Maqam Yang Sebelas. Ketahuilah bahwa 11 bagi keturunan Adam terdapat 11 maqam. Pertama Alam-Alam Ilahi.

65 untuk alam akhirat dan semoga ia mendapat taufiq yang disukai dan diridhai Tuhan kita 7 dengan harapan ganjaran yang besar dari tuhan semesta alam, dan nabi muhammad yang membebaskan dari belenggu api neraka. Semoga Ia menjadikannya orang yang bersih dan sempurna dihadapan Allah yang Maha Mulia meskipun ia bukan dari golongan itu. Agar ia masuk dalam sabda nabi Muhammad s.a.w. :8 “Barang siapa meniru suatu kaum , maka ia termasuk dari golongan mereka” . Sultan tersebut memerintahkan kepada kami untuk menyusun risalah yang kecil ini dalam lembaran-lembaran yang sederhana agar “Al-Salik” dapat mengambil manfaatnya untuk sampai kepada “Al-Malik” Tuhan. yaitu mengenai keterangan makam- makam dan alam 9 yang lima. Diambil dari ibarat daerah pandangan hati tuan Yusuf bin Sayyid “Abdul Rahim al-Husaini Al-Rifa’i dan lainnya. Semoga Allah bersamanya, sepatunya bagi “Al-Salik” agar memperhatikan dan memikirkan kenyataan-kenyataan ini 10. Saya menamakannya “Masyahid al-Nasik fi Maqamat al-Salik”, yang artinya “tempat bersaksi ahli ibadah di dalam maqam- maqam ahli tarikat`` dan saya susun dalam mukaddimah, tiga bab, pasal-pasal , dan penutup.

Bab 1 : Maqam Yang Sebelas. Ketahuilah bahwa 11 bagi keturunan Adam terdapat 11 maqam. Pertama

“maqam al-qalbu” hati; kedua, “maqam al-ruh” maqam ruh; ketiga , “maqam al-sirr” maqam rahasia; keempat , “maqam al-khafi” maqam tersembunyi; kelima , “maqam al-anfs” maqam jiwa; keenam “maqam al’aql” maqam akal 12; ketujuh, “maqam al-jabarut” maqam asma’ Allah dan sifat-sifatnya; kedelapan, “maqam al-malakut” maqam yang terdiri dari akal dan jiwa; kesembilan, “maqam al-lahut” maqam ketuhanan; kesepuluh “maqam 12, al-nasut” maqam yang terdiri alam tubuh dan makhluk; dan kesebelas , “maqam al-mahmud” maqam terpuji yaitu “maqam al-muraqabah” 13 maqam terdekat dengan tuhan dan “maqam al-musyahadah” maqam 66 penyaksian. Selanjutnya, pertama-pertama “ al-Salik” agar fana ke dalam Syekh, lalu fana ke dalam rasul. Kemudian fana dan kekal dengan Allah. Apabila berhasil kekal dengan Allah, maka tercapailah apa yang ia cari, yang digambarkan 14 sebagai suatu pertolongan, yaitu martabat kewalian yang tertinggi. Adapun letak ”maqam al-qalb” dibawah buah dada yang kanan, cahayanya seperti air jernih, sedangkan letak “maqam al-ruh” dibawah buah dada yang kiri, cahayanya putih 15 bagaikan bulan, letak “maqam al-sirr” di atas buah dada yang kanan dan cahayanya merah seperti api. Adapun letak “maqam al-khafi” di bawah pusat, cahayanya kuning bagaikan lampu minyak. Letak “maqam al-nafs” 16di atas kepala bagian kanan, cahayanya hijau. Sedangkan letak “maqam al-aql” di atas kepala bagian kiri, cahayanya hitam. Adapun letak “maqam al-jabarut” diubun-ubun, cahayanya abu-abu. Letak “maqam 17 al-malakut” di dahi, cahayanya biru. Adapun letak “maqam al-lahut” di ujung mata yamg kanan, cahayanya seperti bintang-bintang. Sedang “maqam al-mahmud“ di ujung hidung, cahayanya merah bercampur 18 putih. Didalamnya digambarkan rupa syekh atau namanya.

Bab 2 : Alam-Alam Ilahi.

