Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Usia Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN IBU HAMIL USIA GESTASI 36-40 MINGGU
TENTANG CARA MENYUSUI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH
YULI SRI MULYANI 1112104000033
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, June 2016
Yuli Sri Mulyani, NIM : 1112104000033
The Effect Of Health Education On The Knowledge Of 36-40 Weeks Prenatal Mother About Breastfeeding Technique At Job Region of Pisangan Community Health Center
Xx + 87 pages + 2 images + 10 attachments
ABSTRACT
Breastfeeding is a natural process and is an art that must be learned back in. The ignorance of mother about breastfeeding technique properly and correctly will have an impact on the exclusive breastfeeding. Therefore it required a knowledge so that the mother will be able to do breastfeeding properly. One of the effort to improve mother’s knowledge about breastfeeding technique is through health education. Health education delivered using an individual technique with lecture technique and demonstration with a model instrument. The purpose of this research was to determine the effect of health education on the knowledge of 36-40 weeks prenatal mother about breastfeeding technique at at job region of Pisangan Community Health Center. This quasy experimental study was using one group pre post test repeated measured design and conducted in 16 pregnant mothers aged 36-40 weeks by using convenience sampling. On the statistical calculation, the result of Paired T-test on the 1st pretest and posttest showed an escalation in the knowledge level C1 and C2 significantly between before and after the intervention (p=0,000). While on the 1st posttest and 2nd posttest that were tested using Wilcoxon test showed there’s no significant difference (p=0,059). On the knowledge level C3 also showed a significant escalation after the intervention (p=0,003) during the pretest and 1st posttest. While during 1st posttest and 2ndposttest showed there’s also no difference (p=0,687). So, it can be
concluded that health education could affect an improvement of the mother’s
knowledge significantly about breastfeeding technique.
Keywords: knowledge, health education, breastfeeding technique Reference: 106 references
(4)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016
Yuli Sri Mulyani, NIM : 1112104000033
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Usia Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Xx + 87 halaman + 14 tabel + 2 Gambar + 10 lampiran
ABSTRAK
Menyusui adalah suatu proses alamiah dan merupakan suatu seni yang harus dipelajari kembali. Ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui secara baik dan benar akan berdampak pada pemberian ASI Eksklusif. Untuknya diperlukan pengetahuan yang agar ibu mampu menyusui dengan benar. Maka salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara menyusui ini adalah dengan cara pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan individual ini disampaikan menggunakan penyampaian materi dan demonstrasi menggunakan alat peraga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan individual terhadap pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan. Penelitian quasy experiment ini menggunakan metode one group pre post test repeated measured design yang dilakukan pada 16 ibu hamil usia 36-40 minggu menggunakan convenience sampling. Pada perhitungan statistik, hasil uji paired t-test pada pretest dan
postest 1 menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tingkat C1 dan C2 yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi (p = 0.000). sedangkan pada
postest 1 dan postest 2 yang diuji menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p = 0.059). Pada pengetahuan tingkat C3 menunjukkan peningkatan yang signifikan pula setelah diintervensi (p=0.003) pada saat pretest dan postest 1. Sedangkan pada saat postest 1 dan postest 2 tidak terdapat perbedaan (p=0.687). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan dapat berpengaruh secara signifikan meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan, Cara Menyusui Referensi : 106 referensi
(5)
(6)
(7)
(8)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yuli Sri Mulyani
Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 15 Juli 1995 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Kp. Cimeong RT 002 RW 002 Desa Ramaya Kecamatan Menes Kabupaten Pandenglang, Banten 42262
Nomor HP : 089634367574
Email : srimulyaniyuli003@gmail.com
Fakultas/Jurusan : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. RA Mathla’ul Anwar Cibongkok Lulus tahun 2000
2. MI Mathla’ul Anwar Cibongkok Lulus tahun 2006
3. MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes Lulus tahun 2009
4. MA Mathla’ul Anwar Pusat Menes Lulus tahun 2012
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 - sekarang ORGANISASI
1. Dewan Kerja Ranting Menes 2009-2011
2. Dewan Ambalan 2011-2012
3. CSSMoRA (LSO Majalah Denta) 2012-2013
4. CSSMoRA (Staf Ahli Depkominfo) 2013-2014 5. HMPSIK (Staf Ahli Pengsosmas) 2014-2015
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Usia Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan
memperoleh gelar sarjana.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep., Sp. Kep. An selaku dosen pembimbing I dan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing, meluangkan waktu, pikiran, tenaga, memberi arahan,semangat dan motivasi hingga saat ini.
4. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberi arahan dan waktu serta pikiran dalam proses penyusunan skripsi ini.
(10)
x
5. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep.,MKM selaku dosen pembimbing II pengganti yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam proses bimbingan selama ini dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
6. Yenita Agus, SKp.,M.Kep.,PhD dan Puspita Palupi, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat. selaku dosen penguji skripsi, terimakasih penulis haturkan atas saran dan kritik yang membangun demi memperbaiki skripsi ini. Segenap staff pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap staff bidang akademik dan karyawan perpustakaan yang telah banyak membantu kelancaran administratif dan membantu pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
8. Staff karyawan puskesmas Pisangan yang telah membantu dan memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Orangtuaku yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang dengan tulus, doa, serta semangat yang tulus dan ikhlas, Bapak E. Lukman Sama dan Mamah Neni Suherni. Semua ketulusan dan keikhlasanmu semoga menjadi jalan untuk kita bertemu di tempat terindah kelak.
10.Kakak-kakakku tersayang, Enong Agustina Ferianti dan E. Rian Feriana yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada peneliti. Tidak ada langit yang selalu biru, begitu pula tidak ada langit yang selalu hitam. Insyaallah kebahagiaan akan menyertai kita di dunia dan akhirat nanti.
11.Adik-adikku terkasih, Ismi Baetuljannah dan Silmi Kaffah yang selalu memberikan semangat kepada peneliti.
(11)
xi
12.Kementrian Agama yang telah memberikan kesempatan sehingga peneliti mampu berkuliah yang menerima beasiswa penuh hingga saat ini.
13.Sahabat-sahabatku PSIK angkatan 2012, CSSMoRA UIN Jakarta angkatan 2012, serta CSSMoRA UIN Jakarta. Kita bersama-sama bersusah payah, bercanda gurau, dan berjuang bersama menuju kesuksesan yang untuk mendapatkannya tentu tidaklah mudah. Semua keluh, kesah, kasih, tangis, tawa, serta semangat yang kalian membuat kita semakin erat. Terimakasih atas semuanya, semoga kita semua senantiasa diberi rahmat dan lindungan-Nya.
