3. Dampak sosial Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum
saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang
mencela dan menolak keadaan tersebut 4. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono 2003 adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit
menular seksual PMS yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta
meningkatkan risiko terkena PMS dan HIVAIDS.
2.4.2. Masalah Kesehatan Reproduksi
Kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Selain itu mereka juga tidak memiliki akses
terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi. Informasi biasanya hanya dari teman danatau media, yang biasanya sering tidak
akurat. Hal inilah yang menyababkan remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman, IMS, kekerasanpelecehan
seksual, dan lain-lain Widyastuti,dkk, 2009. Menurut Widyastuti 2009, ada beberapa masalah seksualitas yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi bagi wanita, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Ketidakmatangan secara psikologis dan biologis. Secara psikologis usia yang belum matang tentu belum siap menghadapi
permasalahan yang akan dihadapi dalam sebuah perkawinan, sementara secara biologis pada usia remaja organ-organ reproduksi belum siap karena masih
berkembang sehingga ketika seorang remaja hamil akan mengalami risiko lebih tinggi dalam persalinan akibat belum sempurnanya perkembangan panngulnya,
selain itu beberapa hasil penelitian menunjukan melakukan hubungan seks diusia dini dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
2. Risiko komplikasi dan kematian ibu dan janin lebih besar. Kehamilan pada usia dini biasa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti
perdarahan, bahkan bias sampai pada kematian. 3. Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri.
Sebagai remaja mereka sedang mencari identitas. Mungkin mereka sedang menikmati pergaulan dengan kelompoknya. Mungkin sekali mereka sering gelisah,
cemas, dan bingung dalam pencarian identitas tersebut. Dapat dipastikan tidak ada remaja yang siap menerima kehamilan dan siap menjadi orang tua, status yang
sama sekali tidak mereka pahami. Pada saat pergumulan keremajaan mereka belum tuntas,hilangnya keperawanan yang mengakibatkan kehamilan akan
menambah persoalan baru dan menambah kebingungan mereka, serta merenggut dengan paksa masa remaja yang seharusnya diisi dengan berbagai aktivitas untuk
persiapan masa depan. 4. Risiko bertambah untuk melakukan aborsi.
Banyak remaja mengakhiri kehamilannya dengan aborsi. Jika di negara maju yang melegalkan aborsi, biasa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan
Universitas Sumatera Utara
berpengalaman. Di negara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak aman bahkan tidak lazim dan oleh dukun aborsi biasa mengakibatkan dampak
negative secara fisik, psikis, dan sosial bila dilakukan secara tidak aman.
2.5. Variabel yang diteliti