Latar Belakang Masalah PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA KUMPULAN CERPEN MILANA KARYA BERNARD BATUBARA DAN PEMBELAJARANNYA DI SMP

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah penggunaan konjungtor: a koordinatif pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara? b subordinatif pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara? c korelatif pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara? d antarkalimat pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara? 2. Bagaimanakah skenario pembelajaran mengenai konjungtor menggunakan Kurikulum 2013 di SMP?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan penggunaan konjungtor: a koordinatif pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara. b subordinatif pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara. c korelatif pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara. d antarkalimat pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara. 2. Mendeskripsikan skenario pembelajaran mengenai konjungtor menggunakan Kurikulum 2013 di SMP.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk 1. menambah pengetahuan bagi penulis cerpen tentang penggunaan konjungtor, dan 2. guru bahasa Indonesia dalam membelajarkan penggunaan konjungtor dengan memanfaatkan cerpen sebagai media belajar.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. sumber data berupa kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara, dan 2. objek analisis adalah penggunaan konjungtor yang meliputi: a. penggunaan konjungtor koordinatif, b. penggunaan konjungtor subordinatif, c. penggunaan konjungtor korelatif, dan d. penggunaan konjungtor antarkalimat. BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Konjungtor

Konjungtor merupakan kata yang menjadi penghubung antara unsur bahasa sebelumnya dengan unsur bahasa setelahnya. Alwi, dkk. 2003: 296 mengemukakan konjungtor atau kata sambung sebagai kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa. Selain itu, Chaer 2008:98 mengistilahkan konjungsi sebagai kata penghubung, yaitu kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frasa dengan frasa, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat. Untuk istilah kata sambung ini, beberapa pakar menyebutnya dengan konjungsi, dan selebihnya dengan konjungtor, tetapi keduanya memiliki makna yang hampir sama. Kridalaksana dalam Kamus Linguistiknya menggunakan istilah yang sama yang digunakan oleh Chaer, konjungsi. Pengertian konjungsi menurut Kridalaksana 2008:131 tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh pakar sebelumnya, yaitu partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa konjungtorkonjungsi tidak hanya menghubungkan satuan-satuan bahasa intrakalimat saja, melainkan juga antarkalimat. Konjungtor intrakalimat adalah konjungtor yang menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Kemudian konjungtor antarkalimat adalah konjungtor yang menghubungkan dua kalimat yang utuh.

2.2 Ciri-Ciri Konjungtor

Setiap hal di dunia ini pasti memiliki ciri tertentu yang membedakan antara satu hal dengan lainnya. Begitu halnya dengan konjungtor. Berikut ciri konjungtor yang merupakan ciri kata tugas yang diuraikan oleh Alwi, dkk. 2003:297.

1. Hanya Memiliki Arti Gramatikal

Berbeda dengan kata dalam keempat kelas kata lainnya verba, adjektiva, adberbia, dan nomina, kata tugas hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Contoh: 1 Bahasa dan matematika adalah dua hal yang berbeda. Pada contoh tersebut, konjungtor dan tidak memiliki arti jika berdiri sendiri. Kata tersebut baru akan memiliki arti jika sudah bergabung di dalam suatu kalimat dan berfungsi sebagai kata yang menghubungkan satuan-satuan gramatik yang sederajat.

Dokumen yang terkait

KONOTASI PADA KUMPULAN CERPEN PEREMPUAN DI RUMAH PANGGUNG KARYA ISBEDY STIAWAN ZS DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMP

2 87 49

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA ITU MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

12 161 77

KARAKTERISASI TOKOH UTAMA DALAM KUMPULAN CERPEN CELENG SATU CELENG SEMUA KARYA TRIYANTO TRIWIKROMO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

1 8 54

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN Frase Preposisional Di Pada Kumpulan Cerpen Berjuta Rasanya Karya Tere Liye:Kajian Sintaksis.

0 3 12

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN Frase Preposisional Di Pada Kumpulan Cerpen Berjuta Rasanya Karya Tere Liye:Kajian Sintaksis.

0 0 14

KAJIAN BAHASA TABU DAN EUFEMISME PADA KUMPULAN CERPEN “SENYUM KARYAMIN” Kajian Bahasa Tabu dan Eufemisme pada Kumpulan Cerpen “Senyum Karyamin” Karya Ahmad Tohari.

0 2 13

“Mistik dalam Kumpulan Cerpen Godlob Karya Danarto”.

1 13 20

Konflik Batin Tokoh Utama dalam Kumpulan Cerpen Milana Karya Bernard Batubara dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Teks Cerita Pendek pada Siswa SMA Kelas XI (Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 16

this PDF file KUMPULAN CERPEN MILANA, PEREMPUAN YANG MENUNGGU SENJA KARYABERNARD BATUBARA : KAJIAN STILISTIKA SEBAGAI MATERI AJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS | Deska A | BASASTRA 1 SM

4 27 14

Kajian Stilistika pada Kumpulan Cerpen Milana; Perempuan yang Menunggu Senja Karya Bernard Batubara dan Relevansinya sebagai Materi Ajar di Sekolah Menengah Atas - UNS Institutional Repository

0 4 19