Bagan 2.1 Urutan pemrosesan informasi Morris 1982 dalam Wright 2005
H. Precede-Proceed Model
Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980 ini merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi
promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE predisposing, reinforcing and enabiling causes in educational diagnosis and evaluation.
PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencana mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. PROCEED
merupakan singkatan dari policy, regulatory, and organizational contructs in educational and enviromental development Maulana, 2009. Model PROCEED
ini menekankan pada tiga fase terakhir yaitu evaluasi proses, evaluasi dampak, dan evaluasi hasil Warner, 2014.
Model ini dimulai dengan pengkajianpenelitian-diri populasi yang berkaitan dengan kualitas kehidupan kehidupan di dalam fase 1 dan diakhiri
dengan evaluasi hasil pada fase 9. Pendidikan merupakan dimensi kunci dan sangat penting yang secara khusus dibahas di dalam fase 4 dan 5. Pada fase
Register Sensoral
Ingatan jangka panjang
Ingatan jangka pendek Terlupakan
Terlupakan Restorasi
Pengulangan Penghafalan
dan pengkodean
Stimulus Eksternal
Proses awal
diagnosis pendidikan pada model ini terdiri dari faktor predisposisi, faktor penguat, dan faktor pemungkin menggabungkan Health Belief Model, Sel-
Efficacy Theory, dan Theory of Reasoned Action Bastable, 2002. PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara bersama-sama dalam
proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan
PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi Notoatmodjo, 2010.
Bagan 2.2 Model Precede Proceed Green Kreuter, 1999
I. Penelitian Terkait
1. Penelitian Septiana 2014 tentang pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP
Kualitas hidup
Faktor Predisposisi
Lingkungan Perilaku dan
Gaya Hidup Kesehatan
Faktor Pemungkin
Faktor Penguat Pendidikan
Kesehatan
Kebijakan Peraturan
Organisasi Fase 5
Diagnosis Administratf dan
Kebijakan Fase 4
Diagnosis Pendidikan dan Organisasi
Fase 3 Diagnosis Perilaku
dan Lingkungan Fase 2
Diagnosis Epidemiologis
Fase 1 Diagnosis Sosial
Fase 6 Implementasi
Fase 7 Evaluasi Proses
Fase 8 Evaluasi Dampak
Fase 9 Evaluasi Hasil
Islam Ruhama Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental design dengan one group pretest-posttest design. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 orang. Kelompok eksperimen diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah
menggunakan media power point. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convience sample. Menggunakan uji wilcoxon
didapatkan nilai Asymp. Sig. =0.051 nilai ini lebih besar dari nilai α alpha sebesar 0.05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedan yang signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan
sesudah diberikan intervensi.
2. Penelitian Sulistianingsih 2012 tentang tingkat pengetahuan ibu
menyusui tentang cara menyusui yang benar di Dusun Lemahbang Plosokerep Kara Ngmalang,
Kabupaten Sragen. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, teknik pengambilan sampel dengan total sampling dengan jumlah responden 32 orang. Hasil
penelitian diperoleh hasil yang memiliki pengetahuan berkategori baik sebesar 46,8 responden, cukup baik sebesar 43,8 reponden, kurang
baik sebesar 12,5 reponden dan yang berkategori tidak baik tidak
ditemukan dalam penelitian ini.
3. Penelitian Muliawati 2012 tentang pelaksanan teknik menyusui bayi
tunggal di RB MTA Semanggi Surakarta tahun 2011. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan observasi. Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling dengan jumlah responden sebanyak 37 responden. Hasil penelitian yang didapat dari 37 responden adalah 2
responden 5 ibu melakukan teknik menyusui dengan hasil baik, 15 responden 41 dengan hasil cukup dan hanya 20 responden 54 ibu
melakukan teknik menyusui kurang.
4. Penelitian Nurbaeti Lestari 2013 tentang efektivitas comprehensive
breastfeeding education terhadap keberhasilan pemberian Air Susu Ibu postpartum. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi ekperimen
dengan one group pre post test repeated measured design. Jumlah sampel sebanyak 22 ibu dengan menggunkan teknik accidental sampling.
Intervensi dilakukan selama 30 menit. Pengumpulan data dilakukan sebelum intervensi, 3 hari setelah intervensi post 1, dan 10 hari setelah
intervensi post 2. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Keberhasilan pemberian ASI berdasar pada parameter
pengetahuan, langkah menyusui, perlekatan bayi, dan kecukupan ASI. Analisis data menggunakan general linear model repeated measure
ANOVA. Hasil
penelitian menunjukkan
adanya signifikansi
comprehensive breastfeeding education p=0.001. Rata-rata keberhasilan pemberian ASI sebelum dan setelah intervensi meningkat. Sebesar 93,9
intervensi memengaruhi tingkat keberhasilan. Rata-rata sebelum intervensi 56,74 SD 5,92, post 1 sebesar 60,83 SD 6,38 dan post 2 sebesar 74,55
SD 5,32. Subvariabel yang memiliki efek secara signifikan setelah intervensi adalah pengetahuan p=0.001 dan langkah menyusui p=0.001,
sedangkan subvariabel perlekatan bayi p=0.061 dan kecukupan ASI p=0.162 tidak secara signifikan berbeda antara sebelum dan setelah
intervensi.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Imdad, Yakoob, Bhutta 2011 yang
berjudul effect of breastfeeding promotion interventions on breastfeeding rates, with special focus on developing countries. Metode penelitian yang
dilakukan adalah sistematik literatur dengan mengidentifikasi semua studi dan dievaluasi dampak strategi promosi menyusi dan pemberian lama ASI
pada 4-6 minggu dan 6 bulan. Hasil penelitian ini, setelah mereview 968 abstrak, 268 studi yang dipilih sesuai inklusi, 53 yang dirandomisasi dan
quasi-randomized controlled trials yang dipilih untuk abstrak lengkap. Ada peningkatan signifikan secara statistik dalam hasil ini 43, dengan
89 dan 20 peningkatan yang signifikan di negara maju dan berkembang . Lima belas studi melaporkan hasil ASI di 6 bulan. Terjadi
peningkatan secara keseluruhan 137, dengan signifikan 6 kali peningkatan EBF di negara-negara berkembang, dibandingkan dengan 1,3
kali lipat peningkatan dalam studi negara maju. Analisis sub-kelompok lanjut membuktikan bahwa konseling prenatal memiliki dampak yang
signifikan pada hasil menyusui di 4-6 minggu, sedangkan kedua prenatal dan postnatal konseling yang penting bagi ASI pada 6 bulan.
J. Kerangka Teori