Pengertian Cerpen Karakteristik Cerpen

dan menyaji dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori serta KD 4.2 Kompetensi Dasar 4.2 yakni menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sukardi 2008: 162-163, metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Dengan menggunakan metode tersebut, penulis membuat deskripsi mengenai penggunaan konjungtor pada kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara dan pembelajarannya di SMP.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara sebanyak 5cerpen dengan judul cerpen yaitu, Beberapa Adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari, Tikungan, Surat Untuk Fa, Hanya Empat Putaran, dan Milana. Walaupun penelitian ini bersifat linguis dan hanya menjadikan cerpen sebagai objek yang diteliti, peneliti tetap mengkaji cerpen secara menyeluruh. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini diimplikasikan kepada siswa SMP kelas VII yang masih tergolong anak-anak. Yang tergolong anak, menurut Somantri dalam Kurniawan 2009: 39, adalah orang yang berusia 2 tahun sampai sekitar 12-13 tahun atau bila dipetakan dengan jenjang pendiidkannya adalah TK, SD, dan SMP. Menurut Kurniawan 2009: 22, sastra yang tergolong ke dalam sastra anak tentunya mengacu kepada; kehidupan cerita yang berkorelasi dengan dunia anak-anak dunia yang dipahami anak dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak bahasa yang dipahami anak. Kemudian Teeuw dalam Kurniawan 2009: 23 mengungkapkan bahwa pemahaman anak terhadap sastra dilihat dari tiga kode, yaitu kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra. Teeuw meramu ketiga kode tersebut sebagai sesuatu yang harus ada pada sastra anak, bahwa sastra yang akan disajikan harus disesuaikan dengan sasaran agar sastra tersebut mudah dipahami. Kelima cerpen yang dipilih peneliti sudah dikaji secara menyeluruh, tidak hanya keberagaman konjungtornya saja, melainkan juga karakteristik cerpen tersebut. Peneliti menyesuaikan cerpen dengan sasaran implikasi penelitian. Dalam hal ini siswa SMP yang masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, peneliti memilih lima cerpen dari lima belas cerpen yang ada selain cerpen tersebut memiliki unsur konjungtor yang representatif dan variatif, cerpen tersebut memiliki tema cerita yang sesuai dengan kebudayaan Indonesia, bahasa dan pemilihan bahasanya mudah dipahami, dan sesuai dengan perkembangan anak.

Dokumen yang terkait

KONOTASI PADA KUMPULAN CERPEN PEREMPUAN DI RUMAH PANGGUNG KARYA ISBEDY STIAWAN ZS DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMP

2 87 49

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA ITU MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

12 161 77

KARAKTERISASI TOKOH UTAMA DALAM KUMPULAN CERPEN CELENG SATU CELENG SEMUA KARYA TRIYANTO TRIWIKROMO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

1 8 54

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN Frase Preposisional Di Pada Kumpulan Cerpen Berjuta Rasanya Karya Tere Liye:Kajian Sintaksis.

0 3 12

FRASE PREPOSISIONAL DI PADA KUMPULAN CERPEN Frase Preposisional Di Pada Kumpulan Cerpen Berjuta Rasanya Karya Tere Liye:Kajian Sintaksis.

0 0 14

KAJIAN BAHASA TABU DAN EUFEMISME PADA KUMPULAN CERPEN “SENYUM KARYAMIN” Kajian Bahasa Tabu dan Eufemisme pada Kumpulan Cerpen “Senyum Karyamin” Karya Ahmad Tohari.

0 2 13

“Mistik dalam Kumpulan Cerpen Godlob Karya Danarto”.

1 13 20

Konflik Batin Tokoh Utama dalam Kumpulan Cerpen Milana Karya Bernard Batubara dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Teks Cerita Pendek pada Siswa SMA Kelas XI (Tinjauan Psikologi Sastra).

0 0 16

this PDF file KUMPULAN CERPEN MILANA, PEREMPUAN YANG MENUNGGU SENJA KARYABERNARD BATUBARA : KAJIAN STILISTIKA SEBAGAI MATERI AJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS | Deska A | BASASTRA 1 SM

4 27 14

Kajian Stilistika pada Kumpulan Cerpen Milana; Perempuan yang Menunggu Senja Karya Bernard Batubara dan Relevansinya sebagai Materi Ajar di Sekolah Menengah Atas - UNS Institutional Repository

0 4 19