Ciputat, Juni 2016
(12)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
LEMBAR PENGESAHAN ... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR SINGKATAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Pertanyaan Penelitian ... 5
D.Tujuan Penelitian... 6
E.Manfaat Penelitian ... 6
F.Ruang Lingkup Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
(13)
xiii
1. Definisi ... 9
2. Pendidikan Prenatal Pada Usia Kehamilan Trimester Tiga ... 9
B.Anatomi Payudara ... 11
C.Fisiologi Laktasi ... 11
D.Menyusui/Laktasi ... 13
1. Pengertian ... 13
2. Manfaat Menyusui ... 13
3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI ... 15
4. Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui ... 15
5. Cara Menyusui yang Benar ... 15
6. Tanda Menyusu yang Benar ... 19
E.Konsep Pengetahuan ... 19
1. Pengertian Pengetahuan ... 19
2. Tingkat Pengetahuan ... 20
3. Cara Memperoleh pengetahuan ... 22
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 24
5. Pengukuran Pengetahuan ... 26
F.Pendidikan Kesehatan ... 27
1. Pengertian ... 27
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ... 27
3. Metode Pendidikan Kesehatan Individual ... 28
4. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan ... 29
G.Teori Memori ... 32
H.Precede-Proceed Model ... 34
I. Penelitian Terkait ... 35
(14)
xiv
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 40
A.Kerangka Konsep ... 40
B.Definisi Operasional ... 41
C.Hipotesis ... 44
BAB IV METODE PENELITIAN ... 45
A.Desain Penelitian ... 45\
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46
C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
D.Instrumen Penelitian ... 47
E.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49
F.Pengumpulan Data ... 50
G.Prosedur Intervensi ... 51
H.Pengolahan Data ... 52
I.Metode Analisis Data... 53
J.Etika Penelitian ... 55
BAB V HASIL PENELITIAN ... 57
A.Analisis Univariat ... 57
B.Analisa Bivariat ... 63
BAB VI PEMBAHASAN ... 67
A.Karakteristik Responden ... 67
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 67
(15)
xv
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 69
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 69
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Paritas ... 70
B.Pengetahuan Responden ... 71
C.Keterbatasan Penelitian ... 81
BAB VII PENUTUP ... 82
A.Kesimpulan... 82
B.Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 41
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui ... 59
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden ... 59
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden... 60
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden ... 61
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Suku Responden ... 61
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Paritas Responden ... 62
Tabel 5.6 Gambaran Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Penddidikan Kesehatan Tentang Cara Menyusui ... 63
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Responden ... 63
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Tingkat C3 Responden ... 64
Tabel 5.9 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Ibu Prenatal dengan Usia Kehamilan 36-40 minggu Tentang Cara Menyusui ... 65
Tabel 5.10 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Responden Pretest dan Postest 1 ... 66
Tabel 5.11 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Domain C1 dan C2 Responden Postest 1 Dan Postest 2 ... 67
Tabel 5.12 Distribusi Analisa Beda Rerata skor Pengetahuan Domain C3 Responden Pretest dan Postest 1 ... 68
Tabel 5.13 Distribusi Analisa Beda Rerata skor Pengetahuan Domain C3 Responden Postest 1 dan Postest 2 ... 68
(17)
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Urutan Pemprosesan Informasi ... 34
Bagan 2.2 Model Precede Proceed... 35
Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian ... 39
(18)
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perlekatan Bayi Saat Menyusu ... 18 Gambar 2.2 Kerucut Elgar Dales ... 31
(19)
xix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persetujuan Responden Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 3. Cheklist Observasi
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 6. Media Leaflet
Lampiran 7. Rekapitulasi Skor Pengetahuan Responden Lampiran 8. Hasil Uji Validitas
Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 10. Analisis Univariat Lampiran 11. Analisis Bivariat
(20)
xx
DAFTAR SINGKATAN
ASI = Air Susu Ibu
Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia KB = Keluarga Berencana
Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar WHO = World Health Organization
(21)
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Kondisi ini dapat terwujud karena usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, seperti konseling menyusui, pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI dan kegiatan promotif dan preventif lain yang telah dilakukan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Bayi yang mendapatkan ASI segera setelah lahir memiliki kesempatan hidup sebanyak 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui sejak dini dapat menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan) serta dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan tertinggi pada tahun 2013 terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar 25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%. Di Banten presentase pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 58,37%. Angka ini tentu masih rendah jika dibandingkan dengan target pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80% yang dicanangkan oleh pemerintah (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut.
(22)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi serta anti inflamasi. Zat- zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara menyusui dengan penjarangan kehamilan (KB). Keunggulan ASI tersebut perlu ditunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI segera setelah lahir (30 menit pertama bayi harus sudah disusukan) kemudian pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar (Purwanti, 2004).
Menyusui merupakan suatu hal yang alamiah, namun untuk keberhasilan dalam menyusui tetap memerlukan pengetahuan tentang ASI dan tatalaksananya (Roesli, 2009). Menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi. Selain itu bagi ibu, menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum) (RISKESDAS, 2013).
Ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui secara baik dan benar akan berdampak pada pemberian ASI Eksklusif. Ketidaktahuan ini dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam meletakan dan memposisikan bayi saat menyusui yang termasuk dalam salah satu dari penyebab utama terjadinya kegagalan laktasi (Gadhavi, 2013). Pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan
(23)
3
bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan (Sukmawati, 2014). Untuk itu diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeti & Lestari (2013) menyatakan penting adanya pendidikan tentang menyusui dan membimbing ibu agar dapat melakukan posisi perlekatan bayi yang benar, hal ini bertujuan agar dapat mengurangi masalah-masalah yang berkaitan dengan perlekatan bayi tidak benar pada saat menyusui, seperti puting perih, lecet atau berdarah, dan bayi kurang puas dalam menyusu, sehingga mengakibatkan gagalnya program ASI ekslusif.
Penelitian yang dilakukan oleh Lin, Chien, Tai, & Lee (2008) menunjukkan bahwa breastfeeding education pada masa prenatal dengan usia kehamilan 20-36 minggu, efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kepuasan mereka dalam menyusui. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
breastfeeding education pada masa prenatal mampu menurunkan masalah saat menyusui setelah postpartum.
Peningkatan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat menggunakan berbagai metode, salah satunya yaitu dengan metode penyuluhan secara individual. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haroon, Das, Salam, Imdad, & Bhutta (2013) menunjukkan bahwa penyuluhan individual tentang menyusui lebih efektif dibandingkan dengan penyuluhan kelompok. Hal ini sesuai dengan penelitian
(24)
Hanum, Nurchayati, & Hasneli (2015) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan secara individual mampu meningkatkan pengetahuan seseorang.
Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 10 ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas Pisangan menunjukkan bahwa pengetahuan tentang cara menyusui masih kurang. Sebanyak 7 (tujuh) ibu mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui bagaimana posisi dan pelekatan yang benar saat menyusui, tidak mengetahui manfaat posisi dan pelekatan yang benar saat menyusui, serta tidak mengetahui dampak bagi ibu dan bayi jika ibu menyusui bayi dalam posisi dan pelekatan yang salah. Apabila hal ini tidak diatasi maka akan berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil usia gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja puskesmas Pisangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa cakupan pemberian ASI di provinsi Banten masih rendah yaitu 58,37%. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut merupakan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI. Apabila hal ini terus berlangsung maka akan berdampak buruk bagi ibu dan terutama bagi anak yang membutuhkan ASI untuk keberlangsungan pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu masalah lainnya seperti terjadinya puting lecet, puting perih, berdarah dan masalah lainnya. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di wilayah kerja puskesmas Pisangan menunjukkan bahwa pengetahuan tentang cara menyusui masih kurang. Meskipun di puskemas ini
(25)
5
pernah dilakukan pendidikan kesehatan tentang ASI dengan metode ceramah, namun hasilnya belum begitu memuaskan.
