Remaja memandang dirinya dan orang lain seperti yang diinginkannya dan bukan sebagaimana adanya, terutama dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini
bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga terhadap teman-teman dan keluarganya. Kondisi ini menyebabkan meningginya emosi terutama di awal masa
remaja. Semakin cita-citanya tidak realistis maka individu tersebut semakin menjadi pemarah.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Remaja mulai lebih memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini
akan memberikan citra yang mereka inginkan.
2.3.4. Permasalahan Dalam Masa Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologik, psikologik dan sosial. Ada dua aspek pokok dalam perubahan remaja yaitu Hurlock, 2007:
1. Perubahan fisik atau biologis Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut
pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal. Antara remaja
perempuan dengan laki-laki kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda.
Universitas Sumatera Utara
2. Perubahan psikologis Masa peralihan ini seringkali menghadapkan remaja tersebut pada situasi yang
membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak dan di lain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik
itu sering menyebabkan banyak perilaku remaja yang aneh atau canggung dan kalau tidak dikontrol bisa mengakibatkan kenakalan remaja.
Pada masa remaja labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin
tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual mereka cenderung membuat mereka berpikir kritis, tersalur melalui perbuatan yang bersifat
eksperimen dan eksploratif. Tindakan dan sikap remaja ini dapat berakibat konstruktif dan berguna, tetapi sering kali ada faktor dari luar diri remaja yang mempengaruhi
potensi yang ada pada remaja tersebut dimanfaatkan kearah perbuatan yang negatif. Determinan dalam proses perkembangan remaja dapat dibedakan atas dua
faktor yaitu mempengaruhi kehidupan remaja secara langsung seperti faktor dari keluarga, sekolah dan tetangga. Sementara faktor secara tidak langsung berupa
struktur sosial, ekonomi, politik dan budaya lingkungan. Menurut Dalyono 2005, lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan remaja. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan remaja, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat remaja bergaul
juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya bergantung kepada keadaan lingkungan remaja itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar ada dua tekanan pokok yang berhubungan dengan kehidupan remaja yaitu: tekanan dari dalam diri remaja meliputi tekanan psikologis
dan emosional. Sedangkan tekanan dari luar diri remaja meliputi teman sebaya, orang tua, guru dan masyarakat.
Permasalahan yang dihadapi remaja dari segi seksualitas atau perilaku seksualnya sebagian besar diakibatkan adanya perubahan fisik dan psikologis. Para
remaja yang melakukan hubungan seksual akan dihadapkan pada hal-hal yang bersifat negatif seperti; kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan penularan
penyakit seksual. Selain itu akibat dari seorang gadis yang tiba-tiba hamil akan mengalami ketegangan mental, kebingungan dan juga cemohan dan penolakan dari
masyarakat sekitarnya. Menurut Sarwono yang dikutip oleh Widiastuti 2008 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja antara lain :
1. Pengalaman Seksual Makin banyak pengalaman mendengar, melihat dan mengalami hubungan seksual,
maka makin kuat stimulasi yang dapat mendorong munculnya perilaku seksual. Misalnya, media massa film, internet, gambar atau majalah porno, obrolan dari
teman atau pacar tentang pengalaman seks, melihat orang-orang yang tengah berpacaran atau melakukan hubungan seksual.
2. Faktor kepribadian Seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, kemampuan membuat keputusan
dan nilai-nilai yang dimiliki. 3. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan
Orang yang memiliki penghayatan yang kuat tenang nilai-nilai keagamaan, integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan perilaku seksual yang
Universitas Sumatera Utara
selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif.
4. Berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol, penanaman nilai moral dan keterbukaan komunikasi. Remaja rentan dalam melakukan perilaku seks yang
menyimpang salah satunya faktor ketidaktahuan orang tua dalam memberikan pendidikan seks secara dini serta adanya sikap mereka menabukan pembicaraan
seks pada anak-anaknya, sikap yang cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seks.
5. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang
kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan
bertanggung jawab. Beberapa ahli berpendapat bahwa remaja semata-mata bersikap lebih terbuka
dalam membicarakan seks dibandingkan oleh para pendahulunya dengan cara sembunyi-sembunyi. Data tersebut menunjukkan perubahan yang pasti dalam hal
perilaku seksual. Menurut Sorensen, dikut ip oleh Atkinson 2002 dalam suatu survei nasional terhadap remaja usia 13-19 tahun pada tahun 1973 menemukan bahwa 59
remaja pria dan 45 remaja wanita sudah mendapat pengalaman seks yang sebagian besar dari mereka belum mencapai usia 16 tahun. Dan menurut Zelnik dan Katner
yang dikutip oleh Atkinson 2002 survei tahun 1976 menemukan bahwa 55 dari remaja wanita berusia 19 tahun yang di wawancarai sedah mendapat pengalman seks.
Perubahan standar seks nampaknya tidak mengarah kearah promiskuitas yang lebih besar. Meskipun menurut sebagian besar anak laki-laki mengalami hubungan
Universitas Sumatera Utara
seks dengan beberapa pasangan, dan sebagian besar anak perempuan mengatakan bahwa mereka membatasi hubungan seks mereka dengan seorang laki-laki saja yang
pada waktu itu mereka cintai. Mereka mengira bahwa seks adalah bagian dari cinta dan bagian dari hubungan intim serta tidak perlu selalu dibatasi oleh ikatan
perkawinan. Seks yang ternyata menjadi bahan pembicaraan menarik di kalangan remaja
sekarang, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Hal ini dikarenakan mereka sedang mengalami gejolak yang dahsyat. Dorongan seks yang kuat adalah salah satu
masalah terberat yang selalu di alami oleh setiap remaja. Meningkatnya minat terhadap seks, ketertarikan terhadap lawan jenis merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pertumbuhan masa remaja. Perasaan ini terus mendorong remaja melakukan komunikasi, menjalin pertemanan, atau berkencan dengan lawan jenis.
Kadang-kadang implus seks yang kuat mendorong mereka berkhayal atau bermimpi tentang seks dan lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang remaja puteri melepaskan
keperawananya hanya untuk kesenangan semata. Surbakti, 2008 Pada umumnya, banyak dari responden pria yang telah melakukan seks pranikah,
namun mereka tetap menginginkan wanita yang masih perawan hingga saat menikah. Setiawan, 2009
2.4 Seks Pranikah