Di dalam hukum pidana terdapat berbagai pendapat mengenai arti dari unsur melawan hukum yang merupakan terjemahan dari istilah wedertrechtlijk. Mengetahui
sifat melawan hukum terdapat 2 dua pendirian yang berbeda yaitu menurut ajaran hukum formil dan ajaran hukum materil. Menurut pendapat P.A.F. Lamintang
mengemukakan : “Menurut ajaran wedertrechtlijkheid dalam arti formil suatu perbuatan dapat
dipandang sebagai bersifat wedertrechtlijk apabila perbuatan tersebut memenuhi semua unsur yag terdapat didalam rumusan suatu delik menurut Undang-undang,
sedangkan menurut ajaran wedertrechtlijkheid dalam arti materil, apakah suatu perbuatan itu dapat dipandang sebagai bersifat wedertrechtlijkheid atau tidak,
masalahnya bukan saja harus ditinjau dari sesuatu dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tertulis, melainkan juga harus ditinjau menurut azas-azas hukum
umum dari hukum yang tidak tertulis.
63
S.R. Sianturi lebih condong kepada pemahaman pandangan yang material. Menurut beliau bahwa semua delik harus selalu dianggap mempunyai unsur bersifat melawan
hukum.
64
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Akta Mengandung Keterangan Palsu
Akta yang dibuat dihadapan notaris tidak terlepas dari pasal-pasal yang mengatur tentang perjanjian itu sendiri yang terdapat dalam Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, pasal-pasal yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang lainnya, yang mengatur dan mendukung suatu pembuatan perjanjian yang dituangkan
kedalam bentuk akta sehingga mempunyai sifat otentik. Prosedur pembuatan akta tidak sesuai dengan Undang-undang Jabatan Notaris
misalnya dalam akta tidak dicantumkan nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
63
Nico. Op. Cit, hal 148.
64
S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Alumni AHAEM-PETEHAEM, Jakarta, 1996, hal 153.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap atau orang yang mereka wakili,
65
atau misalnya tidak dicantumkannya adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan atau penggantian.
66
Syarat yang ditentukan oleh Undang-undang ada yang tidak terpenuhi merupakan salah satu alasan yang menyebabkan akta yang dibuat notaris dapat
mengandung keterangan palsu, misalnya tidak terpenuhinya ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu tidak cakap untuk membuat suatu
perjanjian. Selain daripada itu, misalnya tidak terpenuhinya ketentuan pasal 15 ayat 2 huruf d Undang-undang Jabatan Notaris UUJN yakni apabila notaris tidak
melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya, oleh karena itu sebelum notaris menuangkan hal-hal yang formil kedalam materil akta wajib
melakukan pencocokan fotokopi surat-suratdokumen-dokumen dengan surat-surat dokumen-dokumen aslinya yang sebenarnya.
Berkaitan dengan bunyi Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 yang menegaskan bahwa notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang
membuat akta otentik adalah hal yang mustahil apabila notaris membuat akta jika akta tersebut mengandung keterangan palsu. Dengan demikian faktor-faktor atau hal-
hal yang dapat menyebabkan timbulnya akta yang mengandung keterangan palsu,berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Faktor Manusia