Hal tersebut di atas menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan kesehatan individual untuk mencegah terjadinya masalah yang berlanjut saat pemberian ASI. Peneliti telah melakukan studi literatur tentang pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan kesehatan individual efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu, serta mampu mengubah sikap dan perilaku. Di puskesmas Pisangan ini belum pernah dilakukan pendidikan kesehatan individual kepada ibu hamil tentang cara menyusui. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan?
2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan sebelum diberikan pendidikan kesehatan?
3. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan setelah diberikan pendidikan kesehatan?
4. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang cara menyusui?
(26)
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Pisangan sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Pisangan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
d. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
E. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi perawat dalam menjalankan perannya sebagai pendidik kesehatan dan penyuluh kesehatan dalam melaksanakan program penyuluhan atau pendidikan kesehatan bagi ibu hamil tentang cara menyusui.
(27)
7
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan keperawatan terutama keperawatan maternitas dan anak yang berguna dalam mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan promosi kesehatan.
3. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat untuk semakin meningkatkan pengetahuannya, serta mampu mengubah perilaku masyarakat saat menyusui bayi mereka.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence base practice
dalam upaya mencegah masalah pemberian ASI pada ibu menyusui.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifiksi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016. Sasaran penelitian ini adalah ibu prenatal 36-40 minggu di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, desain quasi eksperiment dengan pendekatan one group pre post test repeated measured design. Intervensi pendidikan kesehatan yang dilakukan sekali melalui penyuluhan individual. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data primer berupa wawancara menggunakan kuesioner pengetahuan dan observasi. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya pengetahuan ibu
(28)
tentang bagaimana cara menyusui bayi dengan benar dan perlunya pendidikan kesehatan baginya.
(29)
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan merupakan proses yang terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) (Saminem, 2009). Kehamilan adalah suatu kondisi seorang wanita memiliki janin yang tengah tumbuh dalam tubuhnya (Molika, 2015). Masa kehamilan normal berlangsung 40 minggu, yang dihitung dari haid pertama haid terakhir (Boswick, 1997). Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama (0-12 minggu), trimester kedua (13-27 minggu), dan trimester ketiga (28-40 minggu) (Saminem, 2009).
2. Pendidikan Prenatal Pada Usia Kehamilan Trimester Tiga
Pendidikan prenatal merupakan tanggung jawab pemberi asuhan keperawatan (Hamilton, 1995). Pada saat seorang wanita memasuki usia kehamilan trimester tiga maka wanita menjadi lebih tertarik dengan kebutuhan bayi sebagai sesuatu yang wajar terhadap kebutuhannya seniri saat ini dan setelah melahirkan, mengantisipasi pendekatan perawatan untuk bayinya setelah lahir, dan sudah merasa siap untuk melahirkan dan untuk menerima tangguang jawab perawatan bayi, walaupun ia merasa waspada tentang kedua hal tersebut. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut.
(30)
a. Wanita akan lebih tertarik dengan kebutuhan bayi sebagai sesuatu yang wajar terhadap kebutuhannya sendiri saat ini dan setelah melahirkan. Pada masa ibu seorang ibu akan menentukan rencana cara memberi makan bayi, persiapan untuk memberikan susu botol atau menyusui (persiapan puting susu dan masase serta pengeluaran kolostrum), persiapan untuk bayi (peralatan dan bantuan di rumah), dan tanda-tanda bahaya kehamilan seperti preeklamsia, sakit kepala, bengkak yang berlebihan, penglihatan ganda dan lingasi tuba.
b. Wanita mengantisipasi pendekatan perawatan untuk bayinya setelah lahir. Pada masa ini ibu akan mengawasi pertumbuhan dan status janin, kebersihan personal, penurunan rasa tak nyaman, pengenalan persalinan palsu, sifat persalinan yang benar, apa yang terjadi selama persalinan, teknik relaksasi, teknik pernapasan, melibatkan suatu atau orang terdekat dan pembagian terhadap kebutuhan anak yang lain. c. Wanita merasa siap untuk melahirkan dan menerima tanggung jawab
perawatan bayi. Pada masa ini ibu akan meninjau kembali tanda-tanda persalinan, mempelajari atau melanjutkan instruksi tentang teknik relaksasi dan pernapasan, persiapan akhir di rumah, antisipasi perawatan di rumah sakit, menentukan rencana untuk pergi ke rumah sakit, pertimbangan kebutuhan keluarga berencana, dan pengaturan dalam keadaan darurat.
Menurut Livingstone (1994) pengkajian laktasi harus dilakukan pada masa prenatal secara formal harus dilakukan dan itu harus menjadi komponen rutin perawatan antenatal untuk semua wanita. Pada trimester ketiga seorang ibu harus
(31)
11
dilatih atau diajarkan tentang bagaimana cara menyusui bayi menggunakan alat peraga seperti boneka, bola dan balon (Wood, Hineman, & Meyers, 2009).
B. Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Sari, 2012).
Menurut Roesli (2005) payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan bagian dalam (internal). Bagian luar terdiri dari: sepasang buah dada yang terletak di dada, puting susu, dan daerah kecokelatan di sekitar puting susu (areola mammae). Sementara bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama: kelenjar susu (mamary alveoli) merupakan pabrik susu, gudang susu (sinus lactiferous)
yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah kecokelatan di sekitar puting susu, saluran susu (ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat dan sel lemak yang melindungi.
C. Fisiologi Laktasi
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiverus di dalam mamae atau payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon sterogen ini menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan
(32)
produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh proses menyusui (Bahiyatun, 2009).
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang produksi prolaktin yang memicu sel-sel kelenjar memproduksi ASI, sehingga semakin sering bayi menysuu semakin banyak prolaktin yang diproduksi sehingga makin banyak produksi air susu. Proses ini dikenal dengan refleks prolaktin (Pitriani, 2014).
Prolaktin menstimulasi produksi air susu, tetapi diperlukan hormon lain untuk mengeluarkan air susu ke permukaan puting susu. Stimulasi mekanoreseptor areolar oleh isapan bayi akan mengaktivasi jalur saraf yang naik ke nukleus paraventrikel dan nukleus supraoptik hipotalamus melalui nukleus servikalis lateral pada batang otak. Jalur saraf ini mengeksitasi neuron magnoselular untuk menyekresi oksitosin secara pulsatil ke dalam darah dalam interval 10-20 menit. Masih belum jelas bagaimana stimulus pengisapan, yang berlangsung terus-menerus, dapat ditranslasi menjadi aktivitas sel penyekresi oksitosin secara episodik. Sekresi pulsatil oksitosin tampaknya terjadi karena aktivasi stimultan semua neuron oksitosin di kedua nukleus.
Hormon oksitosin merupakan stimulan sel mioepitel yang poten, yang memompa air susu dari sinus laktiferus ke luar puting hingga sampai ke mulut bayi. Keluarnya air susu ini menigkatkan refleks isapan bayi lebih lanjut, menyebabkan lebih banyak oksitosin yang disekresi, sehingga terbentuklah sistem umpan balik positif lainnya yang bekerja sampai bayi kenyang. Refleks
(33)
13
pengeluaran (ejeksi) air susu juga distimulasi sebagai respons terhadap tangisan bayi sebagai akibat pengkondisian psikologis. Namun demikian, stres pada ibu bisa menginhibisi dengan kuat refleks pengeluaran air susu ini, sehingga stres pada ibu ini merupakan salah satu penyebab kegagalan laktasi tersering pada para ibu baru (Ward, 2009).
