri dari kewajiban mengasuh anak. 53 Dalam kitabnya Jaami’u lil Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa tabathul ialah menjauhi kenikmatan atau kelezatan duniawi dan mengkhususkan diri untuk beribadah kepadanya. D. KENDALA-KENDALA PERNIKAHAN Pernikahan menjadi dambaan banyak orang, terutama para pemuda dan gadis- gadis. Pernikahan menjadi harapan ketika fungsi-fungsi hormonal tubuh sudah matang. Pernikahan juga menjadi mimpi indah ketika jiwa tidak lagi bisa dipuaskan dengan menjadi anak ideal. Akan tetapi masih ada sekelompok orang yang melecehkan dan menghina suatu pernikahan atau pura-pura menyesalinya. Bahkan ada juga di antara mereka yang sengaja menghabiskan hari-harinya dengan bercengkrama ngobrol bersama teman-teman begadangnya. Sesungguhnya perbuatan tersebut hanya akan membawa mereka semakin jauh dari jalan Allah dan mencemarkan kesucian di atas perkara yang agung ini, dimana suatu pernikahan ini sudah ditetapkan oleh syari’at Allah di dalam kitab suci-Nya tepatnya mengenai kehidupan suami isteri. 54 53 Agus Salim, Risalatun Nikah, Jakarta: PT. Pustaka Amani, Cet. Ke- 3, H.20-21 54 Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Kado Pernikahan, h. 6 Jika kita mencoba melontarkan suatu teori umum tentang realitas sosial maka kita akan melihat sebagian pemuda pamudi kita enggan menikah sebagaimana disyari’atkan Allah. Mereka justru memilih hidup membujang yang jelas-jelas berdampak negatif. Tentu banyak faktor yang melatarbelakangi, baik dari faktor sosial maupun non sosial yang membuat pemuda pemudi memilih alternatif tidak menikah. Padahal pernikahan akan dapat menentramkan jiwa, memperbaiki moral, menyehatkan kondisi fisik serta membawa kepada kematangan psikis dan sosial. 55 Ada beberapa penyebab terpenting serta faktor penghambat perkawinan, bahkan yang mendorong pemuda kita memilih hidup bersantai-santai, berhura- hura dan melacur. Kendala-kendala yang menghalangi proses perkawinan bahkan menambah problem pembujangan tersebut, antara lain:

1. Mahalnya mas kawin

Mahalnya mas kawin merupakan suatu beban dalam bidang materi yang akan membuat seseorang enggan untuk melangsungkan pernikahan, pikiran jadi kacau dan tidak mustahil dia akan membatalkan perkawinannya karena tidak kuat membayar mas kawin yang terlampau mahal. 56 55 Cemplia, “Anjuran Menikah”, Artikel ini diakses pada tanggal 22-03-2010 dari http:cemplia.wordpress.com20080612anjuran-menikah 56 Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musnad, dan Kholid bin Ali bin Muhammab Al-Anbari, Al-Ziwaj Wa Al-Mubuur, Alih Bahasa, Musifin As’ad dan H. Salim Basyarahil, Perkawinan dan Masalahnya, Jakarta: Pustaka Kautsar, Cet. Ke-2, H. 88-91 Dewasa ini banyak orang yang jauh dari syariat Islam. Mereka memandang perkawinan dengan pandangan materi seperti seorang pedagang memandang barang-barang dagangannya. Mereka memberikan laba besar atau tidak tanpa mengenal moralitas atau statement-statement agama yang menjadi dasar perkawinan dan hidup berkeluarga. 57 Seorang ayah yang mempunyai putri cantik atau memiliki anak yang sudah bekerja di suatu tempat yang prestise akan bangga dan prestisnyapun ikut naik. Jika datang laki-laki ingin melamar putrinya maka tarif putrinya dinaikkan. Laki-laki tersebut baru diterima manakala sanggup mengeluarkan mas kawin dan biaya-biaya hidup yang amat besar. 58 Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dalam haditsnya: ْ أ ﺎ ﺰ ْا لﺎ لﺎ لﻮ ر ا ﻰ ا ْ و اذإ ْ آءﺎ ْ نْﻮ ْﺮ د و ﻮ ﻜْﺄ ﺎ إ اﻮ ْ ْ ﻜ ﺔ ْ ضْرﺄْا دﺎ و اﻮ ﺎ ﺎ لﻮ ر ا ْنإو نﺎآ لﺎ اذإ ْ آءﺎ ْ نْﻮ ْﺮ د و ﻮ ﻜْﺄ ثﺎ تاﺮ اور يﺬ ﺮ ا 59 Artinya: “Dari Abi Hatim al-Muzani, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Apabila datang meminang kepadamu, orang yang kamu ridha karena agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah anakmu dengan dia, jika tidak kamu lakukan maka akan timbul fitnah di bumi dan kerusakan yang besar”. Mereka bertanya: “Ya Rasulullah, jika hal itu 57 M. Nasikh ’Ulwan, Aqaabatuz Zawaj Wa Turuquhu Wa Mu’ajalatiha ‘Alaa Dlaulil Islam , Alih Bahasa, Moh. Nurhakim, Perkawinan Masalah Orang Muda, Orang Tua, Dan Negara , Jakarta: Gema Insani Press, 1996, Cet. Ke-5, h. 36 58

M. Nasikh ’Ulwan, Perkawinan Masalah Orang Muda, Orang Tua, Dan Negara, h. 36