UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ion M
+
. Berkas ion ini kemudian melewati celah diantara kutub-kutub magnet yang sangat kuat, yang membiaskan berkas tersebut. Besarnya
pembiasan bergantung pada massa ion. Berhubung M
+
memiliki massa yang pada dasarnya identik dengan massa molekul M, maka
spektrometer massa dapat digunakan untuk menentukan bobot molekul. Seringkali spektum massa menunjukkan puncak dengan satu
atau dua satuan massa yang lebih tinggi dibandingkan bobot molekulnya. Hal ini antara lain disebabkan karena isotop
13
C mempunyai kelimpahan alami sekitar 1.1. ini mengakibatkan
kenaikan puncak M+1
+
pada senyawa karbon. Intensitas puncak ini relatif terhadap puncak M
+
sekitar 1.1 kali banyaknya karbon dalam senyawa tersebut Hart, 2003 Pavia, 2001.
Jika energi elektron pengebom cukup tinggi, tidak hanya ion induk yang teramati melainkan juga sejumlah fragmen yang disebut
ion anak. Artinya ion molekular asli pecah menjadi sejumlah fragmen yang lebih kecil, beberapa diantaranya mengion dan terpilah
berdasarkan mz oleh spectrometer. Contohnya, puncak tinggi dalam spektrum massa dari methanol ialah puncak M
+
-1 pada mz = 31. Puncak ini muncul karena lepasnya satu atom hydrogen dari ion
molekular. Ion anak ini dikenal sebagai formaldehid yang terprotonasi, yaitu karbokation yang terstabilkan oleh resonansi. Spektrum massa
terdiri atas sederet sinyal dengan beragam intensitas pada rasio mz yang berbeda. Pada prakteknya, sebagian besar ion bermuatan 1 z=1,
sehingga kita dapat dengan mudah memperoleh massanya yaitu m Hart, 2003.
2.6 Uji Toksisitas Letalitas Larva Udang : Brine shrimp Lethality Test
BSLT
Brine shrimp Lethaly Test BSLT pertama kali dikenalkan oleh Michael, dkk pada tahun 1956. Metode pengujian ini didasarkan pada
bahan seyawa aktif dari tumbuhan yang bersifat toksik dan mampu membunuh larva A. salina Leach serta dapat digunakan sebagai uji
pendahuluan aktivitas antikanker. Meyer, et.al., 1982.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Brine shrimp nauplii sebelumnya telah digunakan dalam beberapa uji biologis. Metode ini dilakukan dengan mengujikan beberapa
konsentrasi suatu ekstrak natural produk, fraksi ataupun senyawa murni kedalam vial yang berisi 5 mL air asin air laut dan 10 larva udang
A.salina. Uji toksisitas BSLT ini juga diketahui telah memberikan korelasi positif dengan toksisitas 9KB human nasopharyngeal
carcinoma, dan pada tahun 1998, uji BSLT dilakukan dalam praskrining enam jenis sel tumor solid pada manusia di Cell Culture Laboratory di
Purdue Cancer Center. Lebih dari 300 pestisida dan antitumor produk alam telah diisolasi di Laboratorium Universitas Purdue dengan
menggunakan metode ini dalam tahapan praskrining. McLaughlin, et.al.,1998
Gambar 2.6 Larva nauplii Artemia salina Leach
Berdasarkan taksonominya, Artemia diklasifikasikan sebai berikut: Filum
: Arthropoda Kelas
: Crustaceae Sub-Klas
: Branchiopoda Ordo
: Anostraca Famili
: Artrimidae Genus
: Artemia Species
: Artemia salina Leach Departemen Pertanian,1992
Keterangan gambar: 1.
Mata nauplius 2.
Antennula 3.
Antenna 4.
Calon thorachopoda 5.
Saluran pencernaan 6.
Mandibula
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Metode BSLT merupakan suatu metode dengan menghitung respons kematian 50 larva udang LC
50
, dan mengkorelasikan jumlah kematian larva udang dengan konsentrasi uji. Tingkat toksisitas dari
ekstrak tumbuhan ataupun senyawa murni dapat ditentukan dengan melihat nilai LC
50
lethal concentration. Tingkat toksisitas tersebut akan memberi makna terhadap potensial aktivitasnya sebagai antikanker
Meyer dkk, 1982. Metode ini juga diketahui mempunyai kemampuan dalam mendeteksi 14 diantara 24 ekstrak etanol spesies euporbiaceae yang
aktif terhadap uji 9-PS sel leukemia in vitro pada tikus pada penelitian Meyer 1982, dan kemampuannya mendeteksi 5 diantara 6 senyawa yang
aktif terhadap sel uji karsinoma nasofaring pada penelitian Solis 1982, serta banyak penelitian lain yang membuktikan bahwa BSLT dapat
memberikan korelasi yang baik terhadap uji tersebut. Selain itu, BSLT juga memiliki beberapa keuntungan, antara lain pelaksanaannya
sederhana, waktu relatif cepat 24 jam, tidak memerlukan peralatan khusus, menggunakan sedikit sampel kurang dari 2
– 20 mg, serta tidak memerlukan serum hewan seperti pada metode sitotoksik lainnya
Indiastuti Dianti Nur dkk, 2008 dan Mc Laughlin dkk, 1998. Analisis probit merupakan salah satu analisis regresi untuk
mengetahui hubungan konsentrasi respon persentase kematian sel agar diperoleh persamaan garis lurus sehingga dapat digunakan untuk
menentukan harga LC50 dengan lebih akurat Nurrochmad, 2001. McLaughlin dkk 1998 menyatakan bahwa uji BSLT yang dilakukan
triplo pada setiap perlakuannya dan diamati setelah 24 jam yang kemudian data yang diperoleh selanjutnya diproses dalam program analisis probit
dapat memberikan nilai LC
50
yang secara statistik dapat memberikan perbandingan potensi yang signifikan hingga 95. Harga LC
50
menunjukan kadar yang diperlukan untuk memberikan kematian sel sebesar 50 Indiastuti. Danti Nur, 2008.
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
3.1.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sintesa Organik, Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia PUSLIT
KIMIA-LIPI, Serpong, Tangerang Selatan.
3.1.2 Waktu
Penelitian ini berlangsung selama bulan April - Agustus 2013
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Spektrofotometer ¹H-NMR
500 MHz,
JEOL, spektrofotometer ¹³C-NMR 125 MHz, JEOL, spektrofotometer
LC-MS Mariner Biospectrometry, vacuum rotary evaporator , oil bath, lemari pendingin, oven, kromatografi kolom, timbangan
analitik, penangas, statif, termometer, labu reaksi, corong, erlenmeyer, gelas piala, rak, tabung reaksi, chamber KLT,
termometer, pipet eppendorf, mikropipet, pipet tetes, batang pengaduk, pinset, pengaduk magnetik, kertas saring, kapas,
lempeng KLT, chamber, alumunium foil, lampu, lubang uji, botol.
3.2.2 Bahan
Senyawa metil sinamat yang merupakan hasil isolasi dari rimpang lengkuas Alpinia malaccensis dari Pusat Penelitian
Kimia Laboratorium Bahan Alam Pangan dan Farmasi BAPF Lembaga
Ilmu Pengetahuan
Indonesia LIPI
kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang Selatan, Natrium Hidroksida
Sigma, asam klorida Sigma, Oktilamin E.Merck, 1,3 dicyclohexylcarbodiimide
DCC Sigma,
4-dimethylamino pyridine DMAP Sigma, silica gel MERCK KGaA mesh 70-230
0,063 –0,2 mm, telur udang Artemia salina Leach, pelarut dan