Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pendidikan rendah bukan merupakan faktor resiko dominan terhadap angka kejadian TB Paru
BTA+ di Kota Serang dan tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang
berbeda.
5.2.4.4. Pengetahuan
Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p= 0,022 ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penderita TB paru BTA+.
Selain itu diperoleh nilai OR= 0,557 CI= 0,326-0,951, artinya responden yang pengetahuannya kurang, akan beresiko menderita TB
Paru BTA+ sebesar setengah kali dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya baik. Angka ini menggambarkan bahwa responden
sebagai kasus memiliki pengetahuan tentang TB yang lebih baik 40,7 dibanding pasien umum non TB.
Pengetahuan sebagai modal dasar bagi seseorang untuk berprilaku. Masyarakat yang memiliki pemahaman baik tentang
penyakit TB, maka hal tersebut akan menjadi acuan baginya untuk berupaya mencegah penyakit tersebut, karena sudah memahami bahaya
serta penularan penyakit TB Paru. Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya,
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang berbeda.
4.2.4.5. Umur
Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p= 0,183 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penderita TB paru
BTA+. Dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori umur
produktif dan non produktif. Dari penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan ada homogenitas pada variabel ini.
Hal ini tidak sejalan dengan teori dan penelitian sebelumnya karena jumlah pasien umum dan pasien TB BTA+ di puskesmas Kota
Serang tahun 2014 rata-rata berumur produktif. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang berbeda.
4.2.4.6. Kepadatan Hunian
Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p= 0,319 artinya p alpha 0,05, sehingga dengan alpha 5 dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian dengan penderita TB paru BTA+.
Menurut Keputusan Menteri tentang Pemukiman dan Prasarana disebutkan bahwa kebutuhan ruang perorang dihitung berdasarkan
aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m
2
dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2,80 m. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 2
orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun.
28
Kuman TB menular melalui droplet nuclei
yang dibatukkan atau dibersinkan seseorang penderita kepada orang lain, dan dapat menularkan pada 10-15 orang
disekitarnya, terutama anak-anak.
8
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Rusnoto menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepadatan rumah dengan
kejadian tuberkulosis paru OR=5,983. Hasil analisis multivariat kepadatan hunian merupakan variabel
counfounding , sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih
mendalam.
4.2.4.7. Merokok