Ketahuilah bahwa alam itu ada lima macam. Pertama, alam yang digambarkan sebagai alam suci 19 dan murni. Kedua, alam ”Dzat al-mutlaq” kesucian yang mutlak, ketiga,”Haqiqat Al-Haqa’iq” puncak segala hakikat dan “kunh al-Dzat” zat yang asal, keempat, ”mahiyat al-mahiyat” inti dari segala Dzat dan ”Huwiyyat al-Dzat” Dzat-Nya. Kelima, “majhul al-na’at” Dzat yang tak disifati dan “ghaib 20 al-ghuyub” ghaib-nya yang ghaib disebut “al-ahadiya” “al-lata ‘ayyun” tingkat yang tanpa perbedaan tak dapat dibandingkan dan “martabat al-‘am’’ tingkatan yang tak diketahui. Dinamakan “martabat al-‘am’’ yang demikian karena nabi Muhammad SAW ditanya, di mana tuhanmu berada sebelum mencipta makluknya? Nabi SAW menjawab, 67 ”Tuhan berada di alam’Ama, bukanlah berada di bawah dan di atasnya hampa udara 21. Bab 3 : Alam Al-Jabarut Ia adalah alam sifat yang di gambarkan sebagai “al-Majma‘ al-kubra” tempat bergabungnya alam yang besar dan “Barzakh al-Barazikh al-kubra” batas antara yang terbesar. “Al-wahda”, ‘al-Ta’ayyun al-awwal” tingkat perbedaan awal, “al-Aql al-awwal” akal pertama, “martabat ilahi” 22 tingkat kebutuhan, “azal al-azal’’ zat yang tak bermula, “abad al-abad” kekal-nya yang kekal, yang akhir, dalam lahir dan batin. Dia juga jiwa yang universal, “muhit al-a’yan al-tsabita” sumber kenyataan-kenyataan yang terpendam, “al- haqiqat al-muhammadiyyah hakikiat Muhammad dan di ibaratkan juga dengan “al-a’yan al-tsabita” kenyataan-kenyataan yang terpendam. Dia juga “ ‘alam al-asma” alam nama-nama, ‘alam 23 al-malakut ” alam yang terdiri dari akal dan jiwa, hakikat adam, “al-ta’ayyun al-tsani” tingkat pembedaan kedua, “al- ma’lumat al-ilihiyyah” ketentuan yang bersifat ketuhanan, “al-barzakh al- sughra” batas antara yang terkecil, yang batin , “al-falakiyyat al-‘uluwiyya” kehidupan yang tertinggi dan “martabat al-wahidiyyah”. Para imam mazhab berbeda pendapat tentang nama-nama itu. Imam Malik 24 R.a. berkata: “al-’ayan al-tsabita’’ adalah Qadim terdahulu, karena ia erat sekali dengan yang Maha Qadim. Imam Syafi’i r.a. berkata: “al-a’yan al-tsabita’’ adalah ciptaan, karena ia merupakan gambaran daripada makhluk dan setiap bentuk adalah baharu menurut hukum dan hakikatnya.25 Imam Abu Hanifa R.A. berpendapat :’al-a’yan al-tsabita itu bukan qadim. dan bukan baharu, karena ia adalah batas antara pencipta dan yang diciptakan. Keadaan itu al-shu’un ialah suatu zat yang didasarkan atas kalimat “kun fayakun”. Perantara itu adalah suatu hukum 26, sedangkan yang bersifat hukum itu tidak dapat dikatakan qadim atau baharu. Misalnya, cermin tidak dapat dikatakan bahwa ia itu adalah orang yang bercermin, dan juga tidak dikatakan 68 bayangan. Menurut Imam Ahmad bin Hambal Ra. : al-a’yan al-tsabita itu merupakan suatu waktu dikatakan qadim, dan pada lain waktu dikatakan 27 baharu, oleh karena itu al-a’yan al-tsabita ketentuan terdahulu merupakan hasil ciptaan. Kata “kun” tidak lepas dari yang qadim. maka dikatakan bahwa ia Al- A‘Yan Al-Tsabita itu adalah qadim. Apabila kata “kun” itu disandarkan pada hasil ciptaan makhluk, maka ia dikatakan sesuatu yang diciptakan berdasarkan bentuk-bentuk yang berkaitan 28 dengan kenyataan, kataku menurut Imam Ahmad bin Hambal “. Imam Ghazali R.a. secara hati-hati berkata, “ bahwa Al- A’yan Al-Tsabita adalah qadim bagi orang yang tidak mengerti takwil, sedangkan Allah Maha Mengetahui”.

Bab 4 : Alam Al-Malakut .