D. Menyusui/Laktasi 1. Pengertian
Menyusui merupakan salah satu komponen dari komponen dari sistem reproduksi: hamil, melahirkan, dan menyusui. Proses menyusui tidak selalu berjalan baik karena menyusui itu bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan dipersiapkan sejak hamil (Yuliarti, 2010).
Menyusui adalah suatu proses ilmiah dan merupakan suatu seni yang haru dipelajari kembali. Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya mahal. Yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, sedikit pengerahuan tentang menyusui, dan dukungan dari lingkungan terutama suami (Roesli, 2005).
2. Manfaat Menyusui
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu kepada bayi akan menguntungkan baik bagi bayi tersebut maupun untuk ibu sendiri.
(34)
a) Air susu ibu merupakan makanan bayi yang mudah dicerna, bersih, aman dari kuman, selalu siap disajikan, mengandung zat gizi dan zat pelindung yang dibutuhkan bayi.
b) Bayi yang mendapat ASI jarang mengalami mencret atau diare, alergi, sembelit, terhindar dari kelebihan kalori, dan mendapat perasaan aman dalam dekapan ibu.
c) Gerakan menghisap payudara ibu tiap menyusui akan memperkuat rahang dan merangsang pertumbuhan gigi bayi tersebut.
Manfaat menyusui bagi ibu
a) Mempercepat proses pemulihan rahim ke ukuran sebelum melahirkan. b) Mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara di kemudian
hari.
c) Mempercepat jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi. d) Menghemat serta mudah mendapatkannya (Manuaba, 2009).
Manfaat menyusui sangat menonjol bagi ibu dan bayi yang memiliki kebutuhan khusus. Bagi bayi menyusu menawarkan kenyamanan dan manfaat kesehatan. Bagi Ibu, ada berbagai keuntungan praktis dan terangakatnya moral ketika Ibu berhasil melakukannya. Baik Ibu maupun bayi membutuhkan bantuan dan dukungan yang sebaik mungkin untuk membangun proses menyusui, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan situasi perorangan (Moody, 2006).
(35)
15
3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI
Menurut Megasari (2015) faktor yang mempengaruhi sikap ibu terhadap pemberian ASI antara lain: adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui di daerah masing-masing, pengalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga atau kerabat, pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI dan sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak).
4. Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui
Menurut Yuliarti (2010) persiapan yang perlu dilakukan pada ibu agar berhasil dalam menyusui yaitu persiapan fisik berupa makanan yang bergizi disesuaikan dengan keperluan ibu hamil agar kenaikan berat badan ibu selama hamil adalah sekitar 11 kg, senam hamil, pemeriksaan kehamilan yang teratur dan cukup istirahat. Selanjutnya yaitu persiapan mental ibu berupa meyakinkan ibu bahwa menyusui merupakan proses alamiah dan setiap ibu dapat menyusui asalkan dilaksanakan dengan baik, menambah pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menjelaskan tentang mitos seputar ASI sehingga ibu termotivasi untuk menyusui dan mengikutsertakan suami dan anggota keluarga lain untuk mendukung ibu dalam menyusui (Manuaba, 2007).
5. Cara Menyusui yang Benar
Menurut Yuliarti (2010) jika seorang ibu menyusui dengan posisi dan cara meletakan yang salah akan menyebabkan terjadinya sindrom ASI kurang. Sindrom ASI kurang ini akan menyebabkan terhambatnya
(36)
pertumbuhan pada bayi. Seringkali payudara mengalami pecah-pecah dan terdapat fisura disebabkan oleh kelalaian menyusui dan tindakan aseptik. Kebutuhan belajar yang penting bagi ibu baru adalah teknik menyusui dan mencuci tangan yang baik. Bila terjadi abses maka ibu harus menghentikan menyusui, berikan dorongan pada mereka untuk menyatakan ketidakpuasannya dan menikmati saat menggendong dan mengasuh bayinya (Hamilton, 1995).
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. Jika ibu duduk saat akan menyusui maka lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Sedangkan posisi berbaring miring merupakan posisi yang amat baik unTuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri (Bahiyatun, 2009).
a) Posisi dan Pelekatan Saat Menyusui
Posisi menyusui sangat menentukan kenyamanan bayi dan ibu sendiri, maka dari ibu perlu mengetahui bagaimana posisi yang benar saat menyusui (Sulistianingsih, 2012). Dengan posisi menyusui yang benar, puting susu lecet tidak terjadi. Selain itu, ASI pun mengalir secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya (Priyono, 2010).
Depkes RI (2002) membagi posisi menyusui ke dalam tiga macam posisi, yaitu:
(37)
17
1. Posisi madona atau menggendong
Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
2. Posisi football atau menggepit
Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
3. Posisi berbaring miring
Ibu dan bayi berbaring miring saing berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan.
Berikut ini penjelasan tentang posisi dan pelekatan saat menyusui yang benar menurut Depkes RI (2010).
a) Posisi. Pada saat menyusui seorang ibu harus memperhatikan beberapa hal yaitu menyangga seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, menghadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu dan mendekatkan badan bayi ke badan ibu.
b) Pelekatan. Pada saat menyusui seorang ibu harus memperhatikan beberapa hal yaitu menyentuhkan puting susu ke bibir bayi, menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan segera mendekatkan bayi ke arah payudara
(38)
sedimikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan yang benar ditandai dengan dagu bayi menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar, dan areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada bagian bawah.
Gambar 2.1 Perlekatan Bayi Saat Menyusu (Bloomberg & Farley, 2012)
c) Pengisapan ASI. Bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara dalam, teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara bayi menelan. Amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi sudah mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah sekali lagi.
1. Pegang bayi menghadap tubuh dan dekatkan hidung ke puting.
2. Pindahkan bagian kepala ke belakang satu atau dua inchi. Pastikan mulut bayi terbuka lebar.
3. Jika bayi tidak membuka ulutnya, sentuhkan puting ke bibirnya hingga terbuka.
4. Hadapkan dan pindahkan bayi ke puting.
5. Sebagian besar areoala harus masuk ke mulut bayi.
6. Lihat apakah bayi menelan da mengisap dengan mudah.
(39)
19
6. Tanda Menyusu yang Benar
Tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar yaitu mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlibat ke luar, dagu dan hidungnya menempel payudara, bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam mulutnya, bayi menyusu dengan teratur dan mendalam, sebentar-bentar berhenti sesaat, bayi menelan susu yang diminum secara teratur, dan puting susu terasa nyaman setelah beberapa kali pemberian susu pertama (Yuliarti, 2010).
Adapun tanda-tanda ibu belum menyusui bayi dengan benar, antara lain: kepala bayi tidak lurus dengan badannya, bayi hanya menyusu pada puting susu, tidak menyusu pada areola dengan puting susu masuk jauh ke dalam mulutnya, bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan sungguh-sungguh dan teratur, pipinya berkerut ke arah dalam atau ibu mendengar suara
“cik-cik”, dan ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah produksi air susu meningkat (Yuliarti, 2010).
E. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penghindraan terjadi melalui pacaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).
(40)
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
(41)
hukum-21
hukum, rumus, metode, prinsip,dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memsahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
(42)
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.
3. Cara Memperoleh pengetahuan
Imron (2010) menggolongkan cara memperoleh atau asal pengetahuan digolongkan menjadi beberapa cara, yakni:
(1) Konvensional/tradisional atau cara non ilmiah
Cara ini digunakan orang pada saat sebelum ditemukannya suatu metode ilmiah atau metode penemuan ilmu pengetahuan secara sistematik dengan berdasarkan ilmu logika. Penemuan pengetahuan secara konvensional/tradisional ini meliputi:
a. Pengalaman Pribadi (Auto Experience)
Berbagai pengalaman seseorang tentang sesuatu hal, akan menjadi sangat berguna bagi orang lain. Suatu pengalaman dapat menjadi suatu ilmu manakala seseorang menghadapi masalah yang sama dan menggunakan pengalaman orang lain. Jika cocok masalah tersebut
(43)
23
akan selesai. Namun, bila ternyata tidak cocok maka orang tersebut akan mencari cara lain, sehingga masalahnya selesai. Hal ini akan menjadi sumber kebenaran pengetahuan. Metode berfikir kritis dan logis diperlukan karena tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.
b. Belajar dari Kesalahan (Trial and Error)
Cara ini digunakan semenjak belum ditemukannya caa dan metode untuk menggali pengetahuan secara sistematik dan berdasarkan logika. Sampai sekarang cara ini masih digunakan dalam memperoleh pengetahuan baru, khususnya pada aspek tertentu.
c. Kekuasaan/otoritas (Authority)
Pemegang otoritas/kekuasaan pada aspek tertentu sangat dominan untuk mempengaruhi komunitas masyarakat tertentu, tanpa penalaran dan bukti-bukti dengan fakta yang mendukung. Para pemegang otoritas seperti pemimpin pemerintahan, tokoh agama, tokoh adat serta ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai suatu mekanisme yang hampir sama atau bahkan sama dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan. Dimana orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya berdasarkan penalarannya sendiri berdasar logika dan dianggap benar.
d. Melalui Logika/Pikiran (To Mind)
Dengan semakin maju dan berkembangnya peradaban dan kebudayaan umat manusia, maka cara berfikirnyapun mulai sedikit demi sedikit
(44)
mengalami perubahan dan kemajuan. Manusia telah mulai mampu menggunakan akal pikiran dan penalarannya guna menganalisa suatu kondisi di sekitarnya.
(2) Melalui Cara Ilmiah
Cara ilmiah merupakan cara yang lebih modern yang dilakukan untuk memperoleh suatu pengetahuan yang sistematis, logis dan ilmiah. Cara-cara semacam ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian (research methodology). Pengamatan secara langsung di lapangan atas suatu gejala atau fenomena alam atau kemasyarakatan, untuk kemudian dibuat suatu klasifikasi yang pada gilirannya ditarik suatu kesimpulan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian seseorang di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima informasi. Pendidikan merupakan proses untuk mempelajari dan meningkatkan ilmu yang diperoleh. Pendidikan yang lebih tinggi akan secara otomatis berbanding lurus dengan pengetahuan yang dimiliki.
(45)
25
b. Media Massa/Informasi
Informasi yang seseorang peroleh baik dari pendidikan formal atau non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek, sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
c. Sosial Budaya dan Ekonomi
Tradisi dan kebiasaan dilakukan masyarakat tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang dapat menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan dapat berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan menjadi cara untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam pemecahan masalah yang dihadapi di masa lalu.
f. Umur
Umur dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur maka daya tangkap dan pola pikirpun akan meningkat, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
(46)
g. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Angka dari luar negri menunjukan wanita memiliki angka kesakitan yang lebih tinggi dan pria memiliki angka kematian lebih tinggi pada semua golongan umur.
h. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang juga dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang dimana pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan agar dapat terpenuhi.
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas pada domain kognitif (Notoatmodjo, 2007).
Tes pengetahuan dilakukan untuk mengukur kemampuan meilih alternatif pilihan yang merupakan repons yang benar dan bukan untuk mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dnegan pengetahuan dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar (Nursalam & Efendi, 2008).
Nursalam (2008) membagi pengetahuan dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila 76%-100% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab dengan
(47)
27
b. Cukup : Bila 56% - 75% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab dengan benar.
c. Kurang : Bila ≤56% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab dengan benar.
F. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Menurut Nyswander (1947) dalam Maulana (2009) pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan seperangat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai.
Pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu atau sekelompok individu belajar untuk berprilaku dalam suatu kebiasaan yang kondusif terhadap peningkatan, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Maulana (2009) pendidikan kesehatan bertujuan untuk:
1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehar-hari.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
(48)
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana pelayanan yang ada dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya, kondisi sakit, tetapi tidak menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.
3. Metode Pendidikan Kesehatan Individual
Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Sasaran pendidikan kesehatan dalam 3 kelompok, yaitu pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat (Suliha, 2002). Sasaran pendidikan kesehatan meliputi masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan, kelompok tertentu (misalnya, wanita, pemuda, remaja, termasuk lembaga pendidikan), dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual (Maulana, 2009).
Menurut Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan penyuluhan kesehatan perorangan meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
(49)
29
Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan kesehatan individual dibagi menjadi dua, yaitu bimbingan dan konseling (guidance and counseling) dan wawancara (interview).
1. Bimbingan dan konseling (guidance and counseling)
Bimbingan merupakan penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak langsung.
Konseling merupakan suatu strategi utama dalam proses bimbingan, dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Konseling membantu konseli memecahkan masalah-masalah pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. 2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara dilakukan bertujuan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki pengertian dan kesadaran yang kuat.
4. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007) mengungkapkan secara garis besar membagi alat bantu pendidikan (alat peraga) sebagai berikut:
(50)
1) Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk: alat yang diproyeksikan, misalnya: slide, film, film strip, dan sebagainya serta alat-alat yang tidak diproyeksikan: dua dimensi, misalnya gambar peta, bagan, dan sebagainya. Serta tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2) Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Alat bantu dengar merupakan alat yang dapat membantu menstimulasi indra pendengar saat proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya: piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3) Alat Bantu Lihat-Dengar
Alat bantu lihat-dengar ini misalnya televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids
(AVA).
Menurut Maulana (2009) cara penggunaan alat peraga sangat bergantung pada jenis alat peraga, termasuk perlu dipertimbangkan faktor sasaran pendidikan seperti dalam penggunaan metode, penggunaan media atau alat peraga tidak dapat berlaku umum. Dalam penerapannya, penting untuk mempertimbangkan metode yang digunakan, sasaran, tempat, dan waktu.
Manfaat penggunaan alat peraga sendiri yaitu menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain,
(51)
31
memudahkan penyampaian informasi, memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran, mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu mengenai pengetahuan yang diterima sehingga apa yang diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan serta penggunaan alat-alat visual akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat.
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahn seseorang. Elgar Dale menggambarkan intesitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut. Intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti menunjukkan bahwa penyampaian materi hanya dengan kata-kata saja kurang efektif.
