Rumusan Masalah Hipotesis Penelitian

penghasilan, tingkat kepadatan penduduk, tingkat pendidikan serta rendahnya pengetahuan kesehatan pada masyarakat. 3 Di Provinsi Banten, dari hasil data dan informasi diperoleh jumlah penderita TB Paru tahun 2010 sebesar 13.877 kasus, dengan BTA positif sebesar 8.018 kasus. Angka penemuan kasusCase Detection Rate CDR TB paru di Provinsi Banten sebesar 75,2. Sedangkan di wilayah Kota Serang tahun 2013 kasus BTA + baru sebanyak 572 penderita, sedangkan kasus TB paru suspek sebesar 5123 penderita. Di satu puskesmas wilayah Kecamatan Serang saja pada tahun 2013, jumlah penderita TB paru BTA positif kasus baru sebanyak 212 penderita, CDR sebesar 93, dan kasus kambuh sebanyak 28 pasien. 3, 6 Bila dibandingkan dengan puskesmas lain di kota Serang, kasus TB paru di puskesmas wilayah Kecamatan Serang masih tinggi. Hal tersebut menjadi tantangan bagi peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kasus penyakit TB paru di wilayah tersebut. Dari uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kasus penyakit TB paru di puskesmas wilayah Kecamatan Serang. Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun langkah-langkah intervensi dan untuk perencanaan penanggulangan TB Paru yang lebih efektif dan efisien di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru BTA positif di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru BTA positif di Puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh Umur dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. b. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. c. Untuk mengetahui pengaruh status gizi dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. d. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. e. Untuk mengetahui pengaruh penghasilan dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. f. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. g. Untuk mengetahui pengaruh status imunisasi BCG dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. h. Untuk mengetahui pengaruh merokok dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. i. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. j. Untuk mengetahui pengaruh kepadatan hunian dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang Kota Serang tahun 2014. k. Untuk mengetahui pengaruh pencahayaan hunian dengan kejadian TB paru BTA+ di puskesmas wilayah Kecamatan Serang kota Serang tahun 2014.

1.4. Hipotesis Penelitian

a. Umur produktif lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang berUmur non produktif. b. Jenis kelamin laki-laki lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan. c. Kurang gizi lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang mempunyai gizi cukup. d. Tidak bekerja lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang bekerja. e. Berpenghasilan kurang lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang berpenghasilan cukup. f. Berpendidikan rendah lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. g. Tidak diimunisasi BCG lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang diimunisasi BCG. h. Merokok lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang tidak merokok. i. Berpengetahuan buruk lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang berpengetahuan baik. j. Tinggal di hunian yang padat penghuni lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang tidak tinggal di hunian yang padat penghuni. k. Tidak tinggal di hunian dengan pencahayaan matahari yang baik lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang tinggal di hunian dengan pencahayaan matahari yang baik.

1.5. Manfaat Penelitian