UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Seperti yang telah dijelaskan oleh Clayden 2000, reaksi hidrolisis suatu ester dalam hal ini metil ester asam sinamat dengan suatu
katalis basa diawali dengan masuknya satu nukleofil berupa ion hidroksi pada karbon karbonil yang mengakibatkan pecahnya ikatan π. Dimana
karbon yang pada awalnya terhibridisasi sp
2
menjadi sp
3
. Hal ini akan membuat oksigen menjadi bermuatan negatif. Setelah gugus metoksi
keluar, gugus karbonil kembali mengalami hibridisasi sp
2
. Proton pada asam karboksilat lepas, membentuk metanol dengan ion metoksi,
meninggalkan asam yang bermuatan negatif. Skema reaksi dapat terlihat sebagai berikut:
Gambar 4.4 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Ester
4.2 Reaksi Amidasi Asam Sinamat
Selanjutnya, proses reaksi amidasi dilakukan dengan menggunakan amidation agent berupa oktilamin 16.2 mmol serta katalis DCC dan
DMAP masing-masing sebanyak 10.8 mmol. Pada reaksi modifikasi yang dilakukan, senyawa DCC berfungsi sebagai aktifator gugus karboksilat
dimana gugus tersebut selanjutnya menjadi suatu agen pengasilasi yang reaktif. Sementara DMAP merupakan senyawa yang memiliki efek
katalitik yang kuat dan digunakan sebagai katalis nukleofilik. Gugus dimetil amino pada DMAP berfungsi sebagai subtituen donor elektron dan
memperbesar efek nukleofilitas. Penggunaan aktifator DCC dalam reaksi amidasi
ini menyebabkan
terbentuknya senyawa
DCU n,n-
dicyclohexylurea sebagai produk samping dari reaksi tersebut.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.5 Usulan Mekanisme Reaksi Amidasi
Reaksi berlangsung selama 5 jam dalam suhu refluks 60 C dengan
hasil reaksi crued berupa padatan berwarna kuning cerah gambar pada lampiran 15. Identifikasi awal secara kualitatif dilakukan dengan
Kromatografi Lapis Tipis KLT dengan fase gerak n-heksan dan etil asetat 3:1. Dari hasil tersebut terlihat 3 spot yang berbeda masing-masing
merupakan senyawa N1, N2 dan N3. Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom.
Namun pemisahan dengan cara ini tidak efektif dimana senyawa yang diperoleh tetap menyatu. Hal ini disebabkan karena tidak diperolehnya
kombinasi eluen yang cocok serta dimungkinkan adanya pengaruh dari tingkat kemurnian pelarut yang digunakan sebagai eluen itu sendiri. Oleh
karenanya metode pemisahan kemudian diganti dengan menggunakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KLT preparatif dengan eluen n-heksan dan etil asetat 3:1. Dari ketiga senyawa murni yang diperoleh Senyawa N1, N2 dan N3 terdapat dua
spot senyawa yang serupa dengan senyawa pembanding yakni spot senyawa N1 serupa dengan spot katalis DCC dan N3 dengan DCU. Spot
DCC tersebut dapat terlihat jelas setelah dilakukan penyemprotan dengan H
2
SO
4
dan pemanasan pada plat KLT.
Gambar 4.6 Hasil KLT Setelah Reaksi Amidasi Crued visualisasi UV λ 245 nm
Gambar 4.7 Hasil KLT Setelah Pemisahan Dengan KLT Preparatif visualisasi UV λ 245 nm
4:1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.8 Hasil KLT Setelah Pemisahan Dengan KLT Preparatif Dan Disemprot Dengan H
2
SO
4
Jika dilihat dari bentuk spot tersebut dengan didukung oleh ciri-ciri organoleptis, nilai titik leleh serta nilai Rf yang diperoleh maka dapat
diketahui bahwa N1 merupakan produk samping DCU dengan nilai Rf = 0.57 cm pada eluen n-hexan : etil asetat = 4:1 dan titik leleh
233°C. Sementara senyawa N3 diketahui merupakan senyawa DCC dengan nilai
Rf pada eluen n-hexan : etil asetat 4:1 = 0.43 cm dan titik leleh
35°C. Oleh karenanya, senyawa N1 dan N3 dinyatakan sebagai produk samping
dari reaksi amidasi sehingga senyawa murni hasil amidasi yang dianalisa lebih lanjut hanya senyawa N2 saja. Pada beberapa penelitian sebelumnya
telah banyak dijelaskan bahwa sebenarnya produk samping DCU dan kelebihan DCC dapat dihilangkan melalui proses pencucian dengan
akuades Husniati, 2010, namun pada penelitian ini tidak dilakukan karena adanya kekhawatiran akan dampak negatif dari bau yang
ditimbulkan. Senyawa murni hasil amidasi asam sinamat yang dihasilkan
senyawa N2 berupa kristal berwarna putih dengan rendemen sebanyak 0.11 mmol atau hanya 13.65. Hal tersebut mungkin saja terjadi akibat
beberapa faktor antara lain kurang optimalnya suhu yang digunakan pada saat reaksi, serta tidak dilakukannya penambahan pelarut yang dapat
membantu memaksimalkan reaksi antara asam sinamat dan oktilamin.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kecilnya rendemen yang diperoleh juga diduga karena proses pemisahan senyawa murni yang dilakukan dengan menggunakan metode KLT
preparatif, dimana pada proses ini dimungkinkan masih terdapat senyawa murni yang tersisa pada silica gel tersebut terutama pada saat pengerikan
silica gel dari plat maupun pada saat penarikan senyawa dengan pelarut yang sesuai dari silica gel yang telah dikerik tadi.
4.3 Analisa Senyawa Hasil Hidrolisis