Gambar 2.2 Kerucut Elgar Dale (Maulana, 2009) 1. Kata-kata
2. Tulisan 3. Rekaman, radio
4. Film 5. Televisi 6. Pameran 7. Field trip 8. Demonstrasi
9. Sandiwara 10. Benda Tiruan
(52)
G. Teori Memori a. Pengertian
Memori merupakan fungsi intelektual yang terkait dengan proses-proses lain. Memori berperan khusus dalam menyimpan informasi dan mengintegrasikannya (Lawlis, 2006). Memori merupakan bagian integral dari eksistensi manusia. Memori atau ingatan, membuat manusia mampu menginterpretasi dan bereaksi terhadap persepsi baru dan pengacu pada pengalaman masa lampau (Satyanegara, 2010).
b. Klasifikasi Memori
Menurut William James (1890) dalam Dardjiwidjojo (2008) Memori dibagi menjadi dua yaitu memori jangka pendek (short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory).
1. Memori jangka pendek (short-term memory)
Memori atau ingatan jangka pendek yaitu suatu sisten penyimpanan sementara yang dapat menyimpan informasi secara terbatas. Ingatan jangka pendek ini adalah bagian dari ingatan, dimana informasi yang baru saja didapat disimpan (Djiwandono, 2010). Memori jangka pendek hanya berlangsung beberapa detik atau menit, sebaliknya memori jangka panjang berlangsung harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan bahkan bisa juga seumur hidup (Dardjiwidjojo, 2008). Kapasitas ingatan jangka pendek hanya terbatas pada 7 item dan berlangsung sekitar 30 detik (Semiun, 2006).
(53)
33
2. Memori jangka panjang (long-term memory)
Memori jangka panjang merupakan proses penyimpanan kenangan dalam waktu yang lama dan berlangsung tanpa batas serta dapat meninggalkan bekas di dalam otak manusia (Priyasudiarja & Purwaningsih, 2014). Ingatan jangka panjang adalah sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2003). Informasi yang didapat dapat diingat lebih lama bahkan permanen jika informasi lebih sering diulang (Santoso & Ismail, 2009).
c. Tahapan Proses Mengingat
Menurut Santoso & Ismail (2009) ada tiga tahapan proses mengingat, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap pertama adalah belajar atau mempelajari informasi yang diterima dan seolah-olah mencatat (encoding) informasi tersebut. Proses ini membutuhkan usaha untuk belajar tentang sesuatu yang baru.
2. Tahap kedua adalah menyimpan informasi yang telah dipelajari dalam pola penyimpanan ingatan. Pola penyimpanan ingatan ada dua macam, yaitu penyimpanan klinis yang berkaitan dengan kondisinya dan penyimpanan secara psikologis yang berkaitan dengan rentang waktu ingatan yang dapat dipertahankan, yaitu ingatan sensori (sensory memory), ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
3. Tahap akhir ialah mengingat atau mengambil kembali ingatan yang sudah tersimpan.
(54)
Bagan 2.1
Urutan pemrosesan informasi (Morris (1982) dalam Wright (2005))
H. Precede-Proceed Model
Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980 ini merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (predisposing, reinforcing and enabiling causes in educational diagnosis and evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencana mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. PROCEED merupakan singkatan dari policy, regulatory, and organizational contructs in educational and enviromental development (Maulana, 2009). Model PROCEED ini menekankan pada tiga fase terakhir yaitu evaluasi proses, evaluasi dampak, dan evaluasi hasil (Warner, 2014).
Model ini dimulai dengan pengkajian/penelitian-diri populasi yang berkaitan dengan kualitas kehidupan kehidupan di dalam fase 1 dan diakhiri dengan evaluasi hasil pada fase 9. Pendidikan merupakan dimensi kunci dan sangat penting yang secara khusus dibahas di dalam fase 4 dan 5. Pada fase
Register Sensoral
Ingatan jangka panjang
Ingatan jangka pendek Terlupakan
Terlupakan
Restorasi
Pengulangan Penghafalan dan
pengkodean Stimulus
Eksternal
(55)
35
diagnosis pendidikan pada model ini terdiri dari faktor predisposisi, faktor penguat, dan faktor pemungkin) menggabungkan Health Belief Model, Sel-Efficacy Theory, dan Theory of Reasoned Action (Bastable, 2002).
PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara bersama-sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi (Notoatmodjo, 2010).
Bagan 2.2 Model Precede Proceed (Green & Kreuter, 1999)
I. Penelitian Terkait
1. Penelitian Septiana (2014) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP
Kualitas hidup Faktor Predisposisi Lingkungan Perilaku dan Gaya Hidup Kesehatan Faktor Pemungkin Faktor Penguat Pendidikan Kesehatan Kebijakan Peraturan Organisasi Fase 5 Diagnosis Administratf dan Kebijakan Fase 4 Diagnosis Pendidikan dan Organisasi Fase 3 Diagnosis Perilaku dan Lingkungan Fase 2 Diagnosis Epidemiologis Fase 1 Diagnosis Sosial Fase 6 Implementasi Fase 7 Evaluasi Proses Fase 8 Evaluasi Dampak Fase 9 Evaluasi Hasil
(56)
Islam Ruhama Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental design dengan one group pretest-posttest design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 orang. Kelompok eksperimen diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah menggunakan media power point. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convience sample. Menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai Asymp. Sig. =0.051 nilai ini lebih besar dari nilai α
(alpha) sebesar 0.05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedan yang signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
2. Penelitian Sulistianingsih (2012) tentang tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar di Dusun Lemahbang Plosokerep Kara Ngmalang, Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, teknik pengambilan sampel dengan total sampling dengan jumlah responden 32 orang. Hasil penelitian diperoleh hasil yang memiliki pengetahuan berkategori baik sebesar 46,8% responden, cukup baik sebesar 43,8% reponden, kurang baik sebesar 12,5% reponden dan yang berkategori tidak baik tidak ditemukan dalam penelitian ini.
3. Penelitian Muliawati (2012) tentang pelaksanan teknik menyusui bayi tunggal di RB MTA Semanggi Surakarta tahun 2011. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan observasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah responden sebanyak 37 responden. Hasil penelitian yang didapat dari 37 responden adalah 2
(57)
37
responden (5%) ibu melakukan teknik menyusui dengan hasil baik, 15 responden (41%) dengan hasil cukup dan hanya 20 responden (54%) ibu melakukan teknik menyusui kurang.
4. Penelitian Nurbaeti & Lestari (2013) tentang efektivitas comprehensive breastfeeding education terhadap keberhasilan pemberian Air Susu Ibu postpartum. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi ekperimen dengan one group pre post test repeated measured design. Jumlah sampel sebanyak 22 ibu dengan menggunkan teknik accidental sampling. Intervensi dilakukan selama 30 menit. Pengumpulan data dilakukan sebelum intervensi, 3 hari setelah intervensi (post 1), dan 10 hari setelah intervensi (post 2). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Keberhasilan pemberian ASI berdasar pada parameter pengetahuan, langkah menyusui, perlekatan bayi, dan kecukupan ASI. Analisis data menggunakan general linear model repeated measure
ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan adanya signifikansi
comprehensive breastfeeding education (p=0.001). Rata-rata keberhasilan pemberian ASI sebelum dan setelah intervensi meningkat. Sebesar 93,9% intervensi memengaruhi tingkat keberhasilan. Rata-rata sebelum intervensi 56,74 (SD 5,92), post 1 sebesar 60,83 (SD 6,38) dan post 2 sebesar 74,55 (SD 5,32). Subvariabel yang memiliki efek secara signifikan setelah intervensi adalah pengetahuan (p=0.001) dan langkah menyusui (p=0.001), sedangkan subvariabel perlekatan bayi (p=0.061) dan kecukupan ASI (p=0.162) tidak secara signifikan berbeda antara sebelum dan setelah intervensi.
(58)
5. Penelitian yang dilakukan oleh Imdad, Yakoob, & Bhutta (2011) yang berjudul effect of breastfeeding promotion interventions on breastfeeding rates, with special focus on developing countries. Metode penelitian yang dilakukan adalah sistematik literatur dengan mengidentifikasi semua studi dan dievaluasi dampak strategi promosi menyusi dan pemberian lama ASI pada 4-6 minggu dan 6 bulan. Hasil penelitian ini, setelah mereview 968 abstrak, 268 studi yang dipilih sesuai inklusi, 53 yang dirandomisasi dan
quasi-randomized controlled trials yang dipilih untuk abstrak lengkap. Ada peningkatan signifikan secara statistik dalam hasil ini 43%, dengan 89% dan 20% peningkatan yang signifikan di negara maju dan berkembang . Lima belas studi melaporkan hasil ASI di 6 bulan. Terjadi peningkatan secara keseluruhan 137%, dengan signifikan 6 kali peningkatan EBF di negara-negara berkembang, dibandingkan dengan 1,3 kali lipat peningkatan dalam studi negara maju. Analisis sub-kelompok lanjut membuktikan bahwa konseling prenatal memiliki dampak yang signifikan pada hasil menyusui di 4-6 minggu, sedangkan kedua prenatal dan postnatal konseling yang penting bagi ASI pada 6 bulan.
(59)
39
J. Kerangka Teori
Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian dimodifikasi dari konsep Precede-Procede Model, Green & Kreuter (1999) dan Notoatmodjo (2010)
Pendidikan kesehatan individual
Perilaku Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan: a. Pendidikan
b. Media massa/informasi c. Sosial budaya dan
ekonomi d. Lingkungan e. Pengalaman f. Umur
g. Jenis kelamin
h. Pekerjaan (Notoatmodjo, 2007).
Faktor Predisposisi: Pengetahuan : tentang cara menyusui (posisi, pelekatan dan
pengisapan ASI)
Domain Pengetahuan: 1. Tahu (know) 2. Memahami
(conprehension)
3. Aplikasi (Aplication) 4. Analisis (anlysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
(Notoatmodjo, 2007). Alat bantu pendidikan
kesehatan: alat peraga boneka bayi dan payudara
(60)
40 A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep merupakan konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008).
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: 1. Variabel utama adalah pendidikan kesehatan.
2. Variabel tergantung adalah pengetahuan ibu prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu tentang cara menyusui bayi yang diukur dengan kusioner pengetahuan.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Intervensi
Pendidikan kesehatan
Input
Pengetahuan ibu tentang cara menyusui
Output
Perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang
(61)
41
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan tingkat C1 dan C2
Pengetahuan tingkat C3
Pengetahuan ibu prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu tentang
bagaimana cara menyusui baik dari posisi dan perlekatan dan pengisapan bayi saat menyusui.
Kuesioner
Pre-post test
Pengisian kuesioner; jawaban benar diberi skor 1; jawaban salah diberi skor 0.
a. Baik jika 76-100% dari seluruh pertanyaan dijawab dengan benar. b. Cukup jika 56-75% dari seluruh pertanyaan dijawab dengan benar.
c. Kurang jika ≤56% dari seluruh pertanyaan dijawab dengan benar (Nursalam, 2008).
Ordinal
Bagaimana ibu prenatal mengaplikasikan cara menyusui. Checklist Observasi Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.
a. Tepat jika semua pernyataan dalam kuesioner dilakukan. b. Tidak tepat jika salah satu
pernyataan dalam kuesioner tidak dilakukan.
Ordinal
Pendidikan Pendidikan
formal terakhir yang diikuti responden.
Kuesioner Pengisian Kuesioner
1. Pendidikan Dasar: SD/se-derajat
SMP/se-derajat
2. Pendidikan Menengah: SMA/se-derajat
3. Pendidikan Tinggi: Sarjana/se-derajat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-undang Republik Indonesia Nomor
(62)
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 2007)
Status Paritas Banyaknya anak
yang hidup yang dilahirkan
responden.
Kuesioner Pengisian Kuesioner
1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas. 2. Multipara adalah seorang
wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang telah mencapai batas viabilitas (Oxorn & Forte, 2010).
Ordinal
Pekerjaan Status pekerjaan
responden saat dilakukan
wawancara.
Kuesioner Pengisian Kuesioner
1. Bekerja 2. Tidak bekerja
Ordinal
Usia Usia biologis
yang
menunjukkan pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya, berada dalam keadaan hidup, tidak mati (Efendi, 2009).
Kuesioner Pengisian Kuesioner
1. 17-25 (remaja akhir) 2. 26-35 (dewasa awal) 3. 36-45 (dewasa akhir)
Interval
Pendidikan kesehatan individual
Pendidikan kesehatan yang dilakukan secara
Pendidikan Kesehatan
Dilakukan pretest sebelum
(63)
43
penyuluhan secara individual kepada
responden
tentang cara menyusui.
responden diberikan pendidikan kesehatan dan pos test setelah diberikan pendidikan kesehatan pada ibu.
(64)
C. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo berarti lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proporsi. Ataupun pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan yang sifatnya masih sementara (Harianti, 2012). Hipotesis dapat diformulasikan tentang rataan, ragam, proposi, perbedaan dua rataan, perbedaan dua ragam, perbedaan dua proporsi atau bentuk fungsi kepekatan peluang (Nugroho, 2008).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ha = Adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
2. Ho = Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang cara menyusui.
(65)
45 BAB IV
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan studi desain
quasi eksperiment dengan pendekatan one group pre post test repeated measured design. Penelitian quasi eksperiment design yaitu suatu penelitian yang termasuk dalam penelitian eksperimen, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental (Nursalam, 2008). Model penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian-penelitian eksperimen lain. Dalam model penelitian quasi eksperiment ini tidak digunakan suatu pembatasan-pembatasan yang sangat ketat terhadap keharusan randomisasi atau acak (Imron, 2010).
Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi pada masa prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu tentang cara menyusui bayi.
Bagan 4.1 Research design reapeted measures (Gresham, 2016). Pretest 1
Washout Period
Postest 1 Intervensi
Eksperimental
(66)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. 2) Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April tahun 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1) Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
2) Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling
yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi yang memang tersedia sehingga pengambilan data secara acak tidak diperlukan (Asnawi & Wijaya, 2005). Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sampel penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Sampel
2. Kriteria Inklusi
a) Ibu hamil dengan usia kehamilan 36-40 minggu.
b) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. c) Dapat membaca, melihat dan mendengar dengan baik. d) Bersedia menjadi responden.
3. Kriteria Eksklusi
(67)
47
b) Ibu yang mengalami kecacatan fisik (tidak memiliki tangan, baik salah satu atau keduanya dan tidak memiliki payudara). c) Ibu yang memiliki kontraindikasi menyusui.
b. Besar Sampel
Menurut Gay ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan. Besar sampel pada metode ekperimental, minimal 15 subyek per kelompok (Umar, 2007). Pada penelitian ini terdapat 16 responden sebagai subyek penelitian.
D. Instrumen Penelitian 1) Kuesioner
Kuesioner yang digunakan bertujuan untuk megetahui biodata dari responden dan untuk menentukan skor pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan, pertanyaan untuk biodata berisi nama, usia, status paritas, pendidikan terakhir, pekerjaan, nomor telepon, serta alamat responden. Sedangkan untuk pertanyaan pengetahuan, berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Peneliti menggunakan kuesioner yang peneliti kembangkan sendiri yang mangacu pada MTBS 2011.
Pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini terdiri dari 30 soal tentang pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah skala Guttman yaitu jika responden menjawab pertanyaan dengan benar mendapat nilai 1 dan jika salah mendapat nilai 0 (Siregar, 2013). Setelah itu dipresentasikan dan dimasukan kedalam kategori baik, kurang dan cukup.
(68)
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Cara Menyusui No. Aspek Pengetahuan Nomor Pertanyaan
Favorable
Nomor Pertanyaan
unfavorable
Jumlah Soal
1 Posisi Menyusui 1,2,3,4,6,7,8 5 8
2 Pelekatan saat menyusui
9,11,12,13,16,17,18,19 10,14,15 11
3 Pengisapan ASI 20,24,25,26,30 21,22,23,27,28,29 11
2) Alat Peraga
Alat peraga berupa boneka bayi dan alat peraga payudara ibu. Boneka bayi dan alat peraga payudara digunakan sebagai peraga saat dilakukan pemberian materi penyuluhan tentang cara menyusui yang bertujuan untuk membantu peneliti dalam menyampaikan pendidikan kesehatan. Berdasarkan kerucut Edgar Dale alat peraga dalam bentuk benda tiruan memiliki intensitas yang tinggi kedua setelah benda asli untuk mempersepsikan bahan pendidikan/pengajaran (Notoatmodjo, 2007). 3) Checklist Observasi
Checklist observasi digunakan untuk melihat tingkat pengetahuan responden pada domain aplikasi yang penilaiannya dilakukan dengan cara observasi menggunakan checklist. Pengamat akan memberikan tanda
check (√) pada lembar observasi. Kusioner ini diambil dari buku bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2011.
(1)
Lampiran 10
ANALISIS UNIVARIAT
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Pendidikan Dasar 4 25,0 25,0 25,0
Pendidikan Menengah 8 50,0 50,0 75,0 Pendidikan Tinggi 4 25,0 25,0 100,0
Total 16 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Bekerja 8 50,0 50,0 50,0
Tidak Bekerja 8 50,0 50,0 100,0 Total 16 100,0 100,0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Jawa 11 68,8 68,8 68,8
Sunda 4 25,0 25,0 93,8 Betawi 1 6,3 6,3 100,0 Total 16 100,0 100,0
kategori usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Remaja Akhir 2 12,5 12,5 12,5
Dewasa Awal 11 68,8 68,8 81,3 Dewasa Akhir 3 18,8 18,8 100,0 Total 16 100,0 100,0
Status Paritas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Primipara 5 31,3 31,3 31,3
Multipara 11 68,8 68,8 100,0 Total 16 100,0 100,0
(2)
kategori pretest aplikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Tepat 15 93,8 93,8 93,8
Tepat 1 6,3 6,3 100,0
Total 16 100,0 100,0 kategori postest 1 aplikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Tepat 12 75,0 75,0 75,0
Tepat 4 25,0 25,0 100,0 Total 16 100,0 100,0
kategori postest 2 aplikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tidak Tepat 2 12,5 12,5 12,5
Tepat 14 87,5 87,5 100,0 Total 16 100,0 100,0
kategori pretest pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Baik 1 6,3 6,3 6,3
Cukup 14 87,5 87,5 93,8 Kurang 1 6,3 6,3 100,0 Total 16 100,0 100,0
kategori postest 1 pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Baik 7 43,8 43,8 43,8
Cukup 9 56,3 56,3 100,0 Total 16 100,0 100,0
kategori postest 2 pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Baik 10 62,5 62,5 62,5
Cukup 6 37,5 37,5 100,0 Total 16 100,0 100,0
(3)
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. skor pretest ,251 16 ,008 ,932 16 ,265 skor postest 1 pengetahuan ,223 16 ,032 ,921 16 ,173 skor postest 2 pengetahuan ,214 16 ,048 ,830 16 ,007 a. Lilliefors Significance Correction
(4)
LAMPIRAN 11
ANALISIS BIVARIAT
UJI PAIRED T-TEST
Paired Samples StatisticsMean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 skor pretest 63,94 16 5,870 1,468
skor postest 1 pengetahuan 75,38 16 5,572 1,393
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 skor pretest & skor postest 1
pengetahuan 16 ,557 ,025
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair
1
skor pretest - skor postest 1 pengetahuan
-11,438 5,391 1,348 -14,310 -8,565 -8,486 15 ,000
Uji Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks skor postest pengetahuan kedua
- Skor postest pengetahuan pertama
Negative Ranks 5a 5,40 27,00 Positive Ranks 10b 9,30 93,00
Ties 1c
Total 16
a. skor postest pengetahuan kedua < Skor postest pengetahuan pertama b. skor postest pengetahuan kedua > Skor postest pengetahuan pertama
(5)
c. skor postest pengetahuan kedua = Skor postest pengetahuan pertama
Test Statisticsa
skor postest pengetahuan kedua - Skor postest
pengetahuan pertama
Z -1,891b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,059 a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Statistics
Skor Pengetahuan Pre-Test
Skor postest pengetahuan pertama
skor postest pengetahuan kedua
N Valid 16 16 16
Missing 0 0 0
Mean 21,31 25,13 26,38 Median 21,00 25,00 27,50 Std. Deviation 1,957 1,857 2,872 Variance 3,829 3,450 8,250
Minimum 18 22 21
Maximum 26 28 29
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation skor pretest 16 24 54 78 63,94 5,870 skor postest 1 pengetahuan 16 18 66 84 75,38 5,572 skor postest 2 pengetahuan 16 24 63 87 79,13 8,617 Valid N (listwise) 16
(6)
McNemar Test
kat_pre_apli & kat_post1_apli
kat_pre_apli
kat_post1_apli
Tepat Tidak Tepat
Tepat 0 1
Tidak Tepat 12 3 Test Statisticsa
kat_pre_apli & kat_post1_apli
N 16
Exact Sig. (2-tailed) ,003b a. McNemar Test
b. Binomial distribution used.
McNemar Test
kat_post1_apli & kat_post2_apli
kat_post1_apli
kat_post2_apli
Tepat Tidak Tepat
Tepat 10 2
Tidak Tepat 4 0 Test Statisticsa
kat_post1_apli & kat_post2_apli
N 16
Exact Sig. (2-tailed) ,687b a. McNemar Test