Pengetahuan Remaja Putri Tentang Seks Pranikah

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Seks Pranikah

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja berpengetahuan kurang baik yaitu 41 66,1, sedangkan 21 33,9 remaja berpengetahuan cukup baik tentang permasalahan yang berkaitan dengan seks pranikah. Lain halnya dengan penemuan Angga 2009, dalam penelitiannya terhadap 70 siswa SMU Hang Tuah Belawan, pengetahuan siswa mengenai seks pra-nikah sebagian besar ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 51 orang 72,9, sedangkan sebagian kecil ada pada kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang 5,7. Selamihardjo 2007, mengatakan bahwa remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 – 12 remaja di Semarang pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Membahas persoalan seks pranikah tidak dapat dilepaskan dari permasalahan pendidikan seks ataupun pengetahuan kesehatan reproduksi karena antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Adanya penyimpangan perilaku seksual suatu gambaran minimnya pengetahuan mereka mengenai informasi dasar kesehatan reproduksi atau Universitas Sumatera Utara pendidikan seks yang tidak diberikan sejak dini sehingga mendorong mereka melakukan hubungan seks tanpa memikirkan akibatnya. Menurut Sarwono 2006, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah, remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya sedikit yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi. Begitu juga dengan Dadang 2008 yang mengatakan bahwa terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi seringkali mengarah pada tindakan seks pranikah. Dengan minimnya pengetahuan tersebut, maka seringkali terjadi penyalahgunaan fungsi seksual di dalam pergaulan remaja. Khusus remaja yang berpengetahuan kurang baik mengenai seks pranikah, diketahui dari persentase mereka menjawab beberapa indikator pertanyaan mengenai seks pranikah, misalnya 79,0 remaja tidak tahu menjawab pengertian pengertian seks pranikah dan cenderung menyatakan seks pranikah adalah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sementara Mu’tadin 2002, bahwa seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Data penelitian juga menemukan 14,5 remaja putri tidak mengetahui bahayadampak yang ditimbulkan akibat hubungan seksual pranikah. Hasil penelitian diatas sesuai dengan data penelitian Boyke di Jabotabek tahun 2009, ditemukan sekitar 47 remaja putri memperlihatkan tidak tahu risiko melakukan hubungan seks pranikah. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa rendahnya pemahaman remaja tentang seks pranikah karena mereka tidak memperoleh informasi yang cukup dan benar mengenai seks panikah. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana survei yang dilakukan oleh Abidin 2007 terhadap sejumlah remaja perempuan juga membuktikan bahwa seks di antara mereka dilakukan tanpa paksaan, dan didasari atas suka sama suka. Mereka tidak sadar akan konsekuensi seks di usia muda. Saat usia belasan tahun, rahim masih amat rentan dengan berbagai virus dan kuman. Sehingga human papilloma virus HPV yang merupakan cikal bakal kanker serviks bisa masuk dan menyerang mereka. Pada penelitian juga menemukan 25,8 remaja putri yang menyebutkan tidak tahu dampak psikologis dari perilaku seks pranikah. Franky 2007 menyatakan bahwa dampak psikologis seks pra-nikah pelaku akan merasa diri kotor dan kehamilan akan berdampak pada hal lain dosa memperanakkan dosa, seperti berbohong, menjauh dari pergaulan positif. Dampaknya seperti lingkaran setan yang tidak ada ujungnya Bart 1994 menyatakan bahwa pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah ke arah yang lebih baik.

5.2 Sikap Remaja Putri Tentang Seks Pranikah

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Aborsi di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Persatuan Amal Bakti (PAB) 2 Helvetia Kecamatan Labuhan Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

5 129 66

Studi Kualitatif Perilaku Seks Pranikah Remaja Putri Di Kota Gunungsitoli Tahun 2013

10 70 131

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Remaja Putri Tentang Higienis Pada Saat Menstruasi Di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010

0 28 121

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Pada Masa Pubertas Tentang Perkembangan Organ Seks di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010

0 55 53

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMA Batik 2.

0 1 12

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMA Batik 2.

0 2 12

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA PERKOTAAN DAN Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di Sma Perkotaan Dan Pedesaan.

0 0 16

PERBEDAAN EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DAN METODE PEER COUNSELLOR TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DITINJAU DARI SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH.

0 0 1

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TENTANG SEKS PRANIKAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

1 3 5

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ABORSIDI MADRASAH ALIYAH SWASTA (MAS) PERSATUAN AMAL BAKTI (PAB) 2 HELVETIA KECAMATAN LABUHAN BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

0 0 12