BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun terakhir ini begitu banyaknya perubahan yang terjadi di muka bumi baik yang berskala besar maupun kecil.
Perubahan-perubahan ini terjadi karena arus globalisasi yang melanda dunia sehingga membuat banyak orang khawatir, cemas ataupun takut karena adanya ketidakpastian
akan apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Penegakan
hukum Law Inforcement dan nilai-nilai budaya sudah menjadi
salah satu peran penting diera globalisasi dimana dalam sejarah perkembangan hukum dikenal lembaga notaris sebagai suatu fungsionaris dalam masyarakat
merupakan seorang pejabat yang dapat di percaya. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum yang tanda tangan serta capnya memberi jaminan dan
bukti kuat. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum, selain akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris, bukan saja karena
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan.
1
Akta Notaris lahir dengan adanya keterlibatan langsung dari pihak yang menghadap notaris, merekalah yang menjadi pemeran utama dalam pembuatan
sebuah akta sehingga tercipta sebuah akta yang otentik. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang, akta yang dibuat notaris menguraikan secara otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang disaksikan oleh para penghadap dan saksi-saksi.
2
Dalam menjalankan jabatannya notaris harus dapat bersikap profesional dengan dilandasi kepribadian yang luhur dengan senantiasa melaksanakan undang-
undang sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik profesinya yaitu Kode Etik Notaris. Berdasarkan Pasal 16 huruf a Undang-undang Jabatan Notaris UUJN, seorang
notaris diharapkan dapat bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Disamping itu
notaris sebagai pejabat umum harus dapat mengikuti perkembangan hukum sehingga dalam memberikan jasanya kepada masyarakat dalam membantu mengatasi dan
memenuhi kebutuhan hukum yang terus berkembang dapat memberikan jalan keluar yang dibenarkan oleh hukum.
Peka, tanggap, mempunyai ketajaman berfikir dan mampu memberikan analisis yang tepat terhadap setiap fenomena hukum dan fenomena sosial yang
muncul merupakan sikap yang harus dimiliki notaris sehingga akan menumbuhkan
1
Penjelasan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
2
Wawan Tunggal Alam, Hukum Bicara Kasus-kasus dalam Kehidupan Sehari-hari, Milenia Populer, Jakarta, 2001, hal 85.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
keberanian dalam mengambil sikap yang tepat. Keberanian yang dimaksud adalah untuk menolak membuat akta apabila bertentangan dengan hukum, moral dan etika.
3
Kepercayaan masyarakat terhadap notaris adalah salah satu bentuk wujud nyata kepercayaan masyarakat terhadap hukum, oleh sebab itu notaris dalam
melaksanakan tugasnya harus tunduk dan terikat dengan peraturan-peraturan yang ada yakni Undang-undang Jabatan Notaris, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Kode Etik Notaris dan Peraturan Hukum lainnya. Akta yang dibuat notaris harus mengandung syarat-syarat yang diperlukan
agar tercapai sifat otentik dari akta itu misalnya mencantumkan identitas para pihak, membuat isi perjanjian yang dikehendaki para pihak, menandatangani akta, dan
sebagainya. Apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi maka akta tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum.
Rancangan akta yang sudah dibuat berupa konsep minuta akta sebelum penandatanganan dilakukan terlebih dahulu dibacakan dihadapan para penghadap dan
saksi-saksi yang dilakukan oleh notaris yang membuat akta tersebut. Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 huruf I Undang-Undang Jabatan Notaris, Notaris wajib
membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi-saksi dan
notaris. Tujuan pembacaan akta ini adalah agar para pihak saling mengetahui isi dari
akta tersebut sebab isi dari akta itu merupakan kehendak para pihak. Pembacaan akta ini juga dilakukan agar pihak yang satu tidak merasa dirugikan apabila terdapat
3
Wawan Setiawan, Media Notariat, Edisi Mei – Juni 2004, hal 25.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
keterangan atau redaksi akta yang memberatkan atau merugikan terhadap pihak yang lain.
Dalam prakteknya sering terjadi notaris dilibatkan jika terjadi perkara antara para pihak, padahal sengketa yang terjadi bukanlah antara para pihak degan notaris
mengingat notaris bukan pihak dalam akta yang dibuatnya, namun notaris sering harus keluar masuk gedung pengadilan untuk mempertanggungjawabkan aktanya
maupun sebagai saksi. Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut tanggung jawab terhadap
akta yang dibuatnya. Apabila akta yang dibuat ternyata dibelakang hari mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini merupakan kesalahan
notaris atau kesalahan para pihak yang tidak memberikan dokumen yang sebenarnya dan para pihak memberikan keterangan yang tidak benar ataukah adanya kesepakatan
yang dibuat antara notaris dengan salah satu pihak yang menghadap. Apabila akta yang dibuatditerbitkan notaris mengandung cacat hukum karena kesalahan notaris
baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan notaris itu sendiri maka notaris itu harus memberikan pertanggungjawaban secara moral dan secara hukum. Dan
tentunya hal ini harus terlebih dahulu dapat dibuktikan. Jabatan Notaris merupakan jabatan yang terhormat yaitu suatu jabatan yang
dalam pelaksanaannya mempertaruhkan jabatannya dengan mematuhi dan tunduk pada UUJN dan Kode Etik Notaris. Dengan demikian diharapkan agar notaris dalam
menjalankan jabatannya mempunyai integritas moral dengan memperhatikan nilai agama, sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
Oleh karena itu seorang notaris tidak mungkin menerbitkan suatu akta yang mengandung cacat hukum dengan cara sengaja, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa diluar sepengetahuan notaris para pihakpenghadap yang meminta untuk dibuatkan akta memberikan keterangan-keterangan yang tidak benar
dan menyerahkan surat-suratdokumen-dokumen yang tidak benar sehingga setelah semuanya dituang kedalam akta lahirlah sebuah akta yang mengandung keterangan
palsu. Keterangan palsu adalah suatu keterangan yang tidak sesuai atau bertentangan
dengan kebenaran, keterangan mana mengenai sesuatu halkejadian yang harus dibuktikan oleh akta otentik itu, hal mana diatur dalam Pasal 266 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana KUHP yang menyebutkan bahwa tindak pidana menyuruh mencantumkan suatu keterangan palsu didalam suatu akta otentik merupakan suatu
tindak pidana pemalsuan.
4
Dengan terjadinya kasus semacam ini maka akan menyebabkan notaris harus
keluar masuk gedung pengadilan untuk mempertanggungjawabkan akta yang telah dibuatnya, mengingat notaris merupakan pejabat umum yang berwenang membuat
akta otentik dan akta otentik yang dibuatnya setelah ditandatangani oleh para pihak menjadi dokumen negara.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas notaris dalam mempertanggungjawab kan akta yang telah diterbitkannya harus terlebih dahulu mendapat izin
persetujuan dari Majelis Pengawas untuk dapat diperiksa atau diproses oleh Aparat Hukum. Bagaimana pertanggungjawaban seorang notaris dan bagaimana sanksi
hukum yang dapat dilakukan terhadap penghadap serta bagaimana akibat
4
Adamichazawi, Kejahatan terhadap Pemalsuan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001 hal 114.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
hukumnya terhadap akta yang mengandung keterangan palsu, hal inilah yang perlu diteliti lebih lanjut.
B. Perumusan Masalah