Budaya dan Pola Konsumsi Pada Bayi

− Perilaku sehubungan dengan air bersih − Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor − Perilaku sehubungan dengan limbah − Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya − Perilaku sehubungan dengan pembersihan dengan pembersihan sarang- sarang nyamuk vektor dan sebaginya.

2.5. Budaya dan Pola Konsumsi Pada Bayi

Pola konsumsi makanan penduduk di berbagai etnik suku bangsa di Indonesia berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Pola itu merupakan salah satu cerminan dari kebiasaan makan penduduk bersangkutan. Pada umumnya pola konsumsi makanan penduduk mengikuti nilai-nilai sosial dan budaya setempat. Nilai sosial dan budaya ini berkaitan dengan ciri suku bangsa dan ciri ekologi dimana penduduk itu hidup. Secara umum kebiasaan makanan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: keadaan sosial ekonomi, budaya, politik, fisik, lingkungan ekologi dan teknologi setempat Muhilal, 1996. Para ahli antropologi gizi umumnya berpendapat bahwa kebiasaan makan tidak mudah diubah tetapi bersifat dinamis. Hal ini berarti bahwa kebiasaan makan dapat berubah jika faktor-faktor yang mempengaruhinya diubah dengan sengaja. Karena kebiasaan makan bersifat menyatu dengan perilaku konsumsi makanan maka Asdan Padang : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Dini Di Kecamatan Pandan…, 2008 USU e-Repository © 2008 proses perubahan itu umumnya berjalan lambat. Selanjutnya perubahan atau kelestarian pola makan dapat dikaji dari faktor dalam dan faktor luar sebagai berikut : 1 Dari dalam meliputi corak kebudayaan, corak masyarakat, corak individu yang berkaitan dengan keterbukaantertutup, labil, dinamik, statis, tradisional. 2 Dari luar mencakup keterjangkauan accesibility, ketersediaan availability, bekersinambungan sustainability. Keterbukaan dan ketertutupan mencakup unsur-unsur seperti struktur keluarga, tingkat sosial ekonomi Muhilal, 1996. Selain itu pola konsumsi makanan penduduk dapat dilihat dari berbagai tingkat analisis, yaitu : 1 Pola tingkat kebudayaan: dilihat sebagai pengetahuan yang dimiliki dan digunakan bersama sebagai peranan hidup. 2 Pola tingkat masyarakat: dilihat sebagai pola-pola yang umum berlaku dalam kehidupan sosoial masyarakat yang merupakan hasil abstraksi para pelaku yang diamati maupun dari berbagai informasi yang diperoleh dari informan kunci. 3 Pada tingkat keluarga: dilihat sebagai pola-pola umum yang berlaku dalam kehidupan keluarga dalam satu masyarakat yang merupakan abstraksi mengenai berbagai kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan para anggota keluarga sebagai satuan kehidupan. 4 Pada tingkat individu: dilihat sebagai pola dasar umum dari pengetahuan yang dimiliki masyarakat Muhilal, 1996. Asdan Padang : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Dini Di Kecamatan Pandan…, 2008 USU e-Repository © 2008 Kerja organ pencernaan yang normal menjadikan mesin tubuh bekerja menjadi lancar. Oleh sebab itu, kita sangat penting menjaga dan memelihara organ pencernaan bayi semenjak dilahirkan. Dibandingkan organ tubuh lainnya, organ pencernaan bayi yang baru lahir lebih besar peranannya bagi tubuh bayi tersebut, karena perut badan betumbuh, berkat perut otak berkembang. Mengisi perut bayi tidak cukup berbekal dengan naluri belaka. Kita membutuhkan yang lain dan pilihan itu harus masuk akal, terukur dan bisa dipercaya. Karena perut yang sehat berkaitan dengan hari depan anak. Susunan pencernaan bayi belum sepenuhnya berfungsi seperti pencernaan orang dewasa. Pada saat dilahirkan lambung dan usus bayi belum berfungsi sepenuhnya, semua enzim pencernaan belum lengkap diproduksi, struktur saluran pencernaan bayi belum terbentuk sempurna dan kemampuan bayi untuk menelan pun belum sempurna. Untuk alasan itulah bayi belum diperbolehkan menelan segala macam makanan dan minuman seperti orang dewasa, sekurang-kurangnya sampai bayi berumur 6 bulan belum boleh ada jenis makanan lain bayi selain ASI Nadesul, 2005. Pola konsumsi makanan bergizi sangat ditentukan oleh tersedianya bahan makanan yang beraneka ragam yang dihasilkan melalui program peningkatan produksi pangan baik pangan pokok maupun bukan pangan pokok, dalam rangka melestarikan swasembada pangan dengan tetap memperhatikan kepada pola konsumsi pangan masyarakat setempat. Proses pemilihan makanan dalam diri seorang merupakan bagian dari sistem perilaku konsumsi makanan yang dipengaruhi oleh beragam faktor. Faktor sosial dan Asdan Padang : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Dini Di Kecamatan Pandan…, 2008 USU e-Repository © 2008 budaya merupakan determinan kuat dalam pemilihan makanan yang dilakukan oleh masyarakat yang timbul secara turun menurun Muhilal, 1996. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sulastri 2004 di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan mengenai pemberian MP-ASI dimana dari 80 responden terdapat 2,5 pemberian MP-ASI baik dan 97,5 dengan pola pemberian MP-ASI yang tidak baik. Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah 2000 di desa Alue Awe Kecamatan Muara Dua Aceh, dimana hanya 16,4 responden pola pemberian MP-ASI dikategorikan baik, sedangkan 83,6 responden pola pemberian MP-ASI buruk. Pola pemberian makan pada bayi disesuaikan dengan dua faktor yaitu: 1. Faktor yang berhubungan dengan keadaan ibu Keadaan yang sering dihadapi ibu adalah bendungan ASI yang menyebabkan ibu merasa sakit sewaktu bayi menyusui. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengurut payudara perlahan-lahan. Adanya penyakit kronis yang diderita ibu seperti TBC, malaria merupakan alasan untuk tidak menyusui bayinya. Demikian juga ibu yang gizinya tidak baik, akan menghasilkan ASI dalam jumlah lebih sedikit dibanding dengan ibu dengan gizi yang lebih baik. 2. Faktor yang berhubungan dengan keadaan bayi Anak yang lahir dengan prematur atau lahir dengan berat badan lahir rendah masih terlalu lemah untuk menghisap ASI dari payudara ibunya. Pada waktu Asdan Padang : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Dini Di Kecamatan Pandan…, 2008 USU e-Repository © 2008 anak sakit juga akan menimbulkan kesulitan karena si anak menolak untuk menyusuii Roesli, 2005

2.6. Landasan Teori