2. Faktor Dokumen
65
Pasal 38 ayat 3 butir a UUJN
66
Ibid, ayat 4 butir d UUJN
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
3. Faktor Peraturan Perundang-undangan yang tidak jelas.
67
1 Faktor manusia dapat terjadi karena kelalaian maupun karena kesengajaan.
Kelalaian dapat dilakukan oleh notaris dan juga pihak-pihak yang ingin membuat akta karena manusia tidak lepas dari kekurangan. Kelalaian yang dilakukan oleh
notaris dapat membawa konsekuensi akta yang dibuat tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau bahkan akta yang dibuat
tersebut dapat mengandung sengketa dibelakang hari, misalnya notaris dalam membuat akta notaris mengikutsertakan saksi-saksi akan tetapi kelalaiannya
notaris lupa menyuruh saksi-saksi untuk menanda tangani akta. Sedangkan kelalaian yang dilakukan oleh para pihak yang membuat perjanjian tersebut tidak
menjadi tanggung jawab notaris akan tetapi konsekuensinya ditanggung oleh pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dengan terjadinya hal seperti ini
maka dapat mengakibatkan akta tersebut akan menjadi sengketa diantara para pihak atau dengan pihak ketiga, sehubungan dengan hal tersebut maka notaris
akan dipanggil oleh pihak kepolisian untuk dilakukan pemeriksaan. Dengan adanya pemeriksaan yang dilakukan terhadap notaris maka notaris akan dapat
diketahui apakah notaris sebagai tersangka yang telah ikut serta dan turut membantu atau hanya sebagai saksi di muka Pengadilan.
2 Faktor dokumen dapat juga menyebabkan timbulnya akta yang mengandung
keterangan palsu dimana para pihak yang membuat perjanjian dihadapan notaris memberikan dokumen-dokumen yang tidak benar dokumen palsu. Apabila
pihak-pihak mengajukan danatau memberikan dokumen palsu bukanlah menjadi kewajiban notaris untuk mengetahui secara bathiniah Notaris berwenang hanya
67
Hasil Wawancara pada, tanggal 21 Mei 2007
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
sebatas lahiriah saja yaitu menerima surat-suratdokumen-dokumen yang diberikan oleh para pihak kemudian mencocokkan surat-suratdokumen-dokumen
tersebut dengan aslinya yang sebenarnya. 3
Faktor perundang-perundang yang tidak jelas maksudnya adalah undang-undang tidak memberikan kekebalan hukum terhadap notaris. Apabila timbul akta yang
mengandung keterangan palsu dan mengakibatkan kerugian pada pihak lain sehingga menimbulkan sengketa, maka sering kali notaris di jadikan sasaran
utama penyebab sengketa itu dikarenakan akta tersebut adalah dibuat oleh notaris. Disini notaris hanya menuangkan perbuatan hukum dari para pihak penghadap
kedalam suatu akta yang dibuatnya oleh karenanya notaris tidak bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak penghadap
tersebut. Akan tetapi apabila notaris terlibat dalam pembuatan akta yang menyebabkan
terjadinya sengketa karena adanya unsur kesengajaan untuk menguntungkan salah satu pihak tanpa memperhatikan kepentingan pihak yang lain, maka notaris dapat
dikatakan telah membantu dan turut serta dalam melakukan tindak pidana. Didalam Pasal 55 KUHP dinyatakan bahwa :
1 Dipidana sebagai si pembuat sesuatu tindak pidana ;
Ke-1 Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang turut
melakukan perbuatan itu Ke-2
Orang yang dengan pemberian upah, perjanjian salah memakai kekuasaan atau martabat, memakai paksaan, ancaman, tipu, karena
memberi kesempatan, ikhtiar atau keterangan, dengan menghasut supaya perbuatan itu dilakukan
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
2 Adapun tentang orang yang tersebut dalam sub 2 itu, yang boleh
dipertanggungjawabkan kepadanya hanyalah perbuatan yang sengaja dibujuk olehnya serta akibat perbuatan itu.
68
Berkaitan dengan adanya faktor kesengajaan yang dilakukan oleh notaris telah turut serta dalam melakukan tindak pidana yang menguntungkan salah satu pihak,
misalnya dalam membuat akta jual beli notaris menururnkan harga objek jual beli tersebut dari harga riil atau dari harga maksimum.
Pasal 56 Kitab Undang-undang Pidana disebutkan sebagai membantu melakukan kejahatan dipidana :
1. Orang yang dengan sengaja membantu kejahatan waktu kejahatan itu dilakukan .
2. Orang yang dengan sengaja memberi kesempatan, ikhtiar atau keterangan untuk
melakukan kejahatan itu. Sehubungan dengan perbuatan notaris yang membantu melakukan tindak
pidana misalnya seorang klien menyuruh menempatkan keterangan palsu dalam akta
68
R. Sugandhi, Op. Cit, hal 68; Penjelasan Pasal 55 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan istilah “Tindak pidana” ialah baik kejahatan maupun pelanggaran yang dapat dihukum sebagai orang
yang melakukan tindak pidana dapat dibagi menjadi 4 macam yakni : 1. Orang yang melakukan ; orang ini bertindak sendirian untuk mewujudkan segala anasir dalam
tindak pidana. Tindak pidana yang dilakukan dalam jabatan maka pelaku yang melakukan tindak pidana itu harus seorang pegawai negeri.
2. Orang yang menyuruh melakukan ; dalam tindak pidana ini pelakunya paling sedikit ada dua orang, yakni yang menyuruh dan disuruh. Jadi bukan pelaku utama itu sendiri yang melakukan
tindak pidana, tetapi dengan bantuan orang lain yang hanya merupakan alat saja meskipun demikian ia dianggap dan dihukum sebagai orang yang melakukan tindak pidana.
3. Orang yang turut melakukan ; “turut melakukan” diartikan ialah melakukan bersama-sama. Dalam tindak pidana ini pelakunya paling sedikit harus ada dua orang, yakni yang melakukan dan yang
turut melakukan dalam tindakannya keduanya harus melakukan perbuatan pelaksanaan, jadi keduanya melakukan anasir tindak pidana itu. Tetapi apabila pelaku kedua itu hanya melakukan
perbuatan persiapan saja atau perbuatan yang sifatnya hanya membantu maka pelaku kedua itu tidak dapat dikategorikan sebagai orang yang turut melakukan, akan tetapi sebagai orang
“membantu melakukan”
4. Orang yang dengan pemberian upah, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau martabat, memakai paksaan dsb, dengan sengaja menghasut supaya melakukan perbuatan itu. Pelakunya
paling sedikit harus dua orang yakni orang yang menghasut dan yang dihasut, hanya bedanya pada “menghasut supaya melakukan”, orang yang disuruh itu tidak dapat dihukum.
Yusnani : Analisis Hukum terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, 2007. USU e-Repository © 2008
otentik yaitu salah satu dari ahli waris menyuruh notaris untuk merubah isi surat wasiat sehingga bertentangan dengan isi yang sebenarnya. Dengan demikian maka
hal tersebut menyebabkan kerugian pada salah satu pihak pihak lain. Oleh karena itu notaris harus dipersalahkan atas perbuatannya tersebut, sebab
dengan merugikan hak orang lain Klien yang telah memberikan kepercayaan kepada notaris, notaris telah melanggar hukum dan disamping itu juga dapat
mengurangi kepercayaan masyarakat kepada profesi notaris. Adapun yang menjadi perbedaan dalam membantu dan turut serta melakukan
tindak pidana adalah bahwa unsur niat dan kesengajaan ada terdapat didalam turut serta melakukan tindak pidana sedangkan dalam membantu melakukan tindak pidana
tidak terdapat unsur niat dan kesengajaan tersebut. Pihak kepolisian seringkali kurang memperhatikan bahwa sengketa itu terjadi
bukan karena kesalahan notaris membuat akta tetapi kesalahan para pihak yang datang menghadap yang tidak memberikan ketarangan dan dokumen yang sebenarnya
kepada notaris. Dalam Undang-undang Jabatan Notaris nomor 30 tahun 2004 tidak ada pasal yang mengatur tentang perlindungan hukum terhadap notaris baik
perlindungan terhadap diri notaris sendiri maupun terhadap tugas jabatannya sebagai pejabat umum yang membuat akta otentik.
C. Pertanggungjawaban Notaris Terhadap Akta Yang